BAB 12.

"Ini resep obatnya, tolong kamu ambil saja. " Dokter Irwan adalah Dokter ahli yang sering menangani keluarga penting tersebut, Dokter Irwan lebih tepatnya adalah Dokter keluarga.

"Baik Dok, terima kasih. " Jawab Syifa ramah dengan senyum manis khasnya.

"Kamu mempunyai kemampuan yang hebat, dan kamu mempunyai keinginan yang kuat. Oleh karna itu saya yakin kamu bisa dan kamu pasti bisa. " Dorongan moril di lontarkan oleh Dokter Irwan pada Syifa yang bisa di sebut Junior bagi Dokter Irwan.

"Aamiin, terimakasih Dok. Suatu saat pasti saya butuh bantuan Dokter hebat, seperti Dokter Irwan. " Balas Syifa membuat Dokter Irwan tersenyum.

Dokter Irwan pun pamit, sementara Syifa langsung ke apotik yang tidak jauh dari rumah Dinas itu.

Syifa berjalan kaki, karna memang jarak yang akan di tempuh Syifa sangat lah dekat. Hingga beberapa obat pun sudah dia dapat.

Syifa mengsterilkan tangannya saat menyiapkan obat untuk Mayor Ararya.

"Bangun juga lu Bro, " Ucap Leo pada Ararya.

"Sakit banget kepala gue, " Jawab Ararya mencoba bangun dan bersandar di senderan kasurnya.

"Lo sadar gak siapa yang tadi periksa Lo ? " Tanya Leo.

Namun di balas senyuman oleh Ararya.

"Gilaaaaa, gue kira gak sadar. " Timpal Leo.

"Hebat loh dia bisa mendiagnosa apa yang Lo derita ! emang dia dokter ? " Tanya Leo.

"Nah Lo tanya Gue ? " Dengus Ararya meringis kesakitan.

"Ya terus Gue tanya siapa ? Cuma Lo yang bisa bicara di ruangan ini, " Timpal Leo.

"Stttttttt ... Sanah keluar, pengap gue. Pengen sendiri. " Dengus Ararya kembali membenarkan posisi tidurnya.

"Permisi, " Ucap Syifa mengetuk pintu Ararya.

Leo menganggukkan kepalanya, " Masuk, "

"Maaf ini obatnya, " Ucap Syifa berdiri di hadapan Leo dan Ararya yang sedang duduk di kasur pribadinya.

"Oh ya silahkan. " Jawab Leo berdiri.

"Kali ini gue paham Lo Bro, " Bisik Leo pada Ararya, yang langsung di senggol pelan perutnya.

Leo keluar dari kamar Ararya, kini Syifa yang ingin duduk di samping Ararya.

"Maaf Pak, apa bapak bisa makan dan minum obatnya sendiri ? " Tanya Syifa masih berdiri.

"Pake nanya lagi, " Gerutu Ararya sedikit kesal dalam hatinya, padahal Ararya berharap Syifa langsung menyuapi bubur hangat untuknya lalu memberikan obat padanya.

"Simpan saja, biar nanti saya makan. " Jawab ketus Ararya seraya memijat kecil keningnya yang terasa berat.

Syifa menghela nafas kecil, " Saya ijin duduk ya Pak Mayor. "

Ararya tak menjawab, sementara Syifa langsung duduk di samping Ararya.

"Saya bantu ya Pak ? " Ucap Syifa sambil mengarahkan suapan pertama pada Mayor Ararya.

Syifa menyangka jika suapannya akan di tolak mentah-mentah oleh Mayor Ararya. Teryata Syifa salah, Mayor Ararya mau menerima suapan dari sendok yang di pegang oleh tangan Syifa.

Grogi pastinya, saat ia bisa menyuapi seseorang yang ia kagumi dan ia Syifa sadar bahwa Mayor Ararya saat ini idaman dari semua kaum hawa. Namun Syifa mencoba menenangkan dirinya sendiri walaupun sebenarnya dia sangat gugup.

"Baru kali ini gue betah dengan rasa sakit ini, " Batin Ararya, namun ia menyikapinya biasa saja.

"Minum dulu, " Syifa menyodorkan segelas air hangat pada Ararya.

"Maaf Pak kalau saya lancang, saya di perintahkan oleh Pak Ahmad untuk ini. " Ucap Syifa tak mau jika Mayor Ararya berpikir jelak tentangnya.

"Emmm ... " Hanya itu yang keluar dari mulut Ararya, sesekali ia meringis kesakitan.

Suapan demi suapan ia berikan dengan penuh kasih sayang, begitupun Ararya menerima suapan dengan sangat gembira walaupun di bungkus dengan ke tegasannya.

Bubur hangat di mangkok pun habis, "Minum dulu Pak, "

"Maaf Pak, " Syifa menyentuh kening Ararya, untuk mencari tahu suhu tubuh Ararya.

