BAB 11

Sementara Syifa yang masih asyik di masa istirahatnya tak membayangkan dan tak terpikirkan bahwa di luar sana ada seseorang yang sedang mempertanyakan keberadaannya.

Beberapa kali Ararya mencoba kedalam dapur, hanya untuk mengambil minum padahal ia tak haus, tapi Syifa tetap tidak ia temukan.

Pagi pun menjelang, Luka yang ada di tangan Syifa pun sesudah kering, hanya bekasnya saja yang belum hilang.

"Tok ... Tok ...Tok " Suara kamar Syifa di ketuk oleh seseorang.

Syifa langsung membukakan pintu,

"Pak, Ada apa ? Apa saya ada salah ? " Tanya Syifa khawatir karna tidak biasanya seseorang yang memegang semua pekerja datang kepadanya.

"Saya mau minta tolong, sebenarnya bukan saya tapi Tuan besar beserta Ibu meminta tolong saya untuk mencarikan Dokter. Tapi dari tadi Dokter yang biasa menangani keluarga ini tidak bisa di hubungi, tapi ini urgent sekali. Saya yakin kamu bisa. " Ucap Pak Ahmad salah satu kepercayaan keluarga itu.

"Memang kenapa Pak ? Ada apa ? " Tanya Syifa serius.

"Mari ikut saya, " Ajak Pak Ahmad.

Syifa pun mengikuti Pak Ahmad.

Pak Ahmad berjalan ke arah kamar Ararya.

Terkejut lah Syifa saat dirinya memasuki kamar Mayor Ararya, "Ya ampun kenapa ini Pak ? " Tanya Syifa khawatir.

Melihat Ararya sedang terbaring dalam keadaan sudah memakai pakaian dinas, Ararya nampak pucat keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya.

"Tadi Mayor Ararya, sedang berdiri menunggu Tuan siap. Namun entah kenapa tubuhnya roboh begitu saja. " Jelas Pak Ahmad.

Syifa duduk di samping Ararya memeriksa suhu tubuh, denyut nadi dan juga melihat mata Ararya.

"Pak , Pak Mayor apa bapak dapat dengar saya ? " Tanya lembut Syifa yang melihat Ararya setengah sadar.

"Pak. " Tanya Syifa kembali lebih mendekat dan menepuk lembut pipi Ararya.

Ararya menganggukkan kepalanya.

"Ok, "

"Apa Bapak merasa sesak ? "Tanya Syifa.

Mayor Ararya menggelengkan kepalanya.

"Apa bapak merasakan sakit di dada seperti tertekan ? " Tanya Syifa layaknya seorang Dokter.

Ararya menggelengkan kepala lagi.

"Apa bapak merasa sakit di bagian, perut, punggung atau merasa tidak nyaman di leher ? " Tanya Syifa kembali.

Ararya pun menggelengkan kembali kepalanya.

Syifa memeriksa denyut nadi Ararya, saat tangannya merasakan denyut nadi Syifa melihat putaran jam di pergelangan tangannya.

"Bagus, " Ucap Syifa setelah mengecek denyutan nadi Ararya.

Kini giliran Syifa mengecek detak jantung Ararya, ia harus melakukannya secara manual. Karna ia bekerja sebagai Pekerja rumah tangga bukan sebagai Dokter, jadi wajar jika tidak membawa alat medis bersamanya.

"Maaf ya Pak ? Pak Ahmad saya ijin membuka kancing baju Mayor Ararya, " Ucap Syifa pada Pak Ahmad yang berdiri tak jauh dari tempat tidur Ararya.

"Permisi ya Pak, " Ucap Syifa pada Ararya, Syifa mendekatkan wajahnya ke dada bidang Ararya, iya menempelkan telinganya dekat dengan posisi jantung Ararya berada. Syifa mengangkat tangannya agar ia bisa lihat putaran jam di pergelangan tangannya.

"Bagus juga Kok, " Ucap Syifa kembali.

Ararya yang mendapatkan penanganan dari Syifa hanya terdiam, Ararya tahu itu Syifa namun rasa sakit di kepala membuatnya enggan berkata apapun.

"Ijin buka sepatunya ya Pak, " Ujar Syifa melepas kedua sepatu Ararya dan juga kaos kakinya.

"Saya butuh air putih Pak, tapi maaf biar saya saja yang mengambilkan. " Ujar Syifa tak mau menyuruh Pak Ahmad.

"Tidak usah, biar saya saja. " Sahut Pak Ahmad.

"Terimakasih Pak, maaf merepotkan. " Ucap Syifa ramah.

