BAB 13

"Cepat selesaikan tugas Lo ini, saya mau istirahat. " Pinta keras Ararya.

Syifa pun segera menutup sambungan telpon itu, dan langsung bergegas untuk mulai mengobati luka Ararya, " Sarapan nya Pak. "

"Selera makan saya sudah hilang. " jawab Ararya datar.

Dalam hati Syifa bertanya-tanya kenapa raut wajah Mayor Ararya seketika berubah, memang pada dasarnya raut wajah Ararya sangat lah tegas dan dingin. Namun kali ini beda, moodnya benar-benar sedang tidak baik-baik saja.

"Baik Pak, " Saat itu Syifa benar-benar diam. Begitupun dengan Ararya.

Saat itupun Syifa sadar dan yakin bahwa sosok Ararya memang seorang pribadi yang tidak gampang berteman dengan siapapun.

"Sudah selesai Pak. Lukanya sudah cukup kering Kok. " Jelas Syifa. " Kalau begitu saya permisi dulu pak. "

Kesan di pagi itu tidak menyisakan canda dan tawa seperti biasanya, Syifa yang sifatnya memang periang dan hobi bercanda pada siapapun membuatnya dirinya gampang akrab dengan siapapun. sifatnya itu ia tunjukan pula pada Ararya, namun Syifa beranggapan bahwa Ararya tidak suka dengan sifatnya itu sehingga Syifa memutuskan untuk tidak banyak bercanda dengan Ararya saat itu juga.

Syifa pergi dari dalam kamar itu, Ada perasaan kecewa dalam hati Ararya namun ia belum bisa mengartikan atas dasar apa dia kecewa.

Hari berlalu, Ararya kini menjadi jarang bertemu dengan Syifa. Syifa memang tidak memikirkan tentang hal itu, karna pikirnya Ararya tidak membutuhkan Syifa di sisinya.

Padahal tanpa sepengetahuan Ararya, Syifa selalu memperhatikannya meskipun dari kejauhan.

"Mayor Ararya memang terlihat sempurna, beruntung sekali wanita yang akan jadi istrinya nanti. Bukan hanya tampan tapi Mayor Ararya terlihat sangat berkarisma dan bertanggung jawab. Mungkin saat ini gue hanya bisa mengaguminya saja. " Gumam Syifa saat melihat Ararya sedang berjalan mendampingi Tuan Heriyanto.

Di satu waktu, Ararya sengaja memasuki dapur karna ingin membuat kopi untuk menemani sore harinya. Para pekerja masih berada di dalam dapur itu, saat Mayor Ararya memasuki dapur itu mata para pekerja wanita seketika menjadi nakal mencoba merebut perhatian Mayor Ararya.

Namun mata Ararya hanya tertuju pada satu sosok yaitu Syifa, Syifa melihat kedatangan Ararya namun ia segera memalingkan pandangannya ke arah lain tidak seperti pekerja wanita yang lainnya yang terus tersenyum dan menatap Mayor Ararya.

"Mayor .. Boleh minta Foto ? " Tanya Hana memberanikan diri.

Ararya mengangguk samar, sehingga semua para pekerja wanita menjadi gaduh saat itu juga berebutan ingin berfoto dengan Mayor Ararya.

Sementara Syifa masih fokus pada bagian pekerjaannya, setelah selesai ia berjalan melewati para wanita yang sedang berebutan berfoto dengan Mayor Ararya.

Syifa bukan tidak memperdulikan keadaan Ararya, dia sempat menyapa Ararya dengan senyuman manisnya setelah itu ia pergi dari ruangan itu.

"Berat sih ini. " Ucap kecil Syifa dalam langkahnya setelah melihat Mayor Ararya di kerumni wanita-wanita cantik.

Walaupun begitu Syifa tetap mengangumi Mayor Ararya, Mungkin hanya sebatas mengagumi jika ingin memiliki rasanya itu tidak mungkin.

Ararya melihat Syifa pergi, walaupun Syifa memberikannya senyuman tapi Ararya tetap merasa bahwa perubahan sifat Syifa padanya begitu sangat terasa.

Di hari Weekend di Minggu itu Syifa memutuskan untuk pergi keluar karna sudah rindu dengan sahabatnya Nia, mereka membuat janji untuk pergi bersama.

Saat bertemu mereka saling memeluk satu sama lain, " Sudah dua pekan Lo bekerja di rumah dinas itu Faa. " Ucap Nia.

Syifa menganggukkan kepalanya. " Ya ... "

"Bagaimana kesannya ? " Tanya Nia yang sudah bisa menduga bahwa ia menjadi Pekerja rumah tangga itu sangat membosankan dan melelahkan.

