BAB 2.

Sesampainya Syifa di dalam ruangan kerja yang merupakan dapur yang luas, Syifa memperhatikan rekan kerjanya yang berbisik satu sama lain.

Bisikan itu bisa terdengar oleh Syifa.

" Waktu yang di tunggu akhirnya datang juga, " ujar Sri dengan gaya centil nya.

"Iya dong, gue harus terlihat sempurna nantinya. " Seru Putri yang terus berkaca, melihat wajahnya yang begitu mulus akibat perawatan wajah yang ia jalani.

"Sudahlah, kita lihat saja siapa yang pertama yang akan di dekati oleh para pangeran itu. " Sahut Viona dengan sexi nya membenarkan pakaiannya.

Syifa yang melihat itu sedikit heran.

"Kamu itu anak baru Syifa, jadi belum mengerti. Kamu kan belakangan ini sering menghabiskan bekerja di ruangan ini, jadi wajarlah jika kamu merasa heran melihat kita. Iya gak sihhhhh .... Hahahaha... " Celetuk Putri melihat keheranan yang terlihat di wajah Syifa.

Syifa hanya tersenyum, saat dirinya di tertawakan oleh para seniornya.

Memang Syifa belum di perintahkan untuk bekerja di luar ruangan selain di dalam dapur, kali ini Syifa di perintahkan untuk menata semua menu makanan yang akan di hidangkan untuk makam malam keluarga besar itu.

Empat orang pekerja rumah tangga termasuk Syifa keluar dari ruangan dapur itu, dengan salah satu di tugaskan untuk mendorong roda yang di sulap menjadi roda yang sangat elegan untuk membawa beberapa menu makanan dari dapur menuju meja makan yang ada di ruangan khusus rumah dinas itu.

Kini semua menu makanan, sudah tertata rapih.

Beberapa pekerja termasuk Syifa masih berdiri tak jauh dari meja panjang yang di hiasi anak kursi di sekelilingnya.

Syifa memperhatikan setiap gerak-gerik seniornya, agar iapun paham jika suatu saat ia di perintahkan untuk melakukan apa yang seniornya lakukan.

beberapa waktu kemudian, terdengar ketukan lantai yang berasal dari pemilik sepatu yang hendak datang keruangan itu. Suara itu semakin jelas di telinga para pekerja, semuanya sudah bersiap untuk menyambut sang Majikan.

Tak lama kemudian, beberapa orang yang merupakan laki-laki itu datang mendekati meja makan itu. Laki-laki itu terdiri dari satu laki-laki paruhbaya dan juga 3 laki-laki muda.

Syifa tidak aneh dengan wajah laki-laki paruhbaya tersebut, karna ia sering melihatnya di stasiun Tv ataupun media lainya. Karna beliau adalah salah satu pemimpin salah satu negara.

Lagi-lagi Syifa memperhatikan rekan kerjanya, semua mata tertuju pada tiga orang yang mengikuti laki-laki paruhbaya itu.

Sepertinya mata mereka tidak bisa berkedip melihatnya, Sementara Syifa hanya memperhatikan letak semua menu makanan yang di tata di meja makan.

Semakin dekat mereka melangkah, semakin ribut semua isi hati para pekerja itu.

Tiga orang laki-laki, tersebut merupakan pengikut orang penting tersebut. Namun mereka mempunyai tugas masing-masing.

Dua laki-laki yang berpakaian coklat muda merupakan Sekpri atau seorang sekertaris pribadi, sementara satu orang lagi yang berpakaian loreng berwarna hijau army lengkap dengan atribut di pakaiannya. ke tiga laki-laki itu adalah prajurit TNI AD namun mereka berbeda beda pangkat.

Salah satu senior Syifa, memanggutkan kepalanya perlahan seraya untuk menyambut kedatangan ke empat laki-laki tersebut. Walaupun ketiga laki-laki itu hanyalah sekpri atau ajudan tapi di saat makan malam ataupun pagi selalu bersama, di meja yang sama pula.

Saat semua sudah mendekat, semua pekerja termasuk Syifa membenarkan kursi yang hendak di duduki oleh mereka, namun apa yang akan terjadi semua tidak ada yang tahu.

Saat mereka hampir duduk, beberapa pekerja membenarkan alat makan yang akan di pakai oleh mereka, Syifa melihat hanya piring seorang ajudan yang belum di benarkan oleh para pekerja.

"Mungkin ini bagian ku, " Syifa berinisiatif untuk membenarkan alat makan itu.

Laki-laki yang merupakan ajudan itu, seketika terdiam dan memperhatikan gerakan tangan Syifa saat membenarkan alat makan.

