Draft

Rutinitas pagi pun biasa mereka lakukan, menyiapkan sarapan pagi untuk sang majikan beserta pekerjanya.

Mayor Ararya bersama dengan teman-temannya sudah siap untuk berjalan menuju meja makan, semuanya sudah berpenampilan rapih. Dengan celana katun berwarna hitam, kemaja putih di lengkapi jas hitam di lengkapi dasi yang membuat semuanya terlihat sempurna.

"Kamu bisa ? " Tanya rekan kerja Syifa melihat lengan Syifa yang masih di balut kain kasa.

"Bisa mbak, cuma kalau misalkan saya memaksa untuk menyiapkan makan di meja makan. Saya takutnya mereka merasa terganggu dengan luka di tangan saya. Maka dari itu dari tadi tidak menyentuh makanan sedikitpun, bir nanti piring kotor biar saya yang bersihkan. " Jelas Syifa pada rekan kerjanya.

Merekapun menyetujui apa yang di bicarakan oleh Syifa, Makanan pun sudah siap di antarkan ke tempatnya.

Beberapa saat mereka datang, dan siap menikmati sarapan pagi di hari itu.

"Rupa-rupanya dia tidak bekerja hari ini, baguslah. "Batin Ararya.

Perkiraan Ararya salah, Syifa seharusnya memang istirahat karna ia pun tahu jika luka yang ada di tangannya itu tidak boleh terkena air untuk sementara agar lebih cepat proses pengeringannya.

Karna Syifa merasa bertanggungjawab akan kerjaannya ia tak berani meminta ijin untuk tidak masuk bekerja.

Keputusan yang Syifa ambil memang sangat beresiko untuk lukanya, mungkin tidak akan menyebabkan hal yang serius namun masa penyembuhannya akan lebih lama dan bisa saja membengkak.

Beberapa jam saat Syifa menunggu pekerjaannya datang, akhirnya setumpuk peralatan masak yang kotor dan juga piring/gelas yang kotor sudah siap di bersihkan.

"Sebanyak ini ! " Batin Syifa meyakinkan dirinya jika ia pasti bisa.

Syifa memulai pekerjaannya, meskipun ia sesekali meringis saat air sabun menyentuh lukanya.

Sementara Mayor Ararya pun sudah memulai aktivitasnya, agenda demi agenda sudah tercatat rapih di buku kerjanya.

"Heran gue pelet apa sih yang Lo pake, semua teriak manggil nama Lo. " Bisik Leo saat jalan mendampingi orang penting tersebut bersama Mayor Ararya.

Ararya hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat, dan memberikan isyarat untuk diam pada Leo.

Ararya hanya fokus pada pengamanan orang penting tersebut, ia memperhatikan sekitar dan memastikan bahwa semuanya harus baik-baik saja.

Meskipun Mayor Ararya tidak mengenakan pakaian TNI AD, namun senjatanya menempel di bagian punggungnya demi menjaga keselamatan orang penting tersebut.

Mayor Ararya terus dengan kesibukannya, tak jarang seseorang mendapatkan bentakan jika memang orang itu menghalangi jalan yang sedang ia amankan, mode macan pun ia tunjukan apabila ada yang tidak bisa mengerti dengan pekerjaannya.

Dengan teliliti ia mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan dengan se maksimal mungkin, tanpa ia sadari kejahatan bisa saja tertuju padanya.

Sementara Syifa Barus saja selesai membersihkan yang seharusnya ia bersihkan, Jam istirahat Syifa pun tiba, waktunya Syifa mengganti kain kasa yang melilit di telapak tangannya. Syifa mengambil jam istirahat di jam terakhir kerjanya.

Syifa membawa kotak obat, yang akan ia bawa keluar rumah. Syifa berniat duduk di kursi taman belakang sambil membersihkan lukanya.

"Huhhh, linu rasanya. " Ucap Syifa dalam kesendiriannya.

"Kenapa ? " Pertanyaan tiba-tiba keluar dari arah belakang.

Syifa menengok, ia terperanjat kaget dan langsung berdiri menyembunyikan tangannya kebelakang.

"Bu, maaf saya tidak tahu jika Ibu akan duduk di sini juga. " Ucap ramah Syifa pada nyonya besar yang bernama Ibu Fatma, sambil membersihkan kursi yang sudah ia duduki.