"Emmm .. Asyik kok, di sana sangat ketat sekali. Serasa seperti sedang berada di wilayah tempur, dimana keamanannya di jaga ketat oleh para penjaga yang memiliki senjata lengkap.

"Lo bilang begitu Asyik ? membosankan kali Faa.. " Ujar Nia. " Trus .. Trus bagaimana dengan Om Ararya. "

Syifa menatap raut wajah Nia, " Ya seperti yang Lo katakan. Om Lo itu tidak mudah berteman dengan siapapun. "

"Tuh kan apa gue bilang, tapi Lo jangan lihat dia Faa .. Nanti bisa-bisa Lo tak tahan bekerja di sana. " Saran Nia.

Syifa tersenyum. " Gak lah, beliau tidak terlalu menyebalkan seperti yang Lo bilang kok. "

"Ini gak benar sih, jangan sampai Lo suka sama dia. Nanti Lo bisa tertular sifat datar dan dinginnya. " Ujar Nia.

Syifa sama sekali tidak terpengaruhi oleh ucapan sahabatnya itu, entah kenapa Syifa menolak semua pengaruh buruk yang akan mempengaruhi hati dan otaknya tentang Mayor Ararya.

Syifa dan juga Nia memutuskan untuk nonton bioskop bersama, makan bersama dan di akhiri nongkrong di sebuah cafe langganan mereka.

Banyak cerita yang mereka sampaikan satu sama lain, hingga Syifa merasa tidak sabar untuk kembali kuliah seperti biasanya.

"Faa ... malam ini Lo tidur di rumah gue ya, gue butuh bantuan Lo soal nya. Please ... " Pinta Nia memohon pada Syifa.

Syifa sudah bisa menebak bantuan apa yang di perlukan oleh Nia, " Tugas kuliah kan ? "

"Pintar sekali otak sahabat gue ini. " Jawab Nia menepuk punggung Syifa lembut.

"Ya ... Ya .. Ya ... Please. " Bujuk Nia memelas belas kasihan pada Syifa.

"Ok .. Ok .. " jawab Syifa segera mengabulkan permintaan Nia.

Saat mereka memutuskan untuk pulang dan sampai di rumahnya. Nia di kejutkan oleh sebuah mobil Pajero Sports berwana putih yang terparkir di parkiran rumahnya itu.

"Kenapa ? " Tanya Syifa melihat Nia menghentikan langkahnya.

"Ah enggak, mungkin di dalam ada tamu nya Papah. Ya sudah Ayo .. Kita langsung ke kamar saja. " Ajak Nia menarik tangan sahabatnya itu.

Baik Nia ataupun Syifa terus melangkah tanpa ragu, bahkan mereka tertawa kecil saat mengingat momen lucu yang mereka alami. Sampai-sampai mereka tidak melihat tamu siapa yang sedang duduk bersama dengan Ayah Nia itu.

"Nak kamu baru pulang ? " Safa Ibu Nia berhasil menghentikan langkah Nia dan juga Syifa saat hendak menaiki anak tangga kamar menuju kamar Nia.

Nia menoleh, " I-iya Bu. " Jawab Nia menyenggol lengan Syifa.

"Apa ? " Tanya Syifa perlahan karna sungguh ia tak mengerti dengan isyarat yang di berikan Nia.

"Jangan bilang Lo janjian sama Om Ararya. " Ucap kecil Nia yang hanya bisa di dengar oleh Syifa.

"Ararya ? " Ucap Syifa heran lalu melangkah kan satu langkah kakinya dan menoleh ke arah ruang tamu Nia.

"Loh kamu bersama Syifa rupanya. Ayo sini masuk Nak. " Sapa Ibu Nia ramah pada Syifa.

Ararya melemparkan tatapannya pada Syifa, Syifa tersenyum hambar saat itu. " I-iya Tante Om. "

Mau tidak mau Syifa berjalan ke arah Ayah Nia, Ibu Nia dan juga Mayor Ararya.

Tatapan curiga kini terlempar dari Ayah Nia pada Ararya. Ararya yang menangkap tatapan curiga itu hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya lucu.

Nia mendorong kecil Syifa saat melangkah, " Cepat dong. "

"Ihh ... sabar dong. " Jawab kecil Syifa pada Nia.

Syifa merasa ragu untuk melangkah.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

😀😀 Leoo..... tar d telan lhoo yoo sm MayAra ☺️☺️☺️

2024-04-25

1

Puspita Sari

Puspita Sari

kayanya dokter irwan usianya udh tua ya thor soalnya pas wkt itu manggil syifa dgn sebutan Nak...

2024-04-10

0

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Cie2 ararya cemburu sm dokter irwan

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!