BAB 9.

"Ada apa Pak Joko memanggil saya ? " Tanya Syifa yang curiga karna Pak Joko memanggilnya.

"Saya mau minta tolong, kamu mahasiswi kedokteran kan ? " Tanya Pak Joko.

Syifa menganggukkan kepalanya.

"Sekarang kamu bawa kotak obat yang ada di kotak P3K itu, bawa ke kamar Mayor Ararya. " Syifa yang belajar dari kesalahannya kini ia harus bersikap hati-hati lagi.

"Untuk apa Pak ? " Tanya Syifa yang pikirannya sudah jelek, karna ia tahu Pak Joko dan Sri sangat dekat sekali.

"Kamu jangan banyak tanya, cepat lakukan apa yang saya perintahkan. Mayor Ararya membutuhkan pertolongan saat ini. " Jelas Pak Joko.

Syifa mulai menganggap serius perintah Pak Joko itu.

"Bpk serius ? " Tanya Syifa menegangkan wajahnya.

Pak Joko yang tadinya santai kini berubah menjadi tegas. " Kamu anggap saya bercanda ? Mana ada yang berani bercanda dengan Mayor Ararya. "

Syifa ingin sekali menceritakan kejadian tempo hari pada Pak Joko, tapi niatnya itu ia urungkan mengingat kini Mayor Ararya sedang membutuhkan pertolongannya.

Syifa bergegas pergi dari ruangan PakArarya Joko, mengambil kotak obat yang di perintahkan oleh Pak Joko.

Langkah Syifa terhenti kala mendengar seseorang sedang mengobrol di dalam kamar Ararya. " Ini sih keterlaluan Dan, coba kalau Komandan tidak menyadari bahaya itu. Pak Heriyanto pasti terancam saat itu. "

"Mudah-mudahan itu bukan suatu kebetulan, mudah-mudahan kedepannya kita harus lebih fokus lagi.

Syifa merasakan ada sesuatu hal yang serius yang sedang Mayor Ararya hadapi, Syifa menenangkan dirinya. Ia mengetuk pintu itu beberapa kali.

"Masuk. " Jawab berat Mayor Ararya dari dalam kamar.

Kedatangan Syifa ke dalam kamar Mayor Ararya di sambut oleh tatapan heran dari Ararya, " Ayo masuk. " Ucap Leo.

"Yang punya kamar ini tuh saya bukan kamu. " Hardik Ararya menatap tajam ke arah Leo.

Leo tersenyum, " Iya saya tahu Dan, cuma saya ingin mewakili saja. "

Syifa masuk dan menyimpan kotak obat itu di nakas kecil samping kasur Ararya.

"Maaf Pak, saya di perintahkan oleh Pak Joko untuk mengobati anda. " Jelas Syifa.

Ararya menatap ragu ke arah Syifa.

"Boleh saya lihat lukanya Pak ? " Ucap Syifa duduk di samping Mayor Ararya meraih lengan Ararya yang sangat nampak jelas luka bakarnya.

Ararya menarik tangannya ragu,

Syifa menatap Ararya, " Jangan takut. Saya bisa kok, sebentar saya ambilkan antiseptiknya dulu. "

"Emang benar dia bisa ? " Tanya Ararya pada Leo.

Leo yang sudah tahu latar belakang Syifa terlihat tenang, " Aman Dan. Dia Mahasiswi kedokteran dan mendapatkan nilai terbaik di kampusnya. "

"Mahasiswi kedokteran ? " Tanya Ararya kembali.

Syifa datang kembali membawa obat-obatan yang di perlukan oleh Mayor Ararya

Ararya melihat keseriusan Syifa saat melakukan pengobatan itu, Syifa benar-benar melakukannya nya dengan baik. " Pakaiannya bisa di lepas ? " Ucap Syifa.

Ararya tidak masalah jika pakaian nya di lepas. Karna memang kini dia sedang mengenakan dua baju.

Leo yang mendengar itu rasanya ingin menggoda Ararya dengan kata, " Ciye .. Ciye .. Ciye .. " namun ia tak berani mengatakannya.

"Emm .. Kalau begitu saya permisi dulu Dan. " Ucap Leo membiarkan Ararya dan juga Syifa berdua di kamar itu.

Leo pun keluar dari kamar itu.

Keadaan menjadi canggung, baik Ararya ataupun Syifa hanya terdiam.

Hingga Akhirnya Ararya membuka suara karna merasa lukanya perih saat di obati oleh Syifa. " Aaaaaaa ... " Rintih Ararya.

"Saya kira pingsan Pak. " Ucap Syifa tersenyum.

"Kamu sengaja melakukannya ? " Ucap kesal Ararya.