"Saya tidak menyuruhmu untuk menyentuh alat makan saya ! " Ucap kecil tanpa ekspresi dengan nada tegas terdengar dari mulut sang Mayor, hanya Syifa yang bisa mendengar ucapan yang terlontar dari mulut ajudan yang berpangkat Mayor itu.

Duaaarrrrr .... tubuh Syifa seperti tersambar petir, tubuhnya seketika gemetar aliran darah yang tadinya terasa hangat, kini terasa dingin untuk Syifa rasakan.

Syifa langsung menurunkan kedua tangannya, dengan wajah tertunduk Syifa melangkah mundur dan mengucapkan, "Maaf Pak. "

Suara kecil Syifa terdengar gemetar di telinga sang Mayor.

Syifa yang tak berani menoleh, yang dia lihat hanyalah sebuah tulisan berupa nama yaitu Ararya.

Prajurit TNI AD berpangkat Mayor itu bernama Ararya Priharja ia kini di tugaskan untuk menjadi ajudan orang terpenting di negara tersebut, beliau adalah salah satu prajurit terbaik yang di miliki oleh negara.

Kemampuan dan skill nya saat menjalani pendidikan berbuah manis, kini ia baru sampai pada gelar Mayor Ararya.

Mayor Ararya kini berusia 35 tahun, ia anak dari sepasang suami-isteri yang sangat jelas asal-usulnya, Mayor Ararya adalah anak pengusaha sukses di bidangnya.

Walaupun usianya sudah berkepala tiga, tak membuatnya gentar untuk segera mencari pendamping hidup. Bukan tidak mencoba, namun beberapa kali ia gagal, bukan Mayor Ararya yang tidak bisa memegang komitmen. Melainkan wanitanya lah yang tak bisa memengang komitmen.

Saingan terberat bagi siapapun yang mendekati Mayor Ararya bukanlah wanita lain, melainkan waktu, waktu yang tak bisa di prediksi untuk dirinya sendiri.

Pesona Mayor Ararya begitu sangat terpancar di bandingkan yang lain, namun di antara mereka Mayor Ararya lah yang paling memiliki sifat dingin, cuek dan sangat tegas.

Sangat jarang bagi siapapun melihat Mayor Ararya tersenyum lepas.

Saat Syifa dan beberapa rekan kerjanya sudah menyelesaikan tugas, mereka secara beraturan meninggalkan tempat itu. Dan membiarkan mereka menikmati hidangannya dengan santai.

Sesampainya di ruang dapur yang cukup luas itu, beberapa suara pujian dari rekan kerja Syifa mulai terdengar satu demi satu.

"Uhhhh .... pesona Leo itu sangat menggoda, " Suara satu yang memuji salah satu Sekpri.

"Apah Leo ? Haris lah yang lebih memukai, coba lihat dada bidangnya itu loh, eeeuuhhhh ... Kancing bajuku rasa-rasanya mau pada lepas semuanya, hahahaha " Suara kedua yang mengungkapkan rasa yang ada pada dirinya.

"Tampan, berwibawa dan gagah itu hanya pantas untuk seorang Mayor Ararya. Pesonanya membuat hati menjerit-jerit. " Suara ketiga saat melihat pesona Mayor Adnan.

"Busetttt ... Cowo sedingin itu Lo puji ? Kulkas 1000 pintupun kalah dengan suhu dingin Mayor Ararya, bisa beku gue kalau dekat dengannya. " Timpal seseorang yang tak suka dengan pesona Mayor Ararya.

"Hahahaha hahaha .... Lalu semuanya tertawa, "

Sementara Syifa masih mengatur nafas, dan terus menenangkan dirinya. Saat pertama kali di tegor oleh seorang prajurit dengan wajah yang cukup sangar.

"Nah ... Kamu Syifa ? Apa pendapatmu dengan apa yang kamu lihat, perasaan dari tadi kamu hanya diam. Ehhh tapi tadi kamu cukup berani loh berdiri di samping Mayor Ararya. " Ucap wanita yang sedang membersihkan tempat pemotongan sayur.

Syifa menoleh, dan ia tersenyum datar. Karna sungguh jika Syifa tahu Mayor Ararya tidak akan suka dengan apa yang dia lakukan, mungkin Syifa akan memilih untuk diam dan tak melakukan apa-apa pastinya.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

brasa gimmick Mayted 🤭🤭✌️✌️✌️

2024-04-25

0

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Mayor ararya sedingin kulkas 1000pintu dan tak tersentuh dgn wanita dan banyak perempuan yg mendekatinya.....

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!