BAB 10.

Mayor Ararya memutuskan untuk tidak kemana-mana di hari weekend itu, biasanya dia selalu menyempatkan berkunjung ke sanak keluarganya yang ada di ibu kota. Berhubung tangannya sedang terluka Mayor Ararya memilih untuk beristirahat selama 2 hari masa weekend nya.

"Kamu sudah ke kamar Mayor Ararya ? " Tanya Pak Joko menemui Syifa saat sedang duduk santai dengan Putri.

Syifa melirik Putri, " Belum Pak. " Jawab Syifa karna merasa itu hari dia dan Putri libur.

"Bagaimana sih kamu ini, seharusnya kamu yang tanggung jawab atas pengobatan yang kamu lakukan. " Jelas Pak Joko sedikit memarahi Syifa.

Sementara Syifa merasa bahwa memang dia tidak mendapatkan perintah atas itu, apa lagi harus masuk ke dalam kamar Mayor Ararya tanpa perintah atau ijin dulu. Bisa-bisa bukan hanya lengannya yang terbentur tapi semua tubuhnya akan terbentur.

"Saya kan belum dapat perintah Pak. " Jawab Syifa apa adanya.

"Kamu ini sudah salah masih bisa jawab. " Bentak kecil Pak Joko.

Putri memberikan isyarat agar Syifa diam, dan tidak melayani kemarahan Pak Joko.

"Ayo cepat ke kamar Mayor Ararya, bawakan sarapan dan obat untuk lukanya. " Perintah Pak Joko yang langsung di jawab debaran hebat di dalam diri Syifa.

"Tugas ini hanya Syifa yang melakukannya, jangan ada bantuan dari orang lain. " Ucap Pak Joko menatap Putri.

"Baik Pak. " Jawab Syifa cepat.

Pak Joko pergi, lalu Putri pun menenangkan Syifa saat sudah di marahi oleh Pak Joko.

"Sabar, Pak Joko memang seperti itu. Maklum sudah sepuh. " Ujar Putri.

"Kalau sudah sepuh itu harusnya banyak-banyak sabar. " Timpal Syifa.

"Kalau yang banyak sabar itu bukan Pak Joko tapi Pak Wowo ... Hahahahaha " Putri pun mencoba menghibur Syifa.

"Tapi Kok kamu yang di suruh mengobati Mayor Ararya, memang Mayor Ararya terluka kenapa ?biasanya soal kesehatan selalu memanggil Dokter Irwan. " Sambung Putri.

Syifa hanya mengangkat kedua bahunya saja dan menjatuhkannya malas. Syifa tidak ingin sombong dengan latar pendidikannya, biarkan saja mereka tahu sendiri tanpa harus di beritahu oleh Syifa.

"Mayor Ararya terkena luka bakar di kedua tangganya terlebih di telapak tangannya. " Jawab Syifa.

"Kok bisa ? apa Mayor Ararya bermain api saat bertugas ? " Ucap Putri.

"Mungkin. " Jawab Syifa singkat.

"Ah ada-ada saja Mayor Ararya itu. " Timpal Putri.

"Ya sudah, aku buat sarapan dulu untuk TUAN ARARYA. " Ucap Syifa.

Putri tersenyum, penyakit usil Putri kambuh lagi. " Ahayyy ... Ciye .. Ciye .. Berduaan di kamar Mayor Ararya nih. Gimana sih rasanya ? "

Syifa tersenyum. " Rasanya itu ngeri-ngeri sedap. Hahahaha " Jawab Syifa meladeni ucapan Putri.

Syifa pun memutuskan untuk membuat sarapan Mayor Ararya, Syifa berpikir untuk membuatkan makanan yang mengandung protein tinggi. Sayur bayam kini sedang ada di dalam pikiran Syifa.

Tanpa waktu lama Syifa sudah membuatkan satu mangkuk sayur bayam di lengkapi wortel yang begitu lezat dan segar.

"Sayur buat siapa itu ? " Tanya Sri tiba-tiba datang dari arah belakang.

"Tanya saja pada Pak Joko. " Jawab Syifa membawa nampan berisikan sepiring nasi putih, satu mangkuk sayur dan satu gelas air putih.

Sri pun menatap sinis pada Syifa.

Setelah makanan di tutupi oleh plastik wrap agar tetap higienis saat sampai di kamar Mayor Ararya. Syifa pun membawa nya dengan sangat hati-hati dan pergi dari hadapan Sri.

