BAB 13

Syifa mengikuti langkah kaki Ararya. Ararya duduk di kursi sebelah kanan, sementara Syifa meletakkan makanan dan juga obat di meja yang ada di tengah antara dua kursi kecil itu.

"Kamu mau berdiri saja ? " Tanya Ararya menatap tajam ke arah Syifa.

"Anda belum mempersilahkan saya duduk Pak, " Jawab singkat Syifa.

"Duduklah, kenapa harus di perintahkan ? " Tanya Ararya.

"Karna saya takut anda tidak menginginkan saya duduk. " Jawab Syifa.

"Ya sudah duduk, "

" Baik Pak, " Syifa duduk dan mulai mencampurkan nasi dan juga sayurnya.

Mayor Ararya, sudah seperti anak kecil yang sedang menunggu suapan pertamanya.

"Ternyata Pak Mayor yang ketus ini, bisa manja juga. " Syifa ingin tertawa namun ia tahan dalam hatinya.

Tiba-tiba Ponsel yang ada di saku rok Syifa berdering kecil, namun dapat di dengar oleh Ararya.

"Bapak sepertinya sudah membaik ! syukurlah saya senang melihatnya, " Ucap Syifa tak menghiraukan getaran Ponsel yang dia rasakan.

Ararya tersenyum simpul, " Ini berkat doa kamu, " Jawab Ararya dalam hatinya.

Suapan demi suapan Ararya dapatkan dari sendok yang di pegang oleh Syifa.

Sesekali mata mereka saling tatap, namun Syifa tak berani menatap seperti tatapan Ararya kepadanya. Syifa lebih membuang tatapan nya ke arah lain, " Apa cuma perasaan ku saja ? " Batin Syifa.

"Kamu Dokter ? " Tanya Ararya pada Syifa.

Syifa tersenyum, " Doa kan saja Pak, itu memang cita-cita saya. " Jawab Syifa.

Ararya mengangguk kecil, " Angkat saja dulu ponselnya. "

"Tidak usah Pak, tadi saya lupa tidak menaruh ya di kamar. Saya malah membawanya ! " Jelas Syifa.

"Angkat saja, apa saya harus mengucapkan ini adalah perintah ? " Tanya lemas Artinya.

"Baik kalau begitu, akan saya angkat. Sebentar ya Pak ? "

Ararya menganggukan sekali kepalanya.

Syifa mengerenyitkan kedua alisnya saat ia tidak mengenali nomor yang hendak menghubunginya.

"Hallo ? " Sapa Syifa.

"Bagaimana keadaan Mayor Ararya ? " Tanya suara di sebrang sana.

"Loh, ini Dokter Irwan ? " Tanya Syifa kaget, karna baru tadi pagi ia bertemu dengan Dokter Irwan dan Syifa pun tidak memberikan kontak ponsel nya pada Dokter Irwan.

"Emm .. Mayor Ararya baik Dok, saya lihat sih sudah mendingan gak begitu lemas. " Jelas Syifa ramah.

Ararya yang melihat Syifa di telpon oleh Dokter Irwan, seketika nafsu makannya hilang.

"Baik-baik Dok, terimakasih. Saya akan mempertimbangkan lnya, Ok ... Nanti saya kabarin kalau saya sedang ada waktu luang. " Timpal Syifa.

Sambungan telpon antara Syifa dan Dokter Irwan pun berakhir.

Syifa tersenyum saat melihat ponselnya, lalu ia memasukan kembali ponsel itu ke tempat asalnya. Syifa mengambil sendok itu lalu ingin menyuapi Ararya kembali.

"Sudah cukup ! " Ucap tegas Ararya, sambil membuang mukanya.

Syifa berpikir, " Kenapa sifat Mayor Ararya sekitar berubah ? "

"Ini masih ada loh makanannya ! " Ucap kecil Syifa dengan senyuman lembutnya.

Ararya membuang muka, " Cukup ! "

"Baik, kalau begitu ini obatnya. Silahkan diminum. "

"Simpan saja, biar nanti saya minum. Kamu boleh keluar, dan jangan datanglahi karna saya sudah sehat. " Jawab ketus Ararya dengan wajah kesalnya.

Syifa merasa tidak enak dengan sikap Ararya, " Apa saya ada salah Mayor ? "Tanya kecil Syifa.

"Saya bilang sudah, ya sudah. " Ucap keras Ararya menatap tajam Syifa.

Syifa menundukkan kepalanya, berdiri lalu berjalan untuk keluar kamar tak lupa ia membawa bekas makan Mayor Ararya.

"Permisi Pak, saya ijin keluar. " Syifa berjalan dengan perasaan tidak enak.

"Padahal baru saja kita membuka percakapan dengan baik, tapi sekarang dia kembali ke sikap asalnya. Semoga dia baik-baik saja, " Batin Syifa keluar dari kamar Ararya.

"Dokter Irwan, " Ucap kecil Ararya, menyunggingkan senyuman sinisnya.

