BAB 4.

Tiupan angin segar menelusup ke sela-sela jari kaki Syifa, ia menggeliat kecil. Ia membuka matanya perlahan. " Sudah subuh ternyata, "

Syifa duduk dengan perlahan, ia diam sejenak sebelum menyambar kain handuk yang ia gantung tak jauh dari tempat ia berada.

Saat itu waktu menunjukan pukul empat subuh, dimana Syifa sudah terbiasa untuk bangun sebelum adzan subuh berkumandang.

Syifa di didik oleh orangtuanya untuk taat beribadah, dan Syifa mengingat semua nasihat yang orangtuanya berikan.

Setelah Syifa selesai membersihkan dirinya, Adzan subuh pun berkumandang, Syifa langsung menunaikan kewajibannya pada sang maha kuasa.

Namun di sujud terakhirnya entah kenapa ia melihat ada bayangan wajah Mayor Ararya di pikirannya.

Setelah selesai, Syifa duduk sejenak dan berdzikir seperti biasa. Ia tersenyum dan heran dengan bayangan wajah Mayor Ararya di sujud terakhirnya.

"Apa aku ketularan mereka ya ? Tapi kan enggak apa-apa, normal kok Syifa. " Syifa tersenyum seraya menertawakan dirinya sendiri.

Setelah benar-benar selesai, Syifa berdiri menuju meja rias kecil yang di sediakan di kamarnya. Ia menyisir rambut dan membiarkannya kering, dan Syifa harus memastikan sebelum ia mengenakan jilbab pastikan rambutnya harus kering terlebih dahulu.

Syifa pribadi yang rapih dalam segala hal, sesudah ia rasa sudah siap. Syifa langsung keluar kamar menuju ruang dapur yang sudah menjadi tempat kerjanya.

Ternyata di ruangan tersebut sudah ada salah atu pekerja, namun itu bukan Sri.

"Hay, selamat pagi mbak. " Sapa Syifa pada salah satu rekan kerjanya.

"Iya, seger banget Syif. Istirahat nya cukup ya ?"

"Lumayan Mbak, Mbak sendiri ? " Tanya balik Syifa pada rekan kerjanya.

"Kurang sih, karna ada hal yang selalu mengganggu pikiran ku. " Jawabnya.

Syifa ingin menebak sekaligus menggoda rekan kerjanyanya itu.

"Emmm ... Jangan jangan yang mengganggu pikiran mbak itu mereka ya ? hahahaha, " Ejek Syifa.

Rekan kerja Syifa pun tersenyum, "Loh, kenapa kamu berpikir ke situ ? Jangan-jangan salah satu dari mereka juga mengganggu pikiranmu ya ? hahaha, "

Senjata makan Tuan, " Ah apaan sih mbak. Ya enggak lah, aku cukup tau diri kok mbak. " Syifa membantah.

"Ihh ya tidak apa-apa kali, kan mereka miliki sejuta umat. Selagi belum ada yang memiliki Pepet terus. "

"Hahahahahaha .... " keduanya tertawa bersama.

Jam kerja pun sudah tiba, kini para pekerja sudah siap untuk mengeksekusi bahan makanan yang akan di hidangkan untuk menu sarapan pagi di hari itu.

Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing, dan semua harus memastikan semua makanan nya steril.

Mereka menghabiskan waktu hamil satu jam kurang lebih untuk menyiapkan menu sarapan di pagi hari itu, hingga akhirnya makanan ringan sampai makanan berat siap di hidangkan.

Kini keluarga inti dan para pekerja pribadi sudah duduk di masing-masing kursi, makanan pun datang.

"Kali ini aku tidak boleh gugup, " Batin Syifa saat mulai mengambil satu per satu piring yang berisi makanan yang masih terlihat asapnya itu.

Sementara di kursi paling sudut, terlihat seseorang berpakaian gagah lengkap dengan atributnya sedang memperhatikan sekitar.

"Ayu sekali kamu, " Pujian terlontar dari istri orang terpenting tersebut.

Pujian itu terlontar untuk Syifa, yang memang pagi itu Syifa terlihat cantik dengan wajah yang natural tanpa olesan bedak sama sekali.

Berbeda dengan pekerja yang lain, walaupun mempunyai muka putih mulus namun tidak terlihat natural.

Beberapa orang yang mendengar pujian untuk Syifa menengok ke arah sumber suara lalu menengok Syifa yang masih terlihat ramah dan tenang, meskipun ia sedang di puji oleh istri seseorang yang sangat penting.

Syifa tersenyum ramah di ikuti ciri khasnya yang selalu menganggukkan kepala nya perlahan.

Mayor Ararya termasuk orang yang mendengar pujian itu, muka yang Mayor Ararya tidak menunjukan kekaguman atas paras cantik yang Syifa miliki.

"Menu makanan yang kami siapkan, sudah bisa di nikmati. Silahkan, " Ucap senior Syifa.

Para pekerja termasuk Syifa, berjalan perlahan meninggalkan meja makan.

