BAB 6.

"Ko aku jadi suka goda Mayor Ararya ya, hahahaha ... Kata orang dia sangat tidak mudah bahkan susah bersahabat dengan siapapun atau bahkan dia sangat susah di dekati oleh siapapun jadi penasaran sesusah apa sih dia. " Gumam Syifa.

Syifa berjalan ke arah kamarnya, langkahnya terhenti karna Putri keluar dari kamarnya dan memanggil Syifa.

"Kamu kenapa ? " Tanya Putri melihat Syifa berjalan pincang.

"Cuma kesandung kok Put, oh iya put bukan kah kamu ingin menjelaskan sesuatu? Apa ? " Tanya Syifa.

Putri membelalakkan matanya, " Aku kira kamu sudah lupa. Ayo masuk kita ngobrol di kamar. "

Syifa pun menuruti kemauan Putri,

"Stttttt ... Sakit ! " Rintih Syifa saat duduk di tepian kasur Putri.

"Ko bisa jatuh gitu sih, kamu itu ada-ada saja. " Ucap Putri.

"Jangan hiraukan luka ini Put, cepat apa yang ingin kamu katakan. " Pinta Syifa.

Putri menghela napas, " Ya memang aku itu ada hubungan dengan Lettu Leo. "

Syifa tak terkejut mendengar pernyataan Putri, " Ya terus kenapa harus sembunyi-sembunyi membicarakan ini ? "

"Kamu tidak tahu saja, jika saja gank Sri tahu. Aku tuh bisa di bully habis-habisan. " Ungkap Putri.

"Ya terus kamu takut ? Karna alasan apa kamu takut ? " Tanya heran Syifa.

Putri menepuk lengan Syifa, " Dengan berjalannya waktu kamu pasti akan paham. "

"Aneh ko dia berani membully sih di tempat seperti ini. Ya terus Leo tidak melakukan apa-apa gitu pada Sri ? Seharusnya dia melindungi kamu dong Put. " Hardik Syifa.

"Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini, jadi aku tidak ingin ada masalah. " Jawab Putri membuat Syifa menggelengkan kepalanya heran.

Syifa pun berpamitan untuk pergi ke kamarnya, ia ingin segera meminum obat pereda nyeri yang selalu ada di tasnya.

Syifa memejamkan matanya saat obat sudah ia minum, berharap di pagi hari ia tidak merasakan sakit di kakinya lagi.

Malam pun berlalu.

Kaki Syifa terasa ngilu saat di pakai berjalan, namun ia terus memaksakan diri untuk berkerja. Ia tidak mau di nilai sebagai pekerja baru yang manja.

Saat Syifa berjalan, tak di sangka ia berpapasan dengan Mayor Ararya yang ingin duduk di ruang tengah menunggu rekan kerjanya yang lain untuk sarapan pagi bersama.

Ararya sekilas menatap Syifa, sementara Syifa membalas lirikan Mayor Ararya dengan senyuman termanisnya. Namun lagi-lagi Mayor Ararya bersikap dingin terhadapnya.

"Parah gak ya lukanya ? " Batin Ararya yang ingin mengetahui luka Syifa namun enggan menanyakannya pada Syifa.

Di dalam dapur Syifa sangat fokus dalam bekerja, sehingga ia tidak ada waktu untuk bertegur sapa seperti yang lainnya.

Sampai sore pun Syifa selalu memakai waktu bekerjanya dengan baik, jika waktunya istirahat ia pun akan menggunakannya dengan baik.

Saat waktu menjelang sore, Sri memerintahkan Syifa untuk membersihkan sebuah kamar dimana sebelumnya ia susah payah untuk menemukan kunci ganda kamar itu.

"Kunci kamar siapa ini ? " Tanya Syifa pada Sri.

"Itu kunci kamar yang harus kamu bersihkan, itu perintah dari Senior. " Jawab Sri ingin mengerjai Syifa.

"Ya sudah baiklah. " Ujar Syifa yang percaya begitu saja pada Sri.

Sri membuka sebuah kamar yang nomornya sama dengan yang ada pada kunci itu. Syifa membuka pintu kamar itu. Nampak lah sebuah kamar yang di hiasi beberapa barang-barang antik militer.

"Kamar siapa ini ? Tapi apa yang harus saya bereskan di sini, kamarnya nampak rapih malah tidak ada debu sama sekali. " Gumam Syifa seorang diri.

