BAB 9.

"Gak Apa-apa Pak, nanti saja saya obati pas sampai di sana. " Syifa menarik tangan y dengan cepat saat Mayor Ararya masih memperhatikan lukanya.

"Ya sudah Ayo, " Sambar Ararya.

Di dalam perjalanan, tidak ada suara baik dari Mayor Ararya ataupun dari Syifa. Syifa sangat menjaga jarak dengan Ararya yang ada di hadapannya.

Ararya menepikan kendaraannya di depan sebuah Apotek 24jam, tanpa meminta persetujuan dari Syifa.

Syifa tak berani mengeluarkan kata sedikitpun.

"Ayo masuk, beli obat untuk lukamu itu. "

"Baik Pak, Bapak atau saya yang harus kedalam ? " Tanya Syifa.

"Kenapa tidak kamu dan saya saja yang masuk ? " Tanya tegas Ararya.

"Jangan Pak, "Cegah Syifa.

"Kamu ini aneh, ya sudah sana beli apa yang kamu butuhkan. Ini uangnya, " Ujar Ararya kesal.

"Tidak usah Pak, saya ada uang kok. " Syifa menolak dengan ramah pemberian Ararya, lalu pergi melewati orang yang sedang jengah dengan segala penolakannya.

"Aneh, semua orang nempel padaku. Tapi dia, Sudahlah. " Batin Ararya.

Di halaman parkir, Ararya duduk di atas motornya. Dan melihat Syifa yang berada di dalam dengan seksama.

Ararya mengerutkan dahinya, karna melihat Syifa berbincang dengan beberapa pekerja apoteker itu.

"Wow ... Siapa itu ? " Goda teman Syifa.

"Sudah-sudah cepat mana pesanan ku, " Jawab Syifa tak mau meladeni godaan temannya.

"Pantas saja, kamu lebih memilih jadi PRT (pekerja rumah tangga ) di banding bekerja di perusahaan Farmasi, ini ternyata tujuannya. " Goda teman Syifa lagi.

"Hustt ... Ini tidak ada hubungannya, " Syifa tersenyum lalu merebut pesanannya yang terus saja di mainkan oleh temannya.

Syifa berjalan dan ia sedikit berlari menuju laki-laki gagah yang sedang menunggunya.

"Maaf Pak, jika menunggu lama. " Ucap Syifa dengan napas tersengal-sengal.

"Atas perintah siapa kamu berlari ? " Tanya Ararya.

Syifa hanya menggelengkan kepalanya, dan lagi-lagi ia menundukkan kepalanya.

"Sekarang obati luka itu. " Perintah Ararya pada Syifa.

"Sekarang ? Disini Pak ? " Tanya Syifa ambigu.

"Iya, biar saya bantu. " Titah Ararya.

Syifa terdiam, " Ya sudahlah apa gunanya aku menolak. Yang ada aku terus di bentak nantinya. " Batin Syifa.

Syifa mengeluarkan sebuah botol kecil yang berisi antiseptik, ia mencoba mengeluarkan kapas untuk membersihkan lukanya.

"Biar saya yang melakukannya, " Ararya mengambil alih gerakan Syifa saat membersihkan lukanya menggunakan kapas yang sudah basah karna cairan Antiseptik.

"Aww ... " Keluh Syifa karna Ararya terlalu di tekan saat membersihkan lukanya.

"Makanya kalau jadi cewe jangan sok jago, jangan sok jual mahal. " Gerutu Ararya pada Syifa.

Syifa terdiam heran ia mencerna perkataan yang di lontarkan oleh Ararya.

"Maaf Pak, saya salah. " Syifa tak mau berdebat dengan laki-laki yang ia kagumi itu.

Ararya sesekali melirik ke arah Syifa yang hanya terdiam setelah mengakui kesalahannya.

"Besok jika tidak bisa bekerja jangan memaksakan diri, Bapak baik kok dia pasti bisa mengerti. " Ucap datar Ararya memberi saran pada Syifa.

Syifa hanya terdiam,

"Kamu tidak bisa bicara ? " Tanya Ararya menekan sedikit luka Syifa.

"Aaaaaahhh ... Aaawwww .... Awwwww sakit Pak, " Rintih Syifa merengek natural tidak di buat-buat.

"Syukurlah jika masih ada suaranya ! saya kira kamu jadi bisu karna pengobatan yang saya lakukan. " Ujar Mayor Ararya datar.

"Jika ingin tertawa, tertawa saja jangan di tahan. " Sambung Mayor Ararya kembali.

Syifa hanya tersenyum kecil karna rasa segannya begitu besar pada Mayor Ararya.

"Terima kasih Pak, " Ucap Syifa ramah.

"Mmmm ... " Hanya itu yang keluar dari mulut Ararya.

Perjalanan pun di lanjutkan kembali ketempat kerja yang sama antara Mayor Ararya dan juga Syifa.

"Stop Pak Stop ... " Syifa mengagetkan Ararya.

"Kenapa ? kan belum sampai. " Tanya heran Ararya karna sebelum sampai gerbang Syifa sudah minta di turunkan, Ararya menepikan kendaraannya.

"Saya tahu, terimakasih Pak. " Jawab Syifa yang langsung turun lalu berlari mendahului Ararya yang masih bingung duduk di motornya.

Ararya hanya terdiam lalu tertawa kecil, "Hahahaha ... Apa coba maksudnya. Ampun dah gua. "

Sementara Syifa pun kini sudah memasuki gerbang rumah mewah yang berupa istana itu.

Lalu di ikuti oleh Mayor Ararya, yang di sambut hormat oleh para petugas keamanan. Mayor Ararya tak tahan rasa ingin tawanya melihat sikap Syifa.

Saat sudah sampai di dalam ruangan, Ararya langsung menuju kamar pribadinya.

"Apapan tuh Bro ? " Tanya Leo saat melihat Ararya membawa tentengan di tangannya.

Ararya tak menjawab pertanyaan Leo, ia hanya meneruskan niatnya untuk terus berjalan ke arah kamarnya.

Leo yang sangat penasaran karna belum menggoda sahabatnya itu, tak pantang menyerah ia memilih untuk mengikuti Mayor Ararya.

"Apa sihhh, Lo orang Ter konyol kedua yang gue kenal. " Sahut Ararya tersenyum simpul melihat tingkah Leo, yang selalu kepo dengan hidupnya.

"Apaan ni, Waww laptop terkini. Berapa duit ? " Tanya Leo penasaran.

"Lupa gue, sudah-sudah keluar sana ! gue mau istirahat capek. "Titah Ararya dengan wajah lelah.

"Sebentar apapun yang Lo katakan, gue butuh penjelasan ! Gue orang kedua yang Lo kenal, orang pertamanya siapa ? Penasaran gue.

"Lo udah gaya netizen yang selalu kepo, Apapun itu, " Jelas Ararya.

"Lo lupa gue kan suhunya ! " Leo pun tertawa bersama dengan Ararya.

Sementara Syifa masih dengan pikirannya, ia terus mengulang kejadian apa saja yang ia perankan tadi bersama Mayor Ararya.

"Aaaaaaaaaaaaaa ... Hadiah terindah Tuhan ! terimakasih. " Syifa bersyukur atas apa yang telah terjadi padanya.

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

suka dengan karakter Syifa... semoga kebahagian selalu menyertainya

2024-03-24

1

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Syifa sangat kagum sm mayor ararya hanya sebatas kagum aja

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!