Setiap pagi Syifa mempunyai tugas merawat luka Mayor Ararya, sehingga rekan kerja Syifa bertanya-tanya kenapa Syifa yang di tugaskan untuk merawat Mayor Ararya. Padahal kan Syifa bukan lah orang medis.
Syifa enggan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdengar nyaring di telinganya.
"Pak. Anda selaku chef di sini tapi kok anda tidak marah ada salah satu anak buah anda malah bekerja di bagian pekerjaan lain ? " Tanya Sri pada Pak Taufik kepala Chef yang ada di rumah dinas itu.
"Memang seharusnya saya menegur dia, tapi apa yang di kerjakan oleh ya itu atas perintah atasan. Saya tidak bisa apa-apa. " Jawab Pak Taufik selaku Senior Sri.
"Perintah atasan ? " Pekik Sri yang semakin penasaran, dan akhirnya Sri menggali informasi tentang Syifa.
Sri memang selama ini tidak mau ada pekerja yang menyaingi kinerjanya saat bekerja.
Syifa pun datang ke ruang dapur itu, Syifa sangat terlihat cantik dengan kesederhanaannya itu. Sri merasa terganggu dengan apa yang ada dalam diri Syifa, padahal kalau di lihat-lihat penampilan Sri dan Syifa sangat beda jauh.
Sri adalah wanita cantik dengan wajah yang begitu mulus begitupun dengan badannya yang terlihat sangat bagus karna pola makan dan perawatan yang selalu ia lakukan. Sementara Syifa walaupun badannya sama-sama terlihat bagus tapi wajah Syifa masih terlihat natural tanpa perawatan khusus seperti Sri.
"Maaf Pak Taufik, saya di perintahkan untuk membawa sarapan Mayor Ararya pagi ini. Apa yang harus saya buat ? " Tanya Syifa ramah melewati Sri tanpa mau menyapanya, karna sungguh perbuatan Sri waktu itu sangat membuat Syifa kesal.
Pak Taufik melihat sekitar, " Kamu buatkan saja sarapan yang tinggi akan Protein. Kamu pasti sudah tahu itu. Saya sedang mengerjakan pekerjaan lain. "
"Baik Pak, terimakasih. " Jawab Syifa sangat terlihat sopan.
"Permisi Mbak. " Ucap Syifa kaki ini pamit pada Sri.
Sri tak menjawab ucapan Syifa.
Seperti biasa Syifa menyiapkan makanan yang berupa sayur-sayuran, setelah selesai Syifa membawa semua apa yang di perlukan Mayor Ararya dalam satu nampan.
Walaupun Sri terus berbisik pada temannya yang Syifa yakin itu tentangnya ia tidak perduli, karna jika Syifa terpancing dengan sikap Sri itu akan sangat merugikan diri Syifa sendiri.
"Put ... Aku keluar dulu ya ? " Ucap Syifa pada Putri.
Putri melihat isi dari nampan yang di bawa Syifa, " Wow terlihat sangat lezat. Emm ... Kalau di cium baunya ini sih pakai bumbu cinta iya kan ? " Goda Putri.
"Husssttt ... Jangan begitu, lihat gank Sri saat melihat kita. " Jawab kecil Syifa.
"Oh ... Iya .. Iya .. Ya sudah kamu hati-hati. " Putri membiarkan Syifa pergi.
Syifa hanya tersenyum pada Putri, lalu ia mulai melangkah pergi keluar dapur itu menuju kamar Mayor Ararya.
"Wow ... Pagi-pagi seperti ini kamu mau kemana ? " Tanya Hans saat bertemu Syifa di ruangan yang menuju kamar Mayor Ararya.
Leo menyenggol lengan Hans. " Jangan ganggu dia, dia sedang melaksanakan tugasnya untuk merawat Komandan. "
Hans menatap Syifa. " Lah kenapa harus dia ? padahal kan Sri lebih senior di banding dia. "
"Sri tidak paham dengan dunia medis, jadi dia yang di tunjuk oleh Pak Joko. " Jawab Leo semakin membuat Hans tak mengerti.
"Permisi Pak, " Syifa pun memilih untuk pergi dari mereka berdua.
"Ya .. Silahkan, pastikan makanan dan obat itu sampai dengan baik pada Tuannya. " Goda Leo.
