BAB 7.

Sebuah Laptop terkini dengan warna hitam legam sudah ada di tangan Mayor Ararya Priharja, entah kenapa ia ingin membeli laptop itu padahal sebelumnya ia tidak merencanakannya.

Tidak di dalam istana, tidak di luar istana semua mata menatap padanya. Tak jarang juga ada yang meminta untuk foto bersama.

"Cari istri Napa Bang ? Gak cape apa di kejar-kejar terus sama emak-emak. " Celoteh Mega pada Kakak sepupunya.

"Eh dasar bocah, " Ararya mencubit gemas pipi saudaranya itu.

Syifa tersenyum melihat kebahagiaan Mayor Ararya yang jarang sekali ia lihat, senyum dan tingkahnya begitu hangat tak seperti saat memakai seragam dinasnya.

"Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan doa ku. Doa untuk selalu memberikannya kebahagiaan. Tak salah jika semua wanita mendambakannya, Kamu sempurna dimataku. Begitupun Dimata wanita yang lebih sempurna dari pada diriku, meskipun aku sadar bahwa yang maha sempurna hanyalah yang maha kuasa. " Syifa berniat pulang dan mengakhiri tatapannya pada Mayor Ararya.

Sebelum Syifa pulang, Syifa singgah dulu di sebuah ruko kecil yang menyediakan jasa transfer ke semua bank. Sesuai janji Syifa ia akan mengirimkan sebagain uangnya pada sang Ibu tercinta.

"Terimakasih Mas, " Ucap ramah Syifa saat transaksi sudah selesai, Struk tanda transfer pun sudah ia simpan.

"Mendung rupanya, aku pesan ojeg saja lah. " Niat Syifa.

Hampir setengah jam Syifa menunggu, "Kemana ya ? Mana mau ujan lagi. " Syifa memperhatikan Kekiri dan ke kanan, ia gelisah menunggu kendaraan umum tidak kunjung datang.

"Jalan saja, mudah-mudahan di pertengahan jalan ada kendaraan umum. " Syifa memutuskan untuk berjalan kaki. "Karna menunggu yang tak pasti itu tidak menyenangkan, " Pekik Syifa.

Syifa menyusuri jalanan yang begitu lengang, Di persimpangan jalan Syifa berpapasan dengan seorang pengamen yang seperti anak Punk.

Syifa biasa saja. Namun tak di sangka ia pun mendapatkan sapaan dari pengamen itu.

"Permisi mbak ? " Ucap pengamen itu.

Mata nakal terlihat dari wajah pengamen itu.

"Iya Bang, " Jawab Syifa.

"Apa boleh minta tolong mbak ? Saya seharian belum makan, " Ucap Pengamen itu, tak henti memperhatikan Syifa dari atas sampai bawah.

"Oh, sebentar Mas. " Syifa mencoba mengambil uang dalam tasnya.

"Ini Mas, " Uang dua puluh ribu pun di keluarkan oleh Syifa.

Pengamen itu langsung megambil uang tersebut, namun ia sedikit menggenggam tangan Syifa.

"Jangan macam-macam ya Mas ! Saya sudah memberikan apa yang kamu minta, " Ucap keras Syifa yang tak terima.

Seketika wajah memelas yang tadinya terlihat di wajah pengamen itu seketika berubah menjadi wajah pemangsa yang tak sabar ingin menerkam mangsanya.

"Bisa lebih dari dua puluh ribu gak cantik ? " Goda Laki-laki itu.

Syifa sontak kaget, ia langsung menghindar namun langkah besar dari laki-laki itu berhasil menghalangi langkah Syifa yang kecil.

"Cari mati ni cowo, " Syifa memperhatikan tubuh mana yang harus ia serang, agarlawan kalah dalam satu pukulan.

Namun saat Syifa hendak menendang bagian tubuh Laki-laki itu, tak di sangka-sangka datanglah seorang pria gagah dan tampan yang selama ini sering di kagumi oleh Syifa.

"Pak Mayor ? " Ucap kecil Syifa, tubuh kecil Syifa seketika tertarik ke belakang tubuh Mayor Ararya.

"Mau sok jagoan ? Mana identitas kamu ? " Tanya keras penuh penekanan Mayor Ararya pada pengamen jalanan itu.

"Sudah Pak, bahaya. " Bisik Syifa pada daun telinga Mayor Ararya, sehingga berhasil membuat bulu kuduk Mayor Ararya merinding karna geli.

