Dalam kemacetan Syifa memperhatikan sekitar, banyak yang ia petik tentang kehidupan saat melihat ke adaan di jalan raya itu.
Sementara Ararya bermuram durja akan kemacetan yang menjebak kendaraannya, Syifa merasa bersalah di sana. Karna menunggunya Ararya jadi terjebak macet.
"Maaf ya Pak, gara-gara saya jadi terjebak macet seperti ini. Tadi memang tugas Nia lumayan banyak dan lumayan rumit. " Ucap Syifa memberi penjelasan pada Ararya
Ararya menoleh, " Lain kali kalau ponakan saya minta bantuan seperti itu jangan kamu tanggapi. Itu akan membuatnya malas dan tidak mengerti nantinya. "
"I-iya tapi saya merasa tidak enak menolak permintaan tolong Nia Pak. " Jawab Syifa.
"Rasa tidak enak kamu itu bisa membuat orang gagal dalam mencapai cita-cita nya, kamu seharusnya tahu itu. " Jelas Ararya tanpa menoleh ke arah Syifa.
"Baik Pak. "Jawab Syifa singkat tanpa mau berdebat lebih panjang lagi.
Padahal Ararya sengaja membuka pembicaraan agar Syifa banyak bicara seperti biasanya.
Ararya melihat wajah Syifa seperti tidak terima saat di beri nasehat olehnya, Syifa kini lebih melihat ke arah jendela di sampingnya di banding ke arah depan atau bahkan ke arah Ararya.
Kemacetan pun akhirnya bisa di lalui, "Uhuuukk ... Uhuuukk ... Uhukkk .. " Ararya tiba-tiba merasa batuknya sangat sakit kena tenggorokannya terasa kering, ia menahan rasa sakit di dadanya akibat batuk kering yang kini sedang ia rasakan.
Syifa melihat wajah Ararya kemerahan akibat batuk itu, Syifa melihat ke sekitar mencari botol minum untuk ia berikan pada Ararya.
"Stop Pak, jangan minum minuman kaleng itu. " Ucap Syifa mencegah Ararya meminum minuman kaleng bersoda itu.
Syifa meraih botol minum yang ada di belakang senderan kursi mobil yang di duduki Ararya. Syifa membuka penutup botol itu.
Ararya terus saja batuk, "Ayo minum yang banyak Pak. " Syifa mengelus halus pundak lebar Ararya.
"Istirahat saja dulu Pak, " Pinta Syifa melihat Ararya yang begitu tersiksa akan batuknya itu.
Ararya menyenderkan tubuhnya di senderan kursi itu, ia menepikan terlebih dahulu mobilnya di bahu jalan yang cukup luas.
"Minum lagi Pak ? "
Ararya memberikan isyarat tangannya, bahwa dia tidak ingin minum lagi. Ararya sampai mengeluarkan air mata karna rasa sakit dari batuknya itu.
"Jangan minum-minum kaleng seperti ini lagi Pak, ini bukannya menghilangkan dahaga malah menambah kering tenggorakan bapak. Jaketnya juga kalau di luar di pakai yang benar udara dingin bisa saja masuk lewat dada Bapak. " Jelas Syifa mengingat kan Ararya.
"Sudah-sudah saya tidak apa-apa, tadi tenggorokan saya hanya terasa kering saja. " Jawab serak Ararya.
Ararya terus batuk saat itu, "Ada obat gosok tidak ? " Tanya Syifa.
"Coba cari di dalam dashboard. " Jawab Ararya.
Syifa menemukan obat gosok yang setidaknya bisa menghangatkan dada, leher dan punggung Ararya. Syifa ingin menyuruh Ararya untuk mengoleskan obat gosok itu, namun Syifa sadar akan luka di telapak tangan Ararya yang pasti akan terasa perih jika terkena obat gosok itu.
"Emm ... Ijin Pak, apa oleh saya mengoleskan obat ini ke Dada anda. " Ucap ragu Syifa, ingin memberikan pertolongan tapi ia takut di salahkan dan di anggap sebagai wanita yang tidak mempunyai harga diri.
Ararya menganggukkan kepalanya, "Maaf ya Pak. " Syifa dengan ragu membuka kancing baju kemeja Ararya. Syifa sangat gemetar saat itu getaran itupun bisa di rasakan oleh Ararya.