Syifa berniat membuka seluruh kancing pakaian Ararya yang berupa seragam kehormatannya. Syifa mengelus halus kening Ararya seraya mengeringkan keringat yang ada di kening Ararya. Ia lakukan itu beberapa kali.

"Telat makan ya ? Kurang istirahat juga, " Ucap Syifa lembut pada Ararya.

Ararya menatap wajah Syifa dengan mata sedikit terbuka.

Ararya tersenyum.

"Ya ampun senyumannya, Aduhhh Syifaaa stoppp dulu. " Batin Syifa berteriak.

Tak sadar Ararya kini memegang erat tangan Syifa, begitupun Syifa memegang erat tangan Ararya.

"Mana yang sakit ? " Tanya Syifa,

Ararya mulai membuka mulutnya, dengan nada berat dan serak Ararya menjawab. " Cuma sakit di kepala, dan rasanya ingin muntah. "

"Itu asam lambung naik, untuk tidak sampai sesak nafas. " Jelas Syifa terus mengelus kening Ararya sampai ke pangkal rambutnya.

Ararya merasa nyaman di perlakukan seperti itu oleh Syifa, sikap yang di perlukan Syifa natural adanya karna ia memang menyayangi dan mengagumi Ararya sebelumnya.

Senyuman demi senyuman terpaut di antara keduanya, " Bisa bangun sebentar, biar bisa di lepas seragamnya. "

Ararya mencoba mengangkat tubuhnya, Syifa pun sontak membantu Ararya. Hingga kini posisi Syifa seperti sedang memeluk Mayor Ararya.

Kini jantung keduanya berdegup sangat kencang.

Tak lama kemudian, datanglah Leo bersama seorang Dokter yang biasa menangani keluarga itu.

Syifa terkejut, namun ia tak begitu saja melepaskan pegangannya pada tubuh Ararya, Syifa membantu Ararya untuk tertidur kembali.

Syifa mencoba berdiri, ingin menghampiri Dokter yang baru saja datang. Namun langkahnya tersendat saat tangannya masih di genggam oleh Ararya.

Seketika wajah Syifa memerah sempurna di hadapan Dokter dan juga Leo. Leo menatap tangan keduanya.

Syifa mencoba melepaskan genggaman tangan Ararya, walaupun sedikit susah Syifa berhasil melepaskannya dengan lembut.

Dokterpun mengambil alih tempat duduk Syifa.

Dokter itu mengecek suhu tubuh dan lainnya, seperti yang persis Syifa lakukan sebelumnya.

Syifa menjelaskan tentang suhu tubuh, denyut nadi, dan juga detak jantung Mayor Ararya pada Dokter itu.

Dokter itu dengan ramahnya mengangagguk paham, karna apa yang Syifa katakan itu persis adanya.

"Say pikir tadi Mayor Ararya terkena serangan jantung, karna saya lihat keringat dingin jelas terlihat dan wajahpun pucat tadi sempat setengah sadar Dok. Dan saya sudah mempertanyakan apa yang di rasakan, ternyata di bagian dada, punggung, perut atau leher tidak terasa sakit. Dan sesak pun tidak ia rasakan. Beliau hanya sakit kepala dan rasa ingin muntah saya pikir beliau sering telat makan dan juga kurang istirahat faktor kecapean juga, sehingga asam lambungnya naik. " Jelas Syifa seketika.

Dokter itu bertepuk tangan,

Syifa terkejut kembali, " Ma-maaf Dok jika saya lancang, dan maaf jika analisis saya salah. " Syifa merasa bersalah saat itu, karna itu bukan lah haknya.

"Tidak Nak, kamu benar. Nanti saya berikan resep obat, nanti tolong kamu ambil ya. " Jelas Dokter itu.

Syifa merasa lega, " Maaf Dok sekali lagi, baik nanti saya ambil obatnya. "

"Tidak usah minta Maaf, justru saya senang jika melihat orang pandai mengutarakan apa yang dia tau. " Sambung Dokter itu.

Dokter pun pamit, keluar bersama Syifa. Dan Ararya di temani oleh Leo.

"Kamu sekolah atau bagaimana ? kok bisa tahu ? " Tanya Dokter itu.

Syifa menjelaskan perihal pendidikannya, sehingga Dokter itupun paham dan bisa mengerti dengan kondisi Syifa kenapa lebih memilih untuk menjadi Pekerja rumah tangga di rumah dinas itu.

Syifa pun mendapatkan kesan pertemuan yang baik saat bertemu pertama kali dengan Dokter itu.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

mg bkn saingan bang MayARa ☺️☺️

2024-04-25

0

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

iya tahulah kan syifa kuliah kedokteran....

2024-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!