BAB 15.

"Dia memang tidak perduli, meskipun aku diam kan tapi dia tak berusaha membuatku bicara padanya, mentang-mentang sudah menjadi incaran seorang Dokter. " Dengus Ararya pada Syifa.

Syifa keluar menuju kamarnya, dia ingin membersihkan diri dan mengganti pakiannya.

Saat Teh hangat sudah ada di tangannya Ararya pun masuk kedalam kamarnya, membawa perasaan kosong.

Malam itu waktu belum larut, Ararya tak bisa beristirahat. Ia berniat mengajak Leo untuk pergi keluar sekedar minum kopi.

Leo menyetujui ajakan Mayor Ararya.

Sebuah cafe terdekat menjadi pilihan keduanya, " Yakin Lo mau minum kopi ? " Tanya Leo.

"Memangnya kenapa ? " Tanya Ararya.

"Lo belum sehat betul, biasanya Lo selalu memperhatikannya asupan makanan yang Lo akan makan atau minum. Tapi Kok sekarang kesannya Lo tidak perduli. " Sahut Leo.

Ararya terdiam.

"Gue yakin ada sesuatu yang buat Lo seperti ini, " Sambung Ararya.

"Mungkin karna keadaan gue yang lagi kurang Fit, " Jawab Ararya.

"Bukan, Lo itu sedang bimbang dengan perasaan Lo sendiri. Kadang benci dan Cinta itu beda-beda tipis, jangan biarkan seseorang mendahului apa yang Lo inginkan. " Jelas Leo.

"Apaan sih, ga ngerti gue. " Timpal Ararya yang menolak ucapan Leo.

Mengingat kegiatan di esok hari, mereka pun memutuskan untuk pulang. Sesampainya di pagar besi di rumah dinas itu. Para keamanan memberikan hormat pada Mayor Ararya.

Ararya dan Leo pun masuk kedalam pekarangan rumah Dinas yang cukup luas itu.

Leo dan Ararya memutar jalan menuju kedalam rumah, jika ia masuk lewat pintu utama mereka tidak enak.

Tiba-tiba Leo menyenggol pinggang Ararya yang berjalan di sampingnya.

"Apa ? " Tanya Ararya pada Leo.

"Tuh, " Leo menunjuk ke arah kursi taman dimana di sana ada seorang gadis sedang membaca buku.

Ararya menggelengkan kepalanya bersikap tak peduli.

Leo sesekali menggoda Ararya, hingga Ararya tak sengaja menjatuhkan pot bunga kecil yang ada di sampingnya.

Syifa sontak kaget dan menoleh ka arah suara, Syifa berdiri saat setelah ia melihat dia orang laki-laki yang sedang menepuk satu sama lain.

Tanah yang ada di pot bunga itu berserakan, Syifa menaruh buku yang sedang ia pelajari di meja taman. Sementara ia langsung berjalan ke arah Ararya dan juga Leo.

"Malam Pak, biar saya yang bersihkan. " Ujar Syifa menatap Leo lalu menatap Ararya dengan tatapan teduh.

Ararya melihat Syifa sangat cantik malam itu, kecantikan yang di balut dengan kesederhanaan. Ararya menatap mata Syifa yang sedang menggunakan kacamata, membuat nya semakin manis.

"Maaf ya, teman say tidak sengaja. " Ujar Leo.

"Tidak Apa-apa Pak, " Jawab ramah Syifa.

Syifa langsung mengambil pengki dan juga sapu,

Ararya meninggalkan keduanya tanpa kata maaf sedikitpun, Leo yang meminta maaf dan berterima kasih pada Syifa.

Syifa merasa berkecil hati ata sikap Ararya padanya.

Setelah selesai Syifa pun masuk, ia sampai lupa jika bukunya tertinggal di meja taman. Syifa menyadarinya saat dia sudah beberapa lama diam di dalam kamarnya.

"Tok ... Tok ... Tok, " Suara pintu kamar Syifa terketuk kecil.

"Aaaaaaaa ... " seseorang yang mengetuk pintu pun seketika kaget, karna dari dalam Syifa menjerit.

"Kenapa ? " Tanya Ararya yang langsung masuk ke kamar Syifa yang belum terkunci itu.

Ararya melihat Syifa sedang duduk di kursi rias dengan mengangkat kedua kakinya.

"Kenapa ? " Tanya khawatir Ararya melihat Syifa yang menutupi dirinya dengan selimut.

"Itu Pak, ular. " Teriak Syifa ketakutan.

Ararya melihat sekitar, ternyata benar saja ada ular di sudut kamar Syifa.

