BAB 7.

Kejadian itu membuat Ararya tak tenang, memang pada dasarnya ia bukanlah tipe orang yang kasar apa lagi pada seorang wanita. Ararya tak bisa beristirahat dengan tenang.

"SIALANNN Sri itu, mungkin ini yang di maksud oleh Putri. Keterlaluan sih ini pantas Mayor Ararya marah, aku pun pasti tidak akan suka dan marah jika ada yang masuk ke kamar ku tanpa ijin. " Ujar Syifa mengompres lengannya dengan air hangat.

Syifa tak begitu menyalahkan Mayor Ararya, Karna memang Syifa yang salah karna sudah mau di bodohi oleh Sri. Syifa menceritakan itu pada Putri.

"Sudah lah Faa ... Jangan kamu perpanjang masalah ini, walaupun kamu benar di mata Pak Joko kamu tetap salah. Biarkan Sri merasa menang sekarang, yang penting kamu sudah tahu Sri itu seperti apa. " Ungkap Putri memberikan saran pada Syifa.

Syifa masih belum bisa menerima perlakuan Sri, " Tapi Put, kalau di biarkan dia akan semakin berani. "

"Sudah lah biarkan, jangan kita yang membalasnya. Biar saja orang lain yang akan membalasnya. Sabar ya ? " Ucap Putri terus menenangkan Syifa.

Syifa pun terdiam, Syifa dan Putri kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan malam.

Saat Para Sekpri dan ajudan Pak Heriyanto berkumpul di meja makan. Syifa masih berada di sana termasuk Sri, teman Sri dan juga Putri.

"Kalian boleh kembali. " Perintah Pak Heriyanto pada Sri.

"Baik Pak, selamat menikmati makan malamnya. "Jawab Sri sangat lembut dan ramah.

"Awwww ... Sakit Put. " Rintih kecil Syifa yang lengannya tak sengaja di sentuh oleh Putri.

"Maaf ... Maaf lupa, Ayo ! " Jawab kecil Putri yang bisa di lihat oleh Mayor Ararya.

Mayor Ararya saat itu sangat merasa bersalah, karna ia melihat Syifa masih merasakan sakit di tangannya.

Saat Syifa berjalan ke arah dapur, Ararya melihat Syifa memegang lengan kiri atasnya.

"Pak Mayor kenapa ? Ada masalah ? " Tanya Leo pada Ararya yang dari tadi hanya terdiam.

Ararya menatap Leo datar, " Tidak. Ayo makan ! " jawab Ararya datar.

Leo menganggukkan kepalanya.

Makan malam pun selesai, malam itu Ararya di sibukkan oleh pekerjaan yang lumayan banyak. Dari mulai mengatur waktu kunjungan, mengatur waktu Tuan Heriyanto dan mengatur yang lainnya. Saat pekerjaan belum selesai mata Ararya sudah merasakan kantuk yang luar biasa. Kopi hitam rendah gula pun kini yang ada di pikiran Ararya.

Sepintas Ararya sering berpikir tentang pasangan hidup, Tapi pikiran itu ia tepis kembali mengingat Ararya belum juga mendapatkan wanita yang cocok menurutnya.

Di saat lelahnya karna harus keluar kamar dan membuat segelas kopi hitam di dapur, tak di sangka Ararya menemui Syifa sedang memanaskan air untuk mengompres lengan dan kakinya.

Syifa sontak kaget karna kedatangan sosok yang sama sekali tidak ingin ia temui saat itu, namun Syifa tidak boleh bersikap kurang ajar walau bagaimana pun Ararya adalah orang yang mau memberikan pekerjaan kepadanya.

Kali itu Syifa bersikap kalem, tidak seperti biasanya. " Malam Pak. Ada yang bisa saya bantu ? "

Ararya seketika menghentikan langkahnya, karna sungguh ia pun belum siap bertemu dengan Syifa karna rasa bersalahnya. Tapi tanpa di duga Syifa bersikap hangat padanya dalam pikiran Ararya pasti kini Syifa sudah membencinya atau bahkan marah padanya.

"Tidak, saya hanya ingin membuat kopi. " Jawab Ararya dingin walaupun sebenarnya ia kini sedang salah tingkah.

Syifa menganggukkan kepala, sungguh ia merasa malu saat itu karna sudah berani masuk ke dalam kamar Ararya.

"Apa aku meminta maaf sekarang saja ya ? " Batin Syifa yang sungguh belum siap menerima bentakan dari Mayor Ararya.

