BAB 17.

Di dalam keadaan yang selalu tidak berpihak pada keduanya selalu saja mereka mempunyai pandangan yang berbeda, Seorang Mayor Ararya yang sigap dan tegas pun kalah saat dirinya ingin mengucapkan sesuatu pada seseorang yang ia sukai.

Sementara Syifa yang selalu mengingat bahwa dirinya hanya seorang pekerja pun, hanya mengultimatum jika perasaan yang ada di di hatinya itu hanya lah sebuah kekaguman saja.

Di saat Syifa mempunyai waktu lengang, Syifa menyetujui ajakan Dokter Irwan untuk makan di luar. Syifa tak sempat berpikir apa-apa tantang ajakan Dokter Irwan.

Dokter Irwan saat itu tidak mengenakan pakaian Dokter, ia mengenakan Pakaian santai di lengkapi Topi dan kacamata hitam yang ia kenakan.

"Terima kasih Dok, atas ajakannya ! " Ujar Syifa saat sudah selesai makan di sebuah resto milik keluarga Dokter Irwan.

"Sama-sama, jangan panggil saya Dokter. Panggil saja saya Mas atau Irwan pun tidak apa-apa, karna saat ini saya tidak sedang bekerja. " Jelas Dokter Irwan.

Syifa tersenyum, " Tidak enak saya Dok, "

"Jangn bilang kata Mas atau Irwan ketuaan bagi saya, "

Syifa menatap Dokter Irwan, walaupun usianya jauh dengannya. Tapi Dokter Irwan tak terlihat tua darinya.

"Bukan seperti itu Dok, saya merasa tidak sopan saja. " Sambung Syifa.

"Kan saya yang minta. " Jelas Dokter Irwan.

"Baik, kalau begitu Mas. " Jawab Syifa merasa canggung.

Dokter Irwan tersenyum melihat wajah Syifa yang terlihat malu saat memanggilnya. tidak ada obrolan serius pada pertemuan itu, Dokter Irwan lebih memilih untuk mendengarkan apa yang ingin Syifa ucapkan tentang pendidikannya yang ia tunda beberapa waktu.

Dan Dokter Irwan pun memberikan saran, dan membantu mencari jalan keluar pada masalah yang sedang Syifa cari jalan keluarnya.

Dokter Irwan ingin menutup pertemuan di hari itu untuk foto bersama, dan iapun memposting foto tersebut di akun media sosialnya.

Dengan sederhana Syifa menautkan senyuman manisnya saat berfoto dengan Dokter Irwan, keduanya memancarkan aura kebahagiaan di dalam foto tersebut.

Sementara di tempat lain Leo dengan polosnya memberikan caption bahagia dan juga like di bawah foto yang di posting oleh Dokter Irwan.

"Buset, Pepet terus ! " Celetuk Leo yang di dengar oleh Mayor Ararya.

Mulanya Ararya tak memperdulikan ucapan Leo itu, namun sekilas Ararya melihat ponsel Leo.

"Coba lihat ? " Ararya mengambil ponsel Leo, dan melihat beberapa Foto Syifa dan juga Dokter Irwan.

"Gak penting ! " Dengus Leo memberikan ponsel itu pada pemiliknya.

"Tenang Bro, " Goda Leo.

Leo melihat perubahan sikap terjadi pada Ararya setelah melihat postingan foto tersebut.

"Gue bilang apa, Lo tuh suka sama ni cewe. Tapi Lo nya aja yang nahan-nahan diri Lo sendiri. " Kata Leo tak takut akan kemarahan Ararya.

"Apa benar gue suka sama dia ? " Tanya Ararya dalam hatinya.

"Gue masuk duluan, " Ucap Ararya yang tadi sedang duduk bersama dengan Leo.

"Sebenarnya lagi akan ada fenomena patah hati se Indonesia rupa-rupanya. " Celetuk Leo.

Syifa tak memiliki kesan istimewa saat bersama dengan Dokter Irwan, dia hanya sedikit memetik pelajaran berharga tentang Ilmu yang Dokter Irwan miliki.

Mobil yang di Kendari Dokter Irwan pun sudah memasuki halaman rumah Dinas itu, Syifa sebelumnya tidak meminta Dokter Irwan untuk mengantarkannya sampai halaman rumah itu. Permintaan Syifa untuk turun sebelum gerbang tak di gubris oleh Dokter Irwan.

Syifa memperhatikan sekitar, ia berharap tidak ada satu orang pun yang melihatnya termasuk Tuan besar dan Nyonya besar di rumah itu.