Beruntunglah rekan kerja Syifa tak mendengar pujian yang di lontarkan pada Syifa, kalau tidak pasti akan ada hukuman tambahan jika saja ada yang mengadu pada Sri.

Pasti Sri menyangka bahwa Syifa melakukan kesalahan, karna sudah mencuri perhatian di hadapan para orang-orang penting tersebut.

Beberapa waktu berlalu, Syifa tidak di tugaskan untuk membersihkan meja makan. Tapi Syifa di tugaskan untuk membuang sampah sisa potongan sayur mentah ke tong sampah belakang.

Saat Syifa berada di luar, Syifa melihat seseorang sedang berjalan gagah dengan buku di tangannya.

"Sungguh indah ciptaanmu Tuhan, semoga di setiap tugas dan di setiap keberadaannya ia selalu di lindungi dan di jauhkan dari segala bahaya. Aamiin, " Doa itu terlontar begitu saja di dalam hati Syifa.

Namun saat Syifa sadar dengan doa yang ia panjatkan, Syifa langsung tersenyum saat tau dia sedang mengagumi seseorang.

Hari-hari Syifa lalui dengan rasa bersyukur, namun ia tidak lupa untuk selalu menyempatkan belajar ataupun membaca di sela-sela istirahatnya. tentang ilmu kedokteran yang selalu ia lihat di laptop pribadinya

Syifa bertekad untuk bisa mewujudkan cita-citanya, walaupun ia sadar berapa lama untuk ia tempuh demi mewujudkan cita-citanya itu. kata-kata menyerah tidak ada dalam kamus hidup Syifa.

Di saat waktu menghadapkan Syifa pada ketusnya Mayor Ararya, Syifa tetap pada kodratnya. Ia selalu menundukkan kepalanya dan tak berani mencari pandang ataupun perhatian pada siapapun termasuk pada Mayor Ararya, meskipun Syifa mempunyai perasaan normal seperti wanita lain. Mengangumi semua yang ada pada diri Mayor Ararya.

Gajih pertama Syifa pun di dapatkan di bulan pertama, Syifa merasa bangga dan sangat bersyukur sekali.

Sampai-sampai Syifa tak sadar, saat ia melewati ruang tamu ia tidak melihat ada seseorang di sana, Syifa berniat untuk keluar dan duduk di taman belakang tempat biasa ia duduk. Namun untuk keluar Syifa harus melewati sebuah ruangan.

Amplop putih di pegang erat oleh Syifa, Syifa yang masih mengenakan seragam berwarna abu dengan apron ( celemek ) masih menempel di badan depannya berjalan melewati ruangan itu dengan sangat gembira.

Seseorang yang merupakan ajudan itu tersenyum, saat memperhatikan Syifa yang sesekali mencium dan meletakkan amplop putih ieu di dadanya.

Senyuman menawan terlihat di wajah Mayor Ararya, beberapa kali ia tertawa kecil saat melihat Syifa bertingkah lucu dengan amplop putihnya.

Syifa pun tak terlihat lagi oleh Mayor Ararya, Syifa sudah keluar dan duduk di kursi taman.

Sesekali Syifa menyeka butiran bening yang menetes di sudut matanya, ia mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.

Karna Mayor Ararya merasa terhibur dengan tingkah konyol Syifa, Mayor Ararya mengikuti Syifa sampai batas pintu keluar.

Syifa mengucapkan salam pada seseorang yang sudah mengangkat sambungan teleponnya. " Mamahhhhh ... " Teriak girang Syifa, namun suara ya ia pekik dengan tangan kirinya.

"Kenapa Nak ? Ada apa, " jawab suara di dalam ponsel.

"Mah, aku baru saja dapat gajih pertama ku. " Syifa menyampaikan kegembiraannya pada seseorang yang sangat berjasa di hidupnya.

"Syukurlah Nak, Mamah ikut senang. Kamu baik-baik di sana ya, simpan baik-baik uangnya. "

"Iya Mah, nanti Syifa kirimkan uangnya ke rekening Mamah ya. Mamah Simpan sebagian dan sebagiannya buat keperluan Mamah dan Adek di rumah. " Ujar Syifa.

Ibu Syifa yang mendengar ucapan Syifa, menjadi terharu dan bangga.

"Simpan saja buat tabunganmu Nak, Mamah dan adek di rumah sudah ada kok. Simpan buat biaya kuliahmu nanti, itu kan tujuan mu. "

"Tidak Mah, Membahagiakan Mamah dan juga adek juga adalah salah satu cita-cita ku Mah. " Unggap Syifa pada Ibunya.

Ibu Syifa pun semakin terharu atas rasa peduli yang Syifa berikan padanya.

"Nanti kalau Syifa ada waktu libur dan keluar, Syifa pasti akan transfer kan ke rekening Mamah. " Ujar Syifa.

Syifa pada saat itu memang belum sempat membuat rekening sendiri, sehingga ia tidak memiliki akses M-banking pribadi.

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

suka bacanya...🌸

2024-03-24

1

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Syifa dah mulai kagum sm mayor ararya.....

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!