Syifa hanya menyapu lantai kamar itu saja sampai ke arah balkon kamar itu, namun saat Syifa sedang ada di dalam balkon kamar itu. Seseorang yang merupakan pemilik kamar itu datang dengan heran karna mendapati kamarnya sedang dalam keadaan tidak di kunci, Dengan heran Ararya berpikir jelas-jelas sebelum ia pergi sudah mengunci kamarnya itu.

Tapi Ararya mengira ia lupa tidak menguncinya, Ararya menutup pintu itu kembali dan menguncinya rapat. Ararya membuka pakaian seperti biasa, setelah pulang tugas ia langsung membersihkan dirinya.

"Aaaaaaaaa .... " Teriak Syifa membuat Ararya melonjak kaget.

"Anda sedang apa Pak ? " Tanya Syifa membalikkan badannya karna benar-benar melihat tubuh bagian atas Ararya tidak memakai baju sama sekali.

Ararya menyambar kaos tipis yang ada di lemarinya. Setelah itu ia menarik keras tangan Syifa dan ia hempaskan pada pintu kamarnya dengan keras.

"Bruuuukkkk "

"Awwwwwwww. " Ringis Syifa saat lengannya terbentur ke tembok kamar Ararya.

Ararya yang sebenarnya tidak berniat kasar pada Syifa, kini ia malah terkesan melakukan kekerasan pada Syifa. Ararya sungguh tak menduga tarikan tangannya mampu membuat tubuh Syifa terbentur keras ke tembok itu.

Syifa saat itu merasakan takut Atas sikap Ararya. "Atas perintah siapa kamu masuk ke kamar saya, Hah ? " Tanya keras Ararya.

Pribadi Ararya memang sangat tertutup, sehingga siapapun tidak boleh masuk ke dalam kamar pribadinya.

Syifa memejamkan matanya, karna takut akan bentakan Ararya saat itu. " Ma-maaf Pak. Sa-saya .... "

"Saya tidak suka siapapun masuk ke dalam ruang pribadi saya, kamu jangan mentang-mentang di masukan kerja oleh saya kamu berani pada saya ! Kamu itu orang asing bagi saya, Kamu harus sadar itu. PAHAM ? " Bentak Ararya membuat Syifa benar-benar bingung saat menghadapi kemarahan Ararya saat itu.

Syifa tidak ada kesempatan untuk membela dirinya sendiri, karna saat Syifa membuka mulutnya di saat itulah bentakan akan ia dapat.

"Jangan harap saya bisa kamu rayu, wanita seperti kamu memang banyak akal bulusnya untuk menjebak laki-laki manapun. " Ucapan Ararya kali ini benar-benar membuat luka di hati Syifa.

Syifa menegakkan tubuhnya. "Saya diam karna saya menghormati anda Pak. Tapi jika anda menyesal telah memasukan saya bekerja di rumah ini saya tidak keberatan untuk di keluarkan di tempat kerja ini. Saya tidak ada pikiran sedikitpun untuk menjambak siapapun di sini termasuk anda. Tolong bukakan pintunya ! "

Ararya terdiam melihat wajah serius Syifa, "Cepat Pak bukakan pintunya ! saya tidak mau anda berpikir lebih buruk lagi tentang saya. "

Syifa memegang lengan kanannya yang sempat terbentur ke tembok itu. " Sial si licik Sri mengerjai diriku rupanya. " Batin Syifa.

Ararya melihat Syifa terus memegang lengan atasnya, Syifa merebut kunci itu dari Ararya Karana Syifa merasa pergerakan Ararya sangat lamban.

Saat Ararya ingin meminta maaf, Ararya sudah mendapati Syifa keluar dari kamarnya. Syifa tidak sepenuhnya marah pada Mayor Ararya, tapi Syifa kesal pada Sri yang sudah berani menjebaknya.

Saat Syifa ingin menegur Sri, Sri sedang mengobrol dengan Pak Joko kepala semua pekerja bagian kebersihan dan pekerja dapur di rumah itu.

Sehingga Syifa mengurungkan niatnya untuk melabrak Sri saat itu.

"Apa yang kamu lakukan ? Dia itu wanita. " Hardik Ararya pada dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

bhunshin

bhunshin

si Sri 🐜 rangrang kudu dibasmi

2024-05-26

0

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Laptop buat diberikan kpd syifa lah...

2024-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!