Syifa menatap wajah Ararya, " Tidak. "

"Ya terus kenapa kamu bicara seperti itu ? " Tanya datar Ararya sangat dingin sekali.

"Ya kan dari tadi saya tidak mendengar Suara anda Pak. " Jawab Syifa renyah.

"Saya itu bukan tipe orang yang suka bicara seperti kamu. " Timpal Ararya.

Syifa mengangguk. " Saya tahu itu. "

"Ya terus ? " Tanya Ararya.

"Gak ada terusannya Pak, kali di terus kan nanti akan tambah penasaran. " Jawab Syifa.

"Hah ? " Ararya tak mengerti dengan ucapan Syifa.

Syifa hanya tersenyum, "Sudah jangan di pikirkan. Ayo saya bantu buka pakaiannya Pak. "

"Tidak usah saya bisa sendiri. " Ararya sungguh masih belum bisa menyimpan sikap dingin dan acuhnya pada Syifa.

"Baik lah. " Jawab Syifa yang hanya diam melihat Ararya saat hendak membuka pakaiannya.

Ararya seketika terdiam melihat Syifa, Syifa menaikan kedua alisnya.

"Apa yang kamu lihat ? Balik badan ! " Perintah Ararya tidak mau di lihat oleh Syifa.

Syifa tertawa kecil melihat sikap Ararya yang sungguh sangat tertutup. " Ok .. Ok .. " Syifa membalikkan badan.

Saat Syifa membalikkan badan, Ararya tersenyum karna sungguh ia pun merasa sangat suka di goda oleh Syifa. Hanya pada Syifa Ararya merasakan hal seperti itu, padahal wanita cantik yang lebih segalanya dari Syifa banyak yang berusaha menggoda ataupun mendekati Ararya. Namun Sungguh Ararya tak menyukai mereka.

"Sudah belum ? " Tanya Syifa.

"Belum, " Jawab datar dan dingin Ararya, karena tangannya sedang terluka ia sangat kesusahan saat melepaskan pakaian seragam nya itu.

"Susah kan ? " Syifa sudah menduga bahkan Ararya pasti akan kesusahan saat melepaskan pakaiannya.

Syifa membalikkan badannya, " Saya merem Kok, Ayo saya bantu. "

Dengan mata terpejam Syifa menara kancing seragam Ararya yang belum sepenuhnya terlepas, Ararya menatap wajah Syifa. Matanya yang tertutup membuat Ararya leluasa saat memandang wajah Syifa dari dekat.

"Buka saja matanya, lagian saya Pakai baju dua kok. " Ucap Ararya datar.

Syifa membuka matanya, saat ia membuka matanya ia langsung di suguhkan dengan ketampanan Ararya yang nampak dekat di depan matanya.

Kini mereka saling mengunci pandangan satu sama lain, keduanya enggan melepaskan pautan dari pandangan itu.

Ararya yang lebih dulu sadar, " Emm ... Ayo cepat selesaikan. "

Syifa pun seketika merasa gugup, karna sungguh tatapan Ararya sangat membekas di hatinya.

Dari situ Syifa tak lagi terdengar banyak bicara ataupun menggoda Ararya, Ararya merasakan perbedaan itu.

"Saya olesi dengan obat luar ya Pak, Tipis saja kok. Maaf kalau perih, nanti saya kasih obat pereda nyerinya. " Jelas Syifa yang seketika menjadi pribadi pendiam saat itu.

Tatapan Ararya mampu merubah sikap pecicilan Syifa, " Aduhhh Mak ... Ko jadi gugup gini ya, ayo tangan bisa ... bisa .. Jangan gemetar. " Keluh Syifa dalam hatinya berusaha menahan dirinya agar terlihat biasa saja.

Ararya menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya, " Bisa tidak ? kok gemetar gitu, "

"Bi-bisa, ini sudah. " Jawab gugup Syifa. Langsung berdiri dan mengambilkan segelas air putih yang tadi ia bawa.

"Ini obat pereda nyerinya, silahkan di minum. " Syifa memberikannya pada Ararya, sungguh ia sudah merasa tak tahan berada di samping Ararya.

Setelah itu Syifa buru-buru merapihkan barang-barang yang sempai tadi ia pakai untuk mengobati Ararya.

"Saya permisi dulu Pak. " Ucap Syifa.

"Tunggu. " Cegah Ararya.

Syifa enggan menoleh pada Ararya,

"Terimakasih. " Ucap Ararya seketika membuat Syifa tersenyum di balik badannya itu.

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

suka dengan karakter Syifa... semoga kebahagian selalu menyertainya

2024-03-24

2

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Syifa sangat kagum sm mayor ararya hanya sebatas kagum aja

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!