Kini bukan wajah ketus Sri yang ada di pikiran Syifa, melainkan wajah Ararya yang membuat Syifa selalu gugup dan salah tingkah saat melakukan tugasnya.

Syifa menghela napas seraya menenangkan dirinya sendiri sebelum mengetuk pintu kamar Ararya.

"Masuk. " Jawab Ararya di dalam kamar.

Ararya mengira itu adalah Leo atau rekan kerjanya yang lain. Sehingga Ararya tenang saat mempersilahkan masuk pada seseorang yang ada di balik pintu kamarnya.

Saat Ararya menoleh, ia terdiam saat tahu Syifa yang datang. Namun Ararya berusaha bersikap biasa saja .

"Ini sarapannya Pak, " Ucap Syifa menaruh makanan itu di sebuah meja kerja yang ada di kamar Mayor Ararya.

"Simpan saja dulu, nanti saya makan. " Jawab datar Ararya.

Syifa melihat luka di tangan Ararya, Lukanya bagus tidak sampai membengkak.

Syifa duduk di depan meja kerja itu, dan memasang wajah memelas atau pun lelah. "Pak saya itu capek selalu di tegur oleh Pak Joko, dan saya di perintahkan untuk memastikan anda memakan sarapan ini. "

Mayor Ararya menatap tak percaya pada Syifa. " Bagaimana Pak Joko bisa memerintahkan seperti itu. " Batin Ararya.

" Tolong kamu panggilkan Leo, buat dia yang membantu saya untuk makan makanan itu. " Perintah Ararya pada Syifa.

"Pak saya akan kena teguran untuk itu, ini tugas saya bagaimana bisa saya melempar tugas saya pada Pak Leo. Biar saya yang membantu Bapak. " Jelas Syifa polos, Syifa berdiri dengan berani menarik lembut tubuh Ararya untuk duduk di kursi itu.

Ararya tak percaya ada yang berani berbuat seperti itu padanya. Ararya melihat gerakan tangan Syifa saat membuka plastik wrap itu seketika ia melihat asap yang masih mengepul di atas sayur bayam itu.

Sampai Ararya tak sadar bahwa satu suapan sudah ada di depan mulutnya. Ararya ragu untuk membuka mulutnya.

"Ayo makan Pak, saya pegal. " Bujuk Syifa.

Ararya pun menuruti perintah Syifa, sampai beberapa suap makanan itu masuk ke dalam mulut Ararya.

"Enak, " Batin Ararya.

"Saya tahu kok ini enak. " Ucap Syifa.

"Saya tidak mengatakan makanan ini enak. " Jawab Ararya dingin.

"Lah ini buktinya habis. "Sambung Syifa.

"Ya .. Itu karna kamu memaksa saya untuk membuka mulut. " Jawab Ararya gengsi.

Syifa tersenyum, "Baik lah. Kalau begitu kali ini saya kan memaksa Bapak untuk diam karna saya kan mengobati luka itu lagi, agar besok lukanya cepat mengering. "

"Tidak usah, nanti siang kan Dokter Irwan mau datang. " Cegah Ararya tak mau di sentuh lagi oleh Syifa karna itu membuat dirinya menjadi serba salah.

"Ini perintah Pak. " Jawab Syifa memakai sarung tangan steril saat hendak melakukan pengobatan itu.

"Hati-hati perih. " Ucap Ararya.

"Siap laksanakan. " Jawab Syifa tanpa menekan nada bicaranya.

"SIAP LAKSANAKAN ! seharusnya begitu, bukannya lemas. " Jelas Ararya.

"Saya kan bukan anggota prajurit seperti anda Pak, saya itu mungkin nanti akan menjadi sekumpulan Ibu Persit nya. " Jawab Syifa ngasal.

Ararya menahan tawanya, seperti sedang menyepelekan Syifa. " Emang ada anggota Prajurit yang mau menjadikan kamu sebagai Persit nya ? "

"Ada dong, " Jawab Syifa percaya diri.

"Oh ... Ya bagus lah. " Sambung Ararya singkat.

"Ko oh sih jawabnya. " Ujar Syifa namun tangannya terus melakukan pengobatan pada luka Ararya.

"Terserah saya mau jawab apa. " Jawab Ararya datar dan dingin.

"Seharusnya anda itu jawabnya, Siapa ? " Jelas Syifa.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

mayoe ararya 2 hari tdk melihat keberadaan syifa

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!