Mengejar Semesta
...***...
Langit mendung di atas sana tidak lama kemudian berhasil mengguyur hujan lebat, membasahi, meluluh lantahkan bumi siang itu.
Tidak peduli pada sekeliling, satu persatu pijakan kecil memecahkan genangan air di jalan raya.
Seorang anak lelaki berseragam biru putih berlari menyusuri derasnya hujan. Langkahnya yang lambat sukses membuat seluruh tubuh nya basah kuyup.
Sementara itu dari arah belakang, seorang gadis berseragam merah putih terus memanggil namanya.
"Kak Asta, kak Asta..."
Gadis yang tengah menjulurkan kepalanya dari jendela mobil meneriaki nama anak lelaki tersebut. Raut wajah nya menunjukkan rasa khawatir. Untungnya siang itu tidak ramai, di tambah jalanan tersebut bukan lah jalan pusat sehingga jarang sekali mobil maupun kendaraan besar lain berlalu lalang jadi untuk beberapa alasan, gadis kecil yang tampak lebih dewasa dari usianya tersebut lumayan merasa tenang.
"Kak Asta, tunggu!" Gadis kecil itu berteriak, namun sang pemilik nama masih terus berlari, mengacuhkan hal lain selain dirinya.
Dari belakang seperti yang sedang terjadi, mobil hitam yang di kendarai seorang pria paru baya tetap setia mengekori walau dari tadi gadis kecil cerewet yang adalah sang majikan terus memaksa agar sang supir bisa melaju lebih kencang, nyatanya pria tersebut sama sekali tidak menggubris perintah anak majikan nya. Pria itu tetap senantiasa mengikuti sambil tetap memantau keselamatan anak lelaki di depan mereka.
"Pak Budi, cepat! Kasian Kak Asta kehujanan," ujar gