Bab 19
Orion tidak menyangka kalau Signus mengenal Alfa. Karena dari segi profesi saja mereka tidak pernah bersinggungan. Tempat tinggalnya pun berbeda kota.
Orion tidak tahu kalau Signus dan Alfa pernah satu sekolah, sehingga tidak tahu akan cerita pertemanan mereka. Ditambah Alfa itu tipe pendiam dan tidak begitu suka bicara hal pribadi.
"Jadi, kamu adalah orang kepercayaan Alfa?" tanya Orion.
"Iya. Kenapa? Apa kamu terkejut?" jawab Signus.
Orion mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah tabung kecil yang berisi cairan berwarna biru muda. Lalu, dia tekan ujungnya dan muncul jarum kecil di ujung lainnya. Lalu dia tusukan ke pahanya. Semua itu luput dari perhatian Signus.
"Akhirnya aku menemukan orang yang sedang diburu oleh organisasi. Mereka kesulitan mencari siapa yang dipercaya oleh Alfa untuk menyimpan data hasil penelitian yang sudah di sempurnakan itu. Katakan di mana chip data itu," ujar Orion yang kini ekspresi wajahnya berubah.
Orang yang tadi seperti mayat hidup, kini berubah seperti monster. Signus sendiri sampai terkejut dengan perubahan itu.
Orion pun tiba-tiba menyerang Signus. Laki-laki itu memukul perut sang kapten dengan keras sampai membuatnya terlempar menabrak dinding kabin.
Signus tidak menyangka kalau Orion mempunyai kekuatan sebesar ini. Selama ini dia melihat temannya itu seperti laki-laki pecundang yang tidak mau tubuhnya terluka.
Dengan cepat Signus pun bangun lalu menyerang balik Orion. Dia melancarkan pukulan dan tendangan silih berganti.
Maka terjadilah duel dua orang pria dewasa berbadan tinggi besar di lorong kabin. Signus yang merupakan atlet taekwondo tingkat internasional dan suka ikut pertandingan smack down, tidak bisa mengalahkan Orion. Biasanya dia bisa mengalahkan lawannya dalam waktu terbilang cepat.
Orion menyerang Signus dengan cara membabi buta. Gerakannya kacau, yang penting pukul-tendang. Apakah kena lawan atau tidak.
'Dia berubah menjadi monster,' batin Signus yang berusaha menangkis serangan lawan.
Sementara itu, Altair yang menyaksikan itu semua lewat rekaman CCTV, dibuat tercengang. Karena Orion seperti berubah menjadi sesuatu yang lain dan dirinya tidak bisa mengontrol kekuatan.
"Ada apa ini? Apa aku melewatkan sesuatu? Kenapa dia bisa berubah seperti monster begini?" Altair bergumam hampir tidak mengeluarkan suara.
Altair pun kembali memeriksa rekaman CCTV ke beberapa menit sebelumnya. Dengan ketelitian dan ketajaman berpikir, pemuda itu akhirnya melihat apa yang dilakukan oleh Orion sebelum beradu kekuatan dengan Signus.
"Apa itu cairan dari hasil penelitian?"
Altair memperbesar bagian tangan Orion yang memegang tabung kecil, hampir tidak terlihat jika tidak diamati dengan sangat teliti. Inilah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh pemuda itu. Dia selalu bisa menemukan hal-hal yang dianggap sulit oleh orang lain. Namun, baginya itu mudah karena dia memiliki otak yang jenius dan ketajaman dalam berpikir.
"Apa yang harus aku lakukan? Kapten kapal itu sedang melawan manusia yang berubah menjadi monster. Bukan manusia biasa," ucap Altair sambil berpikir.
Altair berpikir sejenak. Lalu dia pun berkata kepada Rigel, "Aku akan bantu kapten kapal. Kamu tunggu aku di sini. Apa pun yang terjadi di luar sana, kamu jangan pernah meninggalkan ruangan ini. Paham!"
Rigel pun mengangguk, meski dalam hatinya dia tidak ingin ditinggalkan oleh kakaknya. Namun, dia harus menurut kepada sang kakak agar tidak celaka.
Altair mencari benda yang bisa dijadikan senjata. Namun, di ruangan itu tidak ada benda yang diinginkan olehnya.
Akhirnya Altair membawa selimut yang tadi dipakai oleh Rigel. Setidaknya dia bisa memanfaatkan kain itu.
"Kunci pintunya. Jangan bukakan pintu untuk siapa pun. Nanti aku akan mengucapkan kode "Little Star" baru kamu buka kuncinya, ya!" ucap Altair kepada adiknya dan Rigel pun mengangguk.
Altair memastikan kalau pintu sudah dikunci oleh Rigel dari dalam. Setidaknya di sana adiknya masih aman.
Altair berlari menuju ke lorong kabin di mana Signus dan Orion sedang berkelahi. Tidak sampai tiga menit dia berhasil sampai sana.
"Kapten!" teriak Altair ketika melihat Signus terkapar di lantai dan Orion menghajarnya.
Altair melemparkan selimut lebar itu sehingga menutupi kepala dan sebagian badan Orion. Tidak membuang kesempatan yang ada, Altair pun melancarkan serangan. Dia yang memiliki kemampuan bertarung cukup baik, langsung menyerang di beberapa titik vital.
Altair membelitka kain selimut itu dengan erat, sehingga tangan Orion tidak bisa bergerak. Langkah kakinya juga menjadi sempoyongan karena tidak bisa melihat.
Orion akhirnya terdesak dan jatuh tersungkur ke lantai. Altair masih menghajarnya dengan kekuatan penuh dan kecepatan yang konstan.
Signus sampai terkejut melihat cara bertarung Altair. Dia pun memaksakan diri untuk bangun. Sekujur tubuhnya terasa remuk akibat serangan Orion tadi.
Orion sudah tidak bisa melakukan perlawanan dengan benar. Dia tidak bisa memukul karena tangan terikat dan matanya tidak bisa menikah karena tertutup kain selimut.
"Berhenti Altair! Jangan buat dia mati dulu. Kita harus mengorek informasi darinya," kata Signus dan Altair menghentikan serangannya.
Pemuda itu setuju dengan idenya sang kapten. Karena dia masih sedikit memiliki informasi tentang penelitian yang dilakukan oleh orang tuanya. Altair ingin tahu apa penelitian itu dan apa tujuannya.
Signus menarik tubuh Orion dan menyeretnya memasuki salah satu kamar yang ada di sana. Dia mendudukkannya di sebuah kursi kayu dan mengikat dengan kuat.
Altair pun membuka selimut yang menutupi sebagian tubuh Orion. Ternyata muka laki-laki itu dibuat babak belur.
"Katakan, penelitian apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kedua orang tuaku sampai harus kalian bunuh?" tanya Altair.
Beberapa saat yang lalu dia mendapatkan laporan dari sang kakek tentang kecelakaan yang menimpa mama dan papanya, dia belum merasa yakin sepenuhnya. Bisa saja ada informasi penting yang luput dari hasil penyelidikan detektif yang diperkerjakan oleh Sirius.
"Sepertinya kedua orang tua kamu tidak memberi tahu kamu sedikit pun, ya! Siapa mereka sebenarnya," kata Orion tertawa terkekeh mengejek Altair.
"Ternyata kamu lebih bodoh dari adikmu itu. Dia saja tahu apa yang sudah dilakukan oleh kedua orang tua mu," lanjut Orion yang masih tertawa.
"Apa maksudmu, hah!" Altair merasa emosi lalu mencengkeram kerah kemeja Orion.
"Tentang objek penelitian kami, para ilmuwan dunia," bisik Orion.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments