BAB 14.

Syifa meraih tangan Ayah dan Ibu Nia untuk memberikan salam hormat pada kedua orang tua Nia itu.

Nia pun sama dengan Syifa, Nia duduk di samping Ibunya sementara Syifa tidak ada pilihan lain duduk di samping Ararya.

Walaupun satu tempat pekerjaan, Syifa dan juga Ararya tidak saling menyapa keduanya kaku.

"Kalian punya janji untuk bertemu di sini ? " Tanya Ayah Nia berniat menggoda keduanya.

"Tidak Om. "

"Tidak Om. "

Jawaban itu mereka lontarkan bersama-sama. Sehingga Ayah Nia, Ibu Nia dan juga Nia tertawa kecil bersama.

Sementara Syifa dan juga Mayor Ararya saling menatap sejenak.

"Bagaimana pekerjaan Syifa di sana, Aman kan ? "Tanya Ayah Nia.

"Mmm, Aman ko Om. " Jawab Ararya singkat.

"Sudah Om duga. Benar kata Om kan, Syifa tuh orangnya baik, pintar dan pekerja keras. Buktinya dia mampu merubah watak keras Nia yang tadinya tidak mau kuliah kedokteran kini saja semangat semenjak kenal sama Syifa. Tapi sekarang Nia malah minta kerjaan setelah Syifa memutuskan untuk kerja. " jelas Ayah Nia merasa pusing dengan kelakuan anak semata wayangnya Nia.

"Mau kerja apa kamu ? Sudahlah kamu itu kuliah saja, kerja itu bagi orang dewasa." Ejek Ararya yang sebenarnya suka mengejek Nia dari kecil.

"Om, jangan mulai deh. Nia ini sudah dewasa bukan lagi ponakan om yang selalu om buat nangis karna selalu menceburkan mainan ku ke dalam kolam ikan. " Rengek Nia pada Ararya.

Ararya tertawa sampai ia tidak sadar bahwa Syifa ikut tersenyum saat itu, Syifa tersenyum bukan karna candaan Ararya pada Nia. Melainkan Syifa tersenyum karna melihat tawa Ararya.

"Ngomong-ngomong tangan kamu itu kenapa ? " Tanya Ibu Nia.

Ararya menatap pergelangan tangannya. " Emm cuma kena bakar saja Tan, ini sudah kering Kok. " Jawab Ararya santai.

"Sudah ayo kita ke kamar, " Ajak Nia pada Syifa.

Ararya menatap Syifa.

Syifa hanya menganggukkan kepalanya.

"Pah, malam ini Syifa tidur di sini. " Ucap Nia.

Ayah Nia melirik Syifa, " Kamu terpaksa tidak tidur di sini ? Om tahu Nia pasti memaksamu bukan ? "

Syifa menatap Nia, lalu Nia memberikan isyarat pada Syifa. " Nak, Jangan paksa Syifa seperti itu. Dia kan sekarang bekerja bukan Kuliah. Bekerja itu harus tepat waktu, jarak dari sini ke rumah dinas itu cukup jauh. Jadi jika Syifa berangkat dari sini pasti akan terlambat. "

Syifa tidak tega dengan Nia, karna Nia perlu bantuan dirinya. " Tidak apa-apa om, nanti saya akan bangun sangat awal sekali agar tidak terlambat. "

"Nak, jangan begitu dong kasihan Syifa. " Sambung Ibunya.

"Bu, Nia ada tugas kuliah. Nia tidak bisa mengerjakannya. " Bisik Nia.

"Jangan berbisik seperti itu, Papah sudah tahu tujuan mu menyuruh Syifa untuk tidur di sini. " Umpat Ayah Nia.

Ararya mengambil alih untuk mencari jalan keluar, " Ya sudah kamu bantu Nia saja dulu. Saya akan menunggu kamu di sini, nanti kita pulang bersama. "

Syifa sontak tak percaya Ararya akan menawarkan ahl itu, Tapi Syifa tak percaya diri terlebih dahulu. Mungkin ia merasa tidak enak saja kepada kedua orang tua Nia.

Nia tertawa, " Tumben Om baik hati dan tidak sombong. "

"Niaaaaaa, tidak boleh begitu ah sama Om Ararya. " Ucap Ibunya.

"Tidak usah Pak, saya bisa pesan Taxi online kok. Kalau bapak mau pulang duluan silahkan, saya gampang kok. " Ucap Syifa tidak mau membuat Ararya terpaksa melakukannya.

"Kamu lebih aman pulang sama Ararya, " Sambung Ayah Nia.

Ucapan Ayah Nia mutlak jadi siapapun tidak boleh membantahnya.

"Ya sudah kalau begitu Om, saya bantu Nia dulu. " Ucap Syifa menatap Ayah Nia dan juga Ararya.