Ararya mencoba menjinakkan ular tersebut, menggunakan alat seadanya. Namun saat Ararya mendekat pada ular itu, Syifa menarik lengan Ararya.

"Jangan Pak, bahaya ! " Cegah Syifa.

Air mata yang keluar dari sudut mata Syifa di usap lembut oleh Ararya, " Tenang, kamu aman. " Ucap Ararya menanggkup pundak Syifa.

Syifa memang sangat Fobia dengan ular, ia bisa sampai lemas jika sampai melihat hewan mematikan itu.

Ararya melepaskan genggaman tangan Syifa, dan ia mulai menjinakkan ular tersebut. Dengan tangan kosong hanya di lapisi kain tipis Ararya menangkap kepala ular itu.

"Aaaaaaaaaa ... " Lagi-lagi Syifa menjerit, saat melihat Ararya memegang kepala ular itu. Dan badan ular pun melilit pergelangan tangan Ararya.

Mayor Ararya keluar, untuk memberikan ular tersebut pada bagian keamanan untuk di amankan.

" Kenapa ular berbisa ini bisa masuk kedalam kamar Syifa ? " Ucap heran Ararya.

Setelah itu Ararya mencuci tangannya, dan membawa segelas air putih untuk ia bawa ke kamar Syifa.

Ararya masih melihat Syifa mengeratkan pegangannya pada kedua kakinya yang ia angkat ke atas kursi.

"Ini di minum dulu, sudah aman kok. " Ucap Ararya menjongkokkan tubuhnya di hadapan Syifa.

Dengan linangan air mata Syifa mengangkat wajahnya, " Saya takut Pak, "

"Sudah tidak ada ular di sini, " Ucap berat Ararya pada Syifa.

Syifa memperhatikan sekitar, ia merasa tidak yakin.

"Sama ular takut, sama preman tidak takut ! " Umpat Ararya berhasil membuat Syifa menatapnya.

Syifa tak menjawab, ia malah meminum Air putih yang di bawakan oleh Ararya. Ararya menuntun tubuh Syifa untuk turun dari kursi rias itu.

Ararya memeluk Syifa menuju tempat tidurnya.

"Pak Mayor Ararya, begitu lembut perlakuanmu. " Batin Syifa saat tubuhnya di dekap oleh Mayor Ararya.

"Tenang lah, " Ucap Ararya mendudukan Syifa di tepi karunya.

Namun Syifa langsung mengangkat kakinya, dan membuka setiap batal atau selimut agar iya yakin bahwa tidak ada ular di sana.

Ararya lagi-lagi menggelengkan kepalanya karna lucu melihat tingkah Syifa.

"Saya hanya ingin memberikan buku ini, yang kamu tinggalkan di meja taman. " Ujar Ararya meletakkan buku itu di meja rias Syifa.

"Terima kasih Pak, " Jawab Syifa.

Keadaan seketika berubah menjadi canggung, dimana keduanya berada di satu kamar yang sepi.

"Saya pamit, " Ucap Ararya yang berharap Syifa mau menghentikannya walaupun sejenak.

"Iya, terima kasih banyak Pak. " Jawab Syifa yang ingin menahan Mayor Ararya sejenak, namun ia takut di anggap kurang ajar.

Ararya pun keluar dari kamar Syifa, sementara Syifa masih diam dengan ketakutannya.

Malam itu Syifa tak bisa memejamkan matanya sedikitpun, Ia cemas dengan sekitarnya.

Sementara adzan subuh sudah mulai berkumandang, Syifa masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi dan juga mengambil air wudhu.

Saat di dalam kamar mandipun Syifa merasa cemas dan terus saja memperhatikan sekitar.

"Seharusnya aku jangan mandi, karna semalam aku bergadang tidak tidur sama sekali. " Ucap Syifa dalam kamar mandi.

Namun Syifa tak nyaman jika ia harus beraktivitas tanpa mandi terlebih dahulu.

"Tok ... Tok ... Tok, " Pintu pun terketuk beberapa saat setelah Syifa selesai mengenakan pakaian seragamnya.

Syifa membuka pintu, Ternyata Pak Ahmad yang datang dan mengetuk pintu itu.

"Tolong kamu siapkan obat Mayor Ararya, dia memintanya. Dan antarkan langsung ke kamarnya. " Jelas Pak Ahmad.

"Baik Pak, " Jawab Syifa.

"Kenapa waktu selalu menghadapkan ku pada Mayor Ararya? " Syifa pun segera mempersiapkan apa yang harus ia siapkan.

Terpopuler

Comments

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

krn dia jodoh mu Syifa ❤️❤️

2024-04-25

0

Nur Hayati

Nur Hayati

suka ceritanya..🫰

2024-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!