"Agak demam ya Pak, Bapak minum obat dulu setelah itu Bapak tidur istirahat. " Titah Syifa memberikan obat pada Ararya.

"Alhamdulillah, " Ucap Syifa saat melihat obat sudah masuk ke tenggorokan Ararya.

"Sekarang Bapak tidur, "

"Jangan panggil saya Bapak, saya belum setua itu. " Ucap ketua Ararya.

Syifa tak menghiraukan omelan Ararya, karna ia mengatakannya dengan mata tertutup.

"Nanti siang saya akan balik lagi ke sini, membawakan obat lagi. " Ucap Syifa membenarkan selimut Ararya.

Syifa melihat Ararya menutup matanya, Syifa tau jika rasa sakit di kepala Ararya sangat lah sakit.

Syifa memberanikan diri untuk mengelus kening sampai Ararya sampai pangkal rambutnya, "Syafakallah." Ucap Syifa. "Semoga Alloh cepat menyembuhkanmu Aamiin. "

Syifa pun pergi menutup pintu, dan tersenyum seraya menghela nafas.

Sementara Ararya kini terbangun, Ararya tersenyum. "Sakit yang membawa berkah, " Ararya tersenyum kembali.

"Kamu hari ini rawat Mayor Ararya saja, " Perintah Pak Ahmad tegas.

"Baik Pak, " Jawab Syifa cepat.

"Syifa ! " Sri memanggil Syifa.

"Iya ada apa Mbak ? " Tanya Syifa ramah.

"Kamu bisa-bisanya yah, so soan pake mau rawat Mayor Ararya segala. " Ucap picik Sri pada Syifa.

"Maksud mbak ? "

" Jangan belaga polos kamu, " Cerca Sri. "Siapapun Wanita pasti ingin mendekat dengan laki-laki seperti Mayor Ararya. Jangan mencari kesempatan dalam kesempatan ya. " Tuduh Sri pada Syifa.

Syifa mulai kehilangan kesabaran, " Apa yang di katakan Mbak memang benar, Saya memang polos. Saking polos nya saya, saya tidak bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang tidak tulus, Tapi mbak harus ingat saya bukan Mbak Sri yang selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. Jika mbak yang ingin merawat Mayor Ararya silahkan, silahkan bicara pada Pak Ahmad. Saya di pilih untuk merawat Mayor Ararya karna saya mampu dan bisa PAHAM ! " Ucap tegas Sri, kali ini Sri tidak bisa melihat kelembutan Syifa saat berbicara.

Syifa pergi, tanpa memperdulikan Sri yang masih memasang wajah kesal padanya.

Syifa menunggu jam makan siang di kamarnya saja.

Waktu pun sudah menunjukkan waktu jam makan siang, Syifa bergegas menyiapkan nasi dengan sayur bening untuk Mayor Ararya. Tak lupa obat pun di bawa oleh Syifa.

"Permisi Pak Mayor, " Syifa masuk ke dalam kamar Mayor Ararya.

Syifa melihat Ararya sedang duduk di kursi kerjanya, meja dan kursi kerja Mayor Ararya berada di sudut kamarnya.

"Ini saya bawakan nasi sama sayurnya, dan obatnya pun sudah saya siapkan. " Ucap Syifa menaruhnya di meja kerja Ararya.

"Ya, terimakasih. " Jawab Ararya.

Ararya lagi-lagi melihat Syifa biasa saja saat dekat ataupun melihatnya, "Kenapa dia tidak memiliki sifat seperti wanita lain. yang selalu ingin dekat dengan ku, selalu berebutan apabila melihat ku ? Apa dia tidak tertarik padaku ? " Batin Ararya melamun memperhatikan Syifa dengan mata dan wajah yang masih terlihat seperti orang sakit.

"Pak ? Pak ? .... Pak Mayor ? " Syifa membuyarkan lamunan Ararya.

"Iya ... " jawab sontak kaget Ararya.

"Ini di makan dulu, " Ucap Syifa.

"Bisa bantu saya kan ? " Tanya Ararya.

"Bantu ? Bantu apa Pak ? " Tanya balik Syifa.

"Bantu saya untuk makan, seperti yang kamu lakukan tadi pada saya. " Jawab Ararya menatap Syifa dengan sendu.

Syifa gemetar, " Apa ? Dia tadi sadar dengan apan yang aku lakukan, di tidak lupa ! Ampun Syifa bodohhh .. Mayor Ararya kan hany sakit kepala bukan hilang ingatan, " Rintih Syifa dalam hatinya.

"Bisa kan ? " Tanya Ararya kembali.

"Bi-bisa Pak, " Jawab Syifa terbata sambil menundukkan kepalanya menutupi ke gugupan yang ia rasakan.

Ararya berdiri dan berjalan menuju balkon kamarnya.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

😂😂😂😂😂 iya jg yaa 😊😊

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!