"Eh tidak apa-apa, duduk saja. Saya memang sengaja kesini karna melihat kamu yang sedang serius melakukan sesuatu. " Jawab Ibu Fatma.

"Saya sudah selesai kok Bu, " Sangkal Syifa tak mau membuat Ibu Fatma tak nyaman.

"Benar ? Coba saya lihat, kenapa ini ? "Tanya Ibu Fatma lagi.

Ibu Fatma menag seorang wanita baik hati, walaupun dia adalah nyonya besar tapi tak ada batasan antara dia dan juga para pekerjanya.

Ibu Fatma melihat luka Syifa, " Cuma goresan kecil kok Bu, dan ini tidak apa-apa. "

"Memang ini hanya luka kecil, tapi berhubung lukanya di telapak tangan jadi kamu sebaiknya istirahat saja dulu sampai bekas lukanya kering. Selain itu kamu pasti merasa tidak nyaman saat bekerja. " Jelas Ibu Fatma seperti seorang Ibu pada anaknya.

"Bekerja adalah tanggung jawab saya Bu, " ujar Syifa.

"Dan keselamatan pekerjapun adalah tanggung jawab saya. " Sambung Ibu Fatma sendu.

"Saya perintahkan kamu untuk istirahat saja dua hari, nanti biar saya yang bicara pada atasan kamu. " Ucap Ibu Fatma memberikan perintah pada Syifa.

Syifa menatap Ibu Fatma, " Apa tidak merepotkan Bu ? "

"Tidak, " Jawab Ibu Fatma meyakinkan Syifa.

"Terima kasih Bu, saya doakan Ibu dan Bapak selalu ada di dalam lindungan yang maha kuasa. " Doa Syifa karna merasa bersyukur memiliki majukan yang sangat mengerti.

"Aamiin, " Balas Ibu Fatma mendengar doa baik dari Syifa.

"Ya sudah saya mau ke dalam, kamu terus saja jika masih betah di tempat ini. " Sambung Ibu Fatma.

"Baik Bu, silahkan. " Balas sopan Syifa.

Di saat Syifa melihat langkah Ibu Fatma ia teringat akan sosok Ibunya di kampung. " Semoga Mamah sehat selalu ya Mah, "

Syifa tersenyum, "Alhamdulilah, terimakasih Tuhan. Engkau selalu menempatkan ku di tempat orang-orang baik. "

Syifa adalah tipe orang yang selalu bersyukur, ia mewarisi sifat dari Ibunya. Yang selalu sabar dalam hal apapun.

Hari pun sudah mulai sore, Syifa berdiri dan membawa kotak obat untuk ia simpan pada tempatnya kembali. Saat Syifa hendak pergi di sisi lain, Syifa melihat Mayor Ararya sedang duduk santai.

"Mungkin dia baru pulang, " Batin Asyifa karna melihat Ararya masih mengenakan pakaian lengkap seperti tadi pagi.

Syifa tak memperdulikannya, Syifa melanjutkan langkahnya.

"Setelah ini kamu istirahat saja, Nyonya besar memberikanmu waktu istirahat dua hari. Pergunakanlah dengan baik. " Ucap senior Syifa.

"Baik Pak, terimakasih. " Jawab ramah Syifa.

Syifa bergegas menuju kamarnya, ia ingin segera meminum obat andalannya apabila sedang merasakan sakit di tubuhnya.

"Ya ampun itu orang dimana-mana ada, selalu saja mengganggu pikiran ku. " Canda Syifa dalam hatinya.

Karna baru saja ia melihat Mayor Ararya sedang duduk di luar, sekarang ia sudah ada di dalam. Tapi Mayor Ararya terlihat masih sibuk dengan ponsel di tangannya.

Syifa tak memperdulikannya lagi, Syifa tetap berjalan menuju kamarnya yang ada di belakang sejajar dengan kamar pekerja yang lainnya.

Hari pun berlalu, beberapa hari Syifa memang tidak terlalu banyak keluar kamar.

"Kemana dia ? sudah tiga hari ini dia tidak terlihat. " Ujar Mayor Ararya melihat sekitar.

Saat hendak lewat ruangan dapur pun ia menyempatkan diri untuk masuk dan melihat keberadaan Syifa, walaupun ia langsung di serang oleh kedipan maut dari para rekan kerja Syifa.

"Kemana dia ? " Terus saja Ararya mempertanyakan hal itu pada dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

mayoe ararya 2 hari tdk melihat keberadaan syifa

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!