Sejenak Mayor Ararya terdiam merasakan rasa yang terjadi pada tubuhnya, padahal Syifa tak bermaksud apa-apa saat itu.

Tangan Kanan Mayor Ararya masih memegang kerah baju laki-laki itu, sementara tangan kiri Mayor Ararya masih mendekap pinggang kecil Syifa untuk tetap berada di belakang tubuhnya.

"Ya ampun demi apa, sedekat ini ! " Syifa memperhatikan punggung Mayor Ararya yang sangat dekat dengannya.

Syifa tak merasakan ketakutan atas apa yang di lakukan Pengamen itu, tapi entah kenapa ia kini merasa nyaman karna perlakuan pengemis itu ia bisa di lindungi oleh Mayor Ararya dan bisa sedekat itu dengan Mayor Ararya.

"Lepas ! " Ucap Pengemis itu yang tak bisa lari dari cengkraman tangan Mayor Ararya.

"Keluarkan identitasmu, " Bentak Mayor ARARYA.

Namun karna tertekan, Pengamen itu mengeluarkan pisau kecil yang ada di aku celananya untuk melukai lawannya, supaya ia bisa terlepas, namun siasat nya dapat di lihat oleh Syifa . Ia langsung keluar dari Zona nyaman dan langsung menendang bagian perut bawah pengamen itu.

Dengan cepat ia melumpuhkan lawan, dan melempar pisau itu jauh dari jangkauan musuh.

"Cepat lari, kalau tidak mau berurusan dengan pihak yang berwajib jangan lakukan hal ini lagi Bodoh. Tidak semua wanita yang kau lihat dan kau temui lemah seperti yang ada di pikiranmu, " Syifa memberikan ancaman dengan mencengkram hebat tangan pengamen itu dengan kuat, sebelum ia melepaskannya.

"Baik mbak, baik ... " Pengamen itupun lari terbirit-birit karna melihat dua orang yang tak di sangka kuat oleh dirinya.

Mayor Ararya hanya terdiam, kini dialah yang ada di belakang Syifa. Bukan karna ia tidak bisa melakukan hal tersebut namun Syifa lebih dulu mengambil staknya di bandingkan Mayor Ararya.

"Hebat juga ni cewe, " Batin Mayor Ararya kagum.

Kini muka sangar Syifa berubah menjadi peramah kembali, Syifa menarik nafas sebelum ia menghadap pada seseorang yang ia segani.

"Terimakasih Pak, sudah menolong saya. " Ucap ramah Syifa yang menundukkan kepalanya.

Dengan berkaca pinggang Mayor Ararya memperhatikan Syifa yang ada di hadapannya

"Kalau begini ceritanya, bukan dia yang aku tolong. Melainkan aku yang di tolong, bisa saja aku terkena goresan atau tusukan dari pisau itu. Karna sungguh aku tidak fokus tadi. "Batin Ararya.

"Sebenarnya kamu mau kemana ? " Tanya ketus Mayor Ararya.

Syifa sedikit berkecil hati, " Sikap dan cara bicaranya beda sekali, Sadar Syifa kamu bukan siapa-siapa. " Syifa sekilas memikirkan tentang sikap Mayor Ararya pada perempuan yang sedang dekat dengannya.

"Saya hendak pulang Tuan, tapi saya tidak menemukan kendaraan umum. Jadi saya memutuskan untuk berjalan saja, " Jelas Syifa.

Ingin rasanya Mayor Ararya mengacak-acak rambut Syifa atau mencubit pipi Syifa karna kebodohannya.

"Ayo masuk, jika kamu menunggu angkutan umum di tempat ini sampai ujung jalan pun tidak akan kamu temukan. Yang ada kamu akan menemukan beberapa laki-laki bajingan seperti barusan, " Ketus Ararya pada Syifa yang tidak ada lembut-lembutnya.

"Tidak usah Pak, saya takut mengganggu. " Syifa melihat seorang perempuan yang ada di dalam mobil yang terus menatap kearah dirinya.

"Ini PERINTAH ! " Bentak Ararya yang tidak mau di bantah.

Syifa pun tidak bisa menolak, dan Syifa seperti anak ayam yang sedang mengikuti langkah induknya.

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

jika jodoh ... semoga tidak ada yg menghalangi... semoga restu keluarga Ararya nya

2024-03-24

1

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Cie2 syifa ditolong pujaan hatinya....

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!