"Kenapa harus panik sih ? " Tanya Dokter Irwan.

"Saya Malu Mas, tak pantas pekerja seperti saja di antar oleh Seorang Dokter seperti anda. " jelas Syifa.

Dokter Irwan tersenyum, " Kenapa harus malu, dan sayapun tidak malu karna saya sedang mengantarkan seorang wanita yang masih sendiri dalam artian kamu bukan istri orang lain. "

Syifa menautkan senyuman.

"Mas tidak mau mampir dulu ? " Tanya Syifa.

"Tidak usah, tidak enak lagian saya tidak ada jadwal cek-up kok. " Jawab Dokter Irwan.

"Ya sudah kalau begitu saya turun dulu Mas, terimakasih karna sudah memberikan ilmu yang begitu berharga bagi saya. "

Dokter Irwan menganggukkan kepalanya dan tersenyum, " Kapan-kapan kamu akan saya ajak ke rumah sakit. Agar kamu semakin semangat mengejar cita-cita mu itu. "

Syifa tersenyum bahagia, " Terima kasih Mas, "

Syifa pun turun, sementara di tempat lain dua orang laki-laki sedang saling menatap. Sebelum Ararya masuk langkah nya lebih dulu terhenti karna melihat mobil yang baru saja datang.

Ararya tahu, mobil siapa itu. Dan benar saja Ararya melihat Syifa turun dari mobil itu dengan senyuman bahagianya. Sesekali Syifa melambaikan tangannya pada Dokter Irwan yang hendak pergi dari tempat itu.

Syifa berjalan memasuki pintu belakang, namun langkahnya terhenti. " Selamat malam Pak, "

"Malam, " Jawab Leo.

Syifa menatap Ararya yang masih mematung di pintu masuk yang ingin Syifa lalui.

Syifa berjalan lebih dekat, " Selamat malam Pak Mayor. " Ucap kecil Syifa menatap mata Mayor Ararya.

Ararya tak menjawab, ia malah langsung berjalan mundur dan memberikan jalan pad Syifa untuk lebih dulu masuk di bandingkan dirinya.

Syifa yang tak aneh dengan sikap dingin Ararya membuatnya menundukkan kepala dan berjalan melewati Ararya yang masih cool dengan gayanya.

Leo menepuk jidatnya, melihat kedinginan yang sahabatnya itu tunjukan.

"Syukurlah Mayor Ararya terlihat segar, dia sudah benar-benar pulih rupanya. Terimakasih engkau telah mendengar doaku Tuhan, " Doa Syifa sangat bersyukur karna orang yang sangat ia kagumi kini sudah benar-benar sehat.

Syifa berjalan menuju kamarnya, saat tiba di dalam kamar ia kembali memperhatikan sekitar takut jika hewan melata itu hadir kembali di dalam kamarnya.

Masih ada perasaan takut ketika mengingat kejadian beberapa hari kebelakang.

"Air minumnya habis rupanya, " Ucap Syifa melihat botol minumnya kosong.

Syifa meletakkan tas kecilnya, dan pergi keluar menuju dapur untuk mengisi air minum.

Terkejutlah ia ketika berada di pintu dapur karna melihat Sri masih berada di dalam dapur.

Syifa bersikap biasa saja, ia malah menyapa Sri dengan baik. Walaupun Sri selalu membalasnya dengan tidak baik.

"Semakin ada kemajuan rupa-rupanya, " Sahut Sri pada Syifa.

"Maksud nya ? " Tanya Sri tenang.

"Hebatnya kamu, bisa menarik seorang Dokter dengan mudahnya. " Cibir Sri memberikan pandangan jika Syifa bukan lah wanita baik-baik.

Syifa tersenyum, " Oh itu, terserah mbak mau berpikir apa. Saya tidak ada waktu untuk menjelaskan baik atau buruknya diri saya. "

Sri semakin tak terima karna Syifa bersikap tenang, tapi Sri beranggapan bahwa Syifa sedang merendahkannya.

Entah kenapa Sri menjadi naik pitam melihat sikap Syifa yang tenang.

"Saya tidak suka ya dengan apa yang kamu lakukan, " Sri menjambak rambut Syifa secara tiba-tiba.

Syifa kaget sehingga botol Syifa pun terjatuh kelantai dan air pun bertumpahan kemana-mana.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

dokter ae gercep bang knpa km yg me lambat 🤔🤔

2024-04-25

0

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Mbak sri lg iri dsn cemburu syifa dgn dokter irwan

2024-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!