Tangan Syifa menyelinap masuk ke kaos dalam yang di kenakan Ararya, olesan demi olesan Syifa lakukan di dada atas Ararya debaran jantung Ararya sangat terasa cepat di tangan Syifa.
Tangan Syifa naik ke leher Ararya. Mengoleskan obat gosok itu.
Debaran jantung Ararya bukan efek dari batuk saja melainkan dari sentuhan lembut tangan Syifa, Syifa memakaikan kembali kancing baju Ararya. Ararya menetap Syifa dan Syifa pun menatap Ararya.
"Emmm ... Sudah Pak ! " Syifa langsung kembali ke posisi duduknya semula, Syifa memalingkan wajahnya seraya membuang rasa gugupnya saat itu.
"Terimakasih. " Ucap berat Ararya.
Syifa menoleh ke arah Ararya, Lalu membuang tatapannya lagi ke arah lain. " Sama-sama Pak. "
"Kalau tidak sibuk, Anda harus menyempatkan waktu untuk berobat Pak. Saya yakin itu karna Alergi dingin. Setidaknya ada persiapan obat kalau Alergi dingin anda kambuh Pak. " Ucap lembut Syifa memberikan saran.
Ararya terdiam dalam lamunannya, " Loh kok di bisa tahu. Oh ya lupa ia kan Mahasiswi kedokteran. " Batin Ararya
"Ya .. " jawaban Ararya sangat singkat saat itu.
Debaran jantung Ararya belum juga hilang, sesekali mereka saling melirik walaupun setelah itu mereka seperti tidak perduli satu sama lain.
Ararya mulai melajukan kendaraannya kembali, saat ia berusaha mengambil botol air yang ada di sampingnya membuatnya ke susahan saat menyetir.
"Biar saya yang bantu Pak. " Syifa membukakan kembali penutup air botol mineral itu.
"Harus nya minum air hangat Pak. " Ucap Syifa.
"Nanti saja saat sampai di rumah. " Jawab datar Ararya.
Syifa mengangguk paham, ia akan membuat kan susu jahe nantinya.
Suasana menjadi canggung saat itu. Ararya tersenyum tipis di sudut bibirnya, " Enak juga ternyata kalau ada pendamping. "
"Anda berbicara sesuatu Pak ? " Tanya Syifa.
"Tidak. " Jawab Ararya yang tidak mau memberi tahu kata apa yang baru saja ia ucapkan pada Syifa.
Baik Syifa maupun Ararya kini sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya mereka tiba di rumah dinas itu.
Para penjaga melihat kebersamaan Mayor Ararya dan juga Syifa di dalam mobil, membuat pikiran para penjaga itu beranggapan bahwa Mayor Ararya ada hubungan dengan Syifa.
Syifa dan Ararya pun berjalan ke arah yang berbeda.
Syifa memasuki kamarnya untuk menyimpan tasnya, ia langsung keluar kamar lagi menuju ruang dapur untuk membuat kan susu jahe hangat untuk Mayor Ararya.
"Ciye-ciye yang pulang bareng Mayor Ararya , gimana tuh rasanya ? " Goda Putri yang kebetulan ada di dalam dapur saat Syifa membuatkan susu jahe hangat itu.
Syifa tersenyum, " Cuma kebetulan ketemu saja Kok. "
"Buat siapa minuman itu. "Tanya Putri.
"Mayor Ararya, tadi dia batuk di jalan. Ternyata dia punya alergi dingin. " Jawab Syifa.
"Hahahaha .. segitunya yang ingin meraih cinta sang Ajudan. " Goda Putri.
Syifa menggelengkan kepalanya, " Sttttt ... Jangan berisik nanti ada yang meniru usaha ku ini. " Jawab Syifa meladeni candaan Putri.
"Kenapa tidak jujur saja sih Faa .. Kamu kamu suka sama Mayor Ararya. " Saran Putri.
Syifa menatap Putri, " Put hanya sekedar kagum kok, kalau mengartikan perasaan ini sebagai rasa suka rasanya aku masih ragu. Diakan pangkatnya Mayor jadi pasti banyak lah wanita yang ingin dekat dengan Mayor Ararya. "
"Jangan patah semangat gitu dong, " Ucap Putri.
"Sudah-sudah, aku bawakan dulu minuman ini. Keburu dingin. " Jawab Syifa membuat Putri terus menggoda Syifa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
krn dia jodoh mu Syifa ❤️❤️
2024-04-25
0
Nur Hayati
suka ceritanya..🫰
2024-03-24
1