BAB 14.

Saat rombongan sampai rumah Dinas, semua pekerja sudah siap menyiapkan makan malam. Yang akan datang 3 jam lagi, walaupun masih terbilang cukup lama para pekerja mulai mempersiapkan semuanya.

Sementara mereka beristirahat terlebih dahulu dan membersihkan diri mereka setelah seharian beraktivitas.

"Selamat malam Pak ! " Sapa seseorang yang baru datang saja datang menghadap pada seseorang yang penting itu dengan memberikan penghormatan terlebih dahulu lalu mengulurkan tangannya.

" Malam Dok .. " Sahut orang penting tersebut penuh wibawa dan menyambut uluran tangan Dokter Irwan.

Ternyata Dokter Irwan di hari itu ada jadwal untuk mengecek kesehatan orang penting tersebut dan juga istrinya. Karna waktu sudah mendekati jam makam malam, Dokter Irwan pun di ajak makan malam bersama setelah tugasnya selesai.

Dokter Irwan tak menolak ajakan itu.

Seperti biasa sebelum para pasukan datang ke meja makan, Makanan pun sudah siap dan sudah tertata rapih di atas meja makan itu.

"Dokter Irwan ! " Ucap Mayor Ararya menghentikan langkahnya, saat ia tahu ada Dokter Irwan bersama dengan Tuannya.

"Bagaimana Mayor Ararya, apa sudah lebih baik ? " Tanya Dokter Irwan yang tau kedatangan Mayor Ararya.

"SIAP ... Sudah Dok ! " Jawab tegas Ararya dengan memberikan hormat pada Dokter Ararya yang juga anggota TNI sama dengannya namun pangkat Dokter Irwan lebih tinggi di banding Mayor Ararya.

Di samping penghormatan Mayor Ararya pada Dokter Irwan, terselip rasa kesal.

"Baguslah, Salah satu pekerja Anda sangat lah berpotensi dalam hal medis. " Sambung Dokter Irwan pada orang penting tersebut.

Sontak orang penting tersebut pun bertanya, " Siapa ? "

"Namanya Syifa Pak, dia sangat berpotensi akan hal medis. Saya tau saat dirinya mendiagnosa riwayat penyakit Mayor Ararya tempo hari. " Jelas Dokter Irwan.

Orang penting tersebut seketika terdiam, karna di bingung yang mana pekernya yang bernama Syifa, karna itu bukan tugasnya tahu satu persatu pekerja yang ada di bagian dapur.

"Saya baru tahu akan hal itu, kenapa dia bisa pintar dalam hal medis ? " Tanya orang penting tersebut.

"Dia mahasiswa kedokteran Pak, namun dia sedang mengambil cuti. " Jelas Dokter Irwan.

"Oh bagus ... Bagus, tapi ... Dokter Irwan datang ke sini yakin hanya untuk mengecek kesehatan saya ? " Tanya Orang penting tersebut dengan suara beratnya menggoda Dokter Irwan, yang sudah ia anggap sebagai kerabatnya sendiri.

Dokter Irwan tersenyum simpul.

"Mari, mungkin nanti di sana anda bisa bertemu dengan pekerja yang bernama Syifa. "

Dokter Irwan tersenyum kembali, " SIAP PAK ... "

"Jadi Syifa mahasiswa kedokteran yang sedang cuti ! Sejauh mana ia menceritakan tentang dirinya pada Dokter Irwan ? Jika saja aku tahu dia akan datang, mungkin aku akan mencari alasan untuk tidak ikut makam malam untuk hari ini. " Gumam Ararya berjalan mengikuti orang yang ada di hadapannya.

Sesampainya di meja makan, para pasukan melihat menu makan malam yang begitu lezat. Sementara Ararya hanya memasang wajah di tekuk dan melihat Syifa yang berdiri bersama rekan kerjanya.

"Dokter Irwan, " Ucap kecil Syifa dalam hatinya.

Dokter Irwan melihat keberadaan Syifa, keduanya saling menautkan senyuman ciri khasnya.

Hanya Leo yang bisa melihat kekesalan di wajah Mayor Ararya, Ararya saat itu rasanya ingin pergi namun ia tak mampu karna orang penting yang mempekerjakannya sedang ada di dekatnya.

Ararya hanya mengepalkan tangannya yang ia taruh di atas kakinya saat duduk di kursi makan itu.

Leo memberikan isyarat kecil pada Ararya, namun Ararya hanya menatap kesal dan menggelengkan kepalanya sedikit pada Leo.

"Sebelum kita memulai makan malam, saya ingin berterima kasih pada Dokter Irwan karna selalu peduli dengan keluarga Saya. " Ucap Orang penting tersebut.

Dokter Irwan yang mendengar ucapan terimakasih langsung memberikan hormat pada orang tersebut.