Dokter Irwan meminta nomor ponsel Syifa pada Pak Ahmad, saat menelpon Dokter Irwan menawarkan pekerjaan pada Syifa. Dengan janji ia akan membantu Syifa untuk menggapai cita-citanya.

"Apa aku terima saja tawaran Dokter Irwan ya untuk menjadi asistennya. Tapi kenapa aku berat meninggalkan pekerjaan ini ! " Pikir Syifa memikirkan tawaran Dokter Irwan.

                    ☘️☘️☘️☘️

Ke esokan harinya.

Syifa melihat Mayor Ararya sudah memakai pakaian Dinasnya, buku berukuran sedang yang merupakan agendanya selalu ia pegang bersama dengan ponselnya.

"Apahkah kamu sudah sehat ? " Tanya serius orang penting tersebut.

"SIAP PAK ... SEHAT ! " Jawab tegas Mayor Ararya dengan gerakan hormat pada atasannya.

Syifa memperhatikan Ararya, " Aku yakin kamu belum begitu sehat. "

Di salah satu ruangan, Syifa di hadapkan lagi dengan keadaan dimana iya harus berpapasan dengan orang yang sangat ia kagumi sekaligus ia segani.

Syifa kali ini mengangkat wajahnya dan menatap Mayor Ararya yang sedang berjalan ke arahnya, Syifa tersenyum dan Ararya melihatnya namun ia langsung membuang mukanya.

Ararya tak membalas senyuman Syifa walaupun ia sangat menyukai senyuman Syifa, Ararya bersikap so sibuk dengan terus melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.

Syifa kali ini merasa jika ia bersalah, namun Syifa tidak tahu kesalahannya apa. " Mungkin kemarin aku terlalu lancang padanya, Sehingga ia tidak suka dengan sikapku padanya. Bodoh kamu Syifa kenapa kamu tidak mengontrol dirimu sendiri, apa dia ilfil pada ku ? Sadar diri Syifa sadar diri. "

Syifa terdiam saat Mayor Ararya begitu saja melewatinya tanpa menyapa atau menoleh sedikitpun.

"Saya senang jika Bapak sudah sehat," Ucap Syifa berharap Mayor Ararya dapat mendengarnya.

Ararya menghentikan langkahnya namun ia enggan untuk menoleh, lalu ia melanjutkan langkahnya.

Syifa melangkahkan kakinya dengan perasaan tidak enak hati, kali ini Syifa merasa malu akan dirinya sendiri. Ia sesekali memukul kepalanya perlahan kala mengingat apa yang dia lakukan saat Ararya terbaring sakit kemarin.

Ararya hari itu membawa perasaan kesal, tidak ada senyuman di harinya saat itu.

"Mode Macan rupanya. " Sahut rekan kerja Ararya.

Ararya hanya diam, nampak kekesalan terus mengikutinya. Namun para fans Ararya tetap menyukai Ararya dalam mode apapun.

Sesekali Ararya menatap tajam kepada orang yang terus meneriaki dirinya, ia tak memperdulikan berapa banyak orang yang meneriakinya. Ia hanya fokus berkerja menjaga keamanan orang penting tersebut.

"Kenapa sih Pak ? " Tanya Leo membawa minuman dingin, saat semuanya sedang beristirahat.

Ararya hanya menyambar minuman dingin itu dan meminumnya tanpa jeda.

"Lo gak takut muka Lo di abadikan oleh para emak-emak, " Sahut Leo menginginkan Ararya.

"Stttttt ... " Hanya itu yang keluar dari mulut Ararya, dan memerintahkan Leo untuk diam.

"Kalau memang belum sehat, seharusnya Lo istirahat dulu. " Saran Leo menikmati minuman dingin itu.

"Yang kemarin menghubungi Dokter Irwan siapa sih ? " Tanya malas Ararya.

"Yang jelas Mentri perhubungan khusus rumah itu lah, siapa kalau bukan Pak Ahmad. Memang kenapa dengan Dokter Irwan, bukan kah biasanya dia selalu datang saat ada anggota yang sakit ? " Tanya Leo.

"Gak suka gue, " Dengus Ararya, berdiri dan meninggalkan Leo yang masih loading dengan amarah yang Ararya perlihatkan padanya.

"Nah Lo, ya terus memang seharusnya Lo gak suka. Dokter Irwan kan laki-laki, terus kenapa Lo kesal. " Tanya Leo tak berpikir panjang.

Ararya tak memperdulikan ke heranan Leo padanya, ia terus berjalan Gagah menuju tempat dimana ia harus berada.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

😀😀 Leoo..... tar d telan lhoo yoo sm MayAra ☺️☺️☺️

2024-04-25

0

Puspita Sari

Puspita Sari

kayanya dokter irwan usianya udh tua ya thor soalnya pas wkt itu manggil syifa dgn sebutan Nak...

2024-04-10

0

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Cie2 ararya cemburu sm dokter irwan

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!