Ararya melihat Syifa kebingungan, namun ia tidak tahu harus menanyakannya seperti apa. Ararya memutuskan untuk pergi setelah segelas kopi ada di tangannya.

"Emm .. Pak. " Ucap ragu Syifa yang langsung membuat Ararya terdiam dan menghentikan langkahnya.

Ararya membalikan badannya, "Ada apa ? " Tanya Ararya masih terlihat dingin dan tegas.

Syifa dengan langkah ragu mendekat pada Ararya. " Sa-saya mau minta maaf Pak. " Ucap Syifa tak berani melihat wajah Ararya.

Ararya terdiam, alih-alih dia yang ingin meminta maaf tapi kini malah Syifa yang meminta maaf padanya. Ararya pun dengan cepat menepis pikiran itu dan kembali terlihat tegas di hadapan Syifa.

"Bagus kamu telah menyadari kesalahan kamu, lain kali jangan lakukan itu pada siapapun. " Jawab Ararya datar dan ingin segera pergi membawa perasaannya yang sedang tak menentu itu.

"Tapi Pak, " Ujar Syifa yang kembali mengehentikan langkah Ararya.

"Apa lagi ? " Jawab Ararya dengan nada malas saat mengatakannya.

Syifa kembali melangkah mendekat pada Ararya. Kali ini Syifa berani menatap wajah Ararya, walaupun wajah Ararya selalu terlihat galak tapi Syifa tak bosan-bosannya melihat wajah galak Ararya.

Ararya pun dengan segenap kemampuannya memberanikan diri untuk menatap wajah Syifa, "Apa ? "

"Anda juga salah Pak, sudah membenturkan lengan saya. " Ucap Syifa kembali pada sifat pecicilannya.

Ararya membelalakkan matanya dan menggelengkan kepalanya, " Ya .. Saya minta maaf. " Ucap Ararya singkat.

" Bukan kah cara yang baik untuk meminta maaf dengan cara berjabatan tangan ya Pak ? " Ujar Syifa sambil mengulurkan tangganya.

Senyuman tipis terlihat di bibir Ararya, Ararya menyambut uluran tangan Syifa. Sehingga telapak tangan Syifa dan Ararya kini saling menyatu.

Ada rasa getaran aneh yang di rasakan keduanya, tapi Ararya memilih untuk menyimpan rasa itu.

"Saya minta maaf. " Ucap berat Ararya pada Syifa.

Syifa tersenyum, " Saya maaf kan Pak. "

Ararya menatap aneh ke arah Syifa. " Sudah ? " Tanya datar Ararya.

Syifa menganggukkan kepalanya dengan tatapan mata yang tidak mau lepas dari wajah Ararya.

"Lapas dong kalau sudah. " Ucap kecil Ararya membuat Syifa terperanjat dan melepaskan genggaman tangannya.

Syifa pun memilih untuk pergi dari hadapan Ararya karna sungguh ia merasa malu.

"Loh, ini air hangat nya ! " Ucap Ararya pada Syifa.

"Saya sudah tidak membutuhkannya lagi Pak. " Jawab Syifa membuat Ararya menggelengkan kepalanya lagi dan tersenyum.

Ararya tersenyum dengan tingkah Syifa saat itu, " Ada-ada saja. "

Ararya kini merasa sudah lega, karna ia sudah meminta maaf pada Syifa walaupun permintaan maaf nya harus di mulai oleh Syifa. Malam itu Ararya sangat bersemangat saat mengerjakan tugasnya.

Begitu pun dengan Syifa sudah lega karna sudah meminta maaf pada Ararya, " Lambat Laun kamu akan merasakan balasan atas perbuatanmu Sri. "

Syifa masih belum mau melupakan perlakukan Sri padanya, Tapi Syifa menjadikan itu sebagai pelajaran agar di tidak mudah lagi di bodohi oleh Sri.

"Syifa ... Emm ... Nama yang bagus. " Sesekali Ararya menyebut nama Syifa di dalam kamarnya.

Ararya sebelumnya tidak mengira jika orang yang ia masukan kerja di rumah dinas itu memiliki umur yang sangat muda seperti Syifa, dalam pikiran Ararya wanita itu sudah jauh lebih tua darinya.

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

jika jodoh ... semoga tidak ada yg menghalangi... semoga restu keluarga Ararya nya

2024-03-24

1

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Cie2 syifa ditolong pujaan hatinya....

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!