Syifa tersenyum manis, " Pasti Pak. Saya sudah paham itu. "
Leo pun memberikan jalan untuk Syifa.
"Memang dia mengerti Medis ? Dia juga kan sama PRT di sini. " Ucap Hans.
"Dia Mahasiswi kedokteran Hans, kaget kan Lo ? " Jawab Leo.
Hans tak percaya, " Hah ... "
"Sudah-sudah jangan terkejut seperti itu, jangan ganggu dia. Atau tidak Lo yang akan kena hukuman Mayor Ararya. " Jelas Leo yang berjalan ke arah ruang makan, begitu juga dengan Hans yang mengekor di belakangnya.
Syifa mengetuk pintu kamar itu, jika belum di persilahkan masuk ia tidak akan masuk. Karna ia sangat tahu bentuk kemarahan seperti apa yang akan di tunjukan Mayor Ararya saat ada yang berani melakukan hal tanpa seijinnya.
"Masuk. " Beberapa menit suara itu pun terdengar.
Syifa membuka pintu kamar itu, ia melihat Mayor Ararya sedang menyimpan handuk bekas ia pakai di jemuran kecil yang ada di balkonnya.
"Pagi Pak ? " Ucap Syifa meletakkan nampan itu di meja kerja Ararya.
"Kenapa harus di antarkan lagi ke kamar ? Saya bisa turun sendiri kok. Saya tidak mau terkesan manja atas sikap kamu ini. " Seperti biasa Ararya menyambut ucapan ramah Syifa dengan ucapan dingin dan datarnya.
"Pak Joko yang memerintahkan saya Pak, lagian luka bapak itu belum boleh terkena angin luar takut terkena bakteri. Jadi ya saya yang harus mengantarkan sarapan ini. " Jelas Syifa membuka penutup makanan itu.
"Ayo duduk Pak, biar saya bantu. " Pinta Syifa yang biasa saja.
"Di suapi lagi ? " Tanya Ararya. " Tidak usah, saya bisa sendiri Kok. "
"Baik lah, kalau begitu saya tunggu di luar. Selesai anda sarapan saya akan mengganti kain penutup luka itu. " Jawab Syifa.
"Emm .. " Jawab Ararya singkat tidak mau menahan Syifa saat keluar dari dalam kamarnya.
Saat hendak mengambil gelas minum, Ararya merasa tangannya sangat keras dan sakit.
"Saya bilang juga apa Pak, sudah lah jangan beranggapan saya akan memikirkan jika anda manja Pak. Luka anda itu di telapak tangan, jadi akan susah mengambil apapun. " Syifa yang belum sempat keluar kamar Ararya langsung kembali saat melihat Ararya kesusahan.
Ararya pun pasrah dengan sikap Syifa.
Suara ponsel Syifa saat itu terus berdering, Syifa tak mau mengangkat sambungan telpon itu karna kini ia sedang menyuapi Ararya.
"Saya seperti bayi tahu tidak kalau kamu suapi terus seperti ini, mulai besok tidak usah seperti ini lagi. " Ucap Ararya sangat merasa tidak pantas.
"Biarkanlah dua hari ini anda menjadi bayi kopasus Pak, lagian anda kan sakit. Sudah lah jangan gengsi seperti itu. Lagian saya sering kok menyuapi seorang prajurit yang sudah tua saat di rawat di rumah sakit. " Jawab Syifa.
"Apa bayi kopasus ? Jangan kurang ajar kamu. " Timpal Ararya. " Angkat saja dulu teleponnya biar hp kamu itu diam tidak seperti pemiliknya terus berbicara. "
Syifa pun tersenyum mendengar Omelan Ararya, " Baik Pak. Sebentar ya ? "
Syifa pun menjauh dari Ararya, di sela-sela Syifa membelakangi Ararya. Ararya langsung menenangkan dirinya sendiri. Karna sungguh ia merasa tak menentu saat berada dekat dengan Syifa.
"Oh ini Dokter Irwan, saya pikir siapa. Sudah Dok saya sudah melakukan apa yang sudah anda sarankan. "
"Dokter Irwan ? Jadi kemarin dia bertukar nomor ponsel dengan Doker Irwan ? Ucap Ararya dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
bhunshin
si Syifa pasti gemetaram bgt🤣🤣🤣
2024-05-26
0
Ita Mariyanti
😂😂😂😂😂 iya jg yaa 😊😊
2024-04-25
0