Syifa pun berjalan beriringan dengan Nia. Sesampainya di dalam kamar Nia menatap curiga pada Syifa.

"Lo diam-diam ada main hati yah sama Om gue ? " Tanya Nia serius.

Syifa tertawa, " Emang ia wajah gue mengatakan seperti itu ? Lo kan tahu sendiri gue gimana orangnya. Kalau iya ya iya kalau tidak ya tidak. "

"Gue sih setuju-setuju aja, lagian gue pikir-pikir kasihan Om gue itu udah dewasa tapi belum punya cewe. Dulu pernah sih ... Tapi ya begitulah putus di tengah jalan. " Jelas Nia.

Syifa ingin lebih tahu lagi tentang Mayor Ararya, namun ia hentikan niat ingin tahunya itu. Mengingat Ararya sedang menunggunya di bawah.

"Sudahlah mana tugasnya, gue gak mau berhutang Budi sama Om Lo. Kena sudang menunggu terlalu lama. " Jelas Syifa.

"Baiklah. " Jawab Nia, dengan semangat memberikan tugasnya pada Syifa.

Tak perlu waktu lama Syifa mampu mengerjakan tugasnya itu dengan cepat dan tepat.

"Nih, gue balik dulu ya ? Sebenarnya gue masih mau di sini, tapi pekerjaan gue kali ini benar-benar menuntut gue untuk stay tempat waktu. " Jelas Syifa.

"Ya sudah, kalau butuh apa-apa hubungi gue Ok ? " Ucap Nia.

"Beres. " Jawab Syifa memeluk sahabatnya itu.

Nia pun mengantar Syifa untuk turun ke lantai satu rumahnya dimana di sana Ararya sudah menunggu Syifa untuk pulang bersama.

"Om, jangan buat sahabatku ini tidak nyaman. " Pinta Nia pada Ararya.

"Iya. Memang Om mau melakukan apa pada dia, kan cuma pulang bareng. " Jawab Ararya simple.

"Faa .. Kalau Om Ararya macam-macam kamu teriak saja. " Bisik Nia.

Syifa tersenyum.

"Om-tante saya pulang dulu ya, Terimakasih atas kebaikan Tante dan Om selama ini. " Ucap Syifa menatap Ibu Nia.

Ibu Nia merasa terharu, sampai-sampai Ibu Nia memeluk Syifa sangat erat.

"Anggaplah kami Ibu dan Ayah kamu, kamu jangan sungkan ya Nak ! " Jawab Ibu Nia dalam pelukannya.

Ararya melihat moment haru itu, dimana Tantenya itu sangat menyayangi Syifa. Rasa sayang tantenya itu tidak mungkin tercurah begitu saja kalau tidak Syifa yang memulainya.

"Terima kasih Tante. " Jawab Syifa mencium telapak tangan Ibu Nia, dan juga mencium telapak tangan Ayah Nia.

Nia melambaikan tangannya pada Syifa yang hendak menyusul Ararya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobilnya.

Syifa merasa gugup saat itu, perkara untuk duduk dimana pun itu sudah menjadi pikiran keras bagi Syifa saat itu.

Ararya membuka kaca mobilnya, " Ayo naik. "

"Di sini ? " Tanya Syifa ragu.

Ararya membelalakkan matanya, sifat acuhnya kembali kambuh. " Ya terus mau dimana lagi ? Di belakang ? Saya bukan supir kamu. "

Syifa pun segera masuk ke dalam mobil Ararya. saat di dalam mobil Syifa hanya menundukkan kepalanya karna sungguh ia merasa Ararya sangat terpaksa untuk pulang bersamanya.

Ararya yang fokus pada kemudinya sejenak berpikir, Syifa yang ia kenal sebagai pribadi yang sangat cerewet kini tidak terlihat lagi.

Perjalanan saat itu entah kenapa sangat macet, hingga Syifa harus menahan rasa gugupnya lebih lama lagi.

Syifa mencoba menghilangkan rasa gugupnya dengan cara memainkan ponselnya, namun tanpa di duga ponsel itu terjatuh. Syifa hendak mengambil ponsel itu dan di sana tangan Ararya refleks menghalangi dasbor bagian bawah dengan telapak tangannya agar kepala Syifa tidak terbentur.

Syifa tersenyum, " Terima kasih Pak. "

"Emmm ... "

" Ya Alloh peka sekali dia, siapapun yang di sampingnya pasti akan dia jaga. " Batin Syifa.

Terpopuler

Comments

Susana Sari Sari

Susana Sari Sari

grecep....bang Mayor NT keburu disikat orang 🤭🤭🤣🤣

2024-04-25

0

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

gadis langkah kui bang mn dokter pula.... gercep d "bungkus" aja gih😁😁 😍😍😍

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!