Sungguh sekumpulan orang bersahaja kini sedang berkumpul di meja yang sama.

Syifa tak mengunci pandangannya pada Dokter Irwan, Syifa sesekali melihat Ararya yang hanya menundukkan kepalanya. Wajah di tekuk Ararya bisa di lihat oleh Syifa.

" Dan saya pun ingin tahu, salah satu pekerja yang di bicarakan Dokter Irwan pada saya. Syifa ? " Ucap Orang penting itu lagi.

Syifa terkejut, semua mata tertuju pada Syifa,

" Saya Pak, " Jawab sopan dan ramah Syifa namun sungguh ia merasa gugup.

"Lanjutkan cita-cita mulia mu itu, " Perintah orang penting tersebut pada Syifa.

Syifa tersenyum, dan memberikan penghormatan pada orang tersebut. " SIAP PAK, "

Rekan kerja Syifa heran mendengar obrolan tersebut, dan sesi dimana para pekerja harus membenarkan posisi piring yang akan di pakai mereka lakukan.

Syifa berjalan ke arah Mayor Ararya, "Silahkan Mayor. " Ucap kecil Syifa yang tidak di balas satu katapun oleh Ararya.

"Kenapa dia tidak marah, saat piringnya aku sentuh ? " Batin Syifa melangkah mundur.

Dan senior Syifa pun meminta ijin untuk kembali ke tempatnya, dia pun mendapatkan ijin dan segera kembali ke ruangan dapurnya.

Sementara Dokter Irwan mendapat langkah Syifa yang mengikuti langkah seniornya, lagi-lagi Ararya melihatnya.

"Rupanya dia tertarik pada Syifa ! " Batin Ararya mencengkram hebat sendok dan garpu yang akan dia kenakan.

Mayor Ararya tak selera makan, namun ia menghargai semua orang yang ada di dekatnya. Sehingga ia terus melanjutkan makan malamnya.

Hanya Ararya yang saat itu memiliki perasaan tidak baik, namun tidak ada yang melihatnya terkecuali Leo dan juga Syifa.

Di tempat lain Syifa terus berdoa untuk seseorang yang sangat ia kagumi. " Jaga dia, lindungi dia. " Doa Syifa untuk Mayor Ararya.

Orang penting tersebut pun telah selesai, ia mengajak Dokter Irwan pergi dari meja makan tersebut. Tak lama Ararya pun pergi meninggalkan makanan yang tidak ia habiskan.

Tanpa kata-kata Ararya meninggalkan meja makan yang hanya menyisakan para rekan kerjanya.

Ararya berjalan ke arah Kamarnya, namun matanya merasa terpesona saat melihat dedaunan hijau di taman. Hingga diapun membelokkan langkahnya menuju kursi taman.

Mayor Ararya berharap tiupan angin mampu menenangkan hatinya. "Kenapa aku harus marah jika Dokter Irwan menyukainya ? "

Ararya menghirup hiliran angin sejuk di malam itu, Namun saat dirinya merasa sedikit tenang. Ararya melihat Dokter Irwan hendak pulang.

Ararya pun berdiri dan memberikan hormat pada Dokter Irwan, karna Dokter Irwan pun mengetahui keberadaan Mayor Ararya.

Beberapa waktu kemudian, Ararya merasa hembusan angin yang tadinya sejuk kini terasa menyakiti tubuhnya yang belum pulih 100 persen itu.

Ia sudah merasakan dingin, kini ia ingin beralih menuju kamarnya namun sebelum ia memasuki kamarnya ia berniat untuk membuat teh hangat terlebih dahulu untuk menemaninya saat berada di dalam kamar.

Lagi-lagi Ararya di hadapkan dengan beberapa pekerja wanita di dalam ruangan dapur, seketika ruangan dapur itu ramai. Yang tadinya suasana ruangan dapur sepi hanya ada suara peralatan dapur yang terdengar, kini suasana menjadi ramai saat sang pangeran datang.

Syifa melirik kedatangan Mayor Ararya, ia tersenyum namun tidak di balas oleh Ararya. Ia hanya membalas sapaan wanita lain di bandingkan Syifa.

"Dia benar-benar marah, bagaimana caranya aku meminta maaf dan menjelaskan semuanya. " Batin Syifa yang telah selesai bekerja ingin keluar ruangan dapur, meninggalkan keramaian para rekannya untuk meminta foto tak jarang sesekali mereka menggoda Mayor Ararya.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

gadis langkah kui bang mn dokter pula.... gercep d "bungkus" aja gih😁😁 😍😍😍

2024-04-25

0

Susana Sari Sari

Susana Sari Sari

grecep....bang Mayor NT keburu disikat orang 🤭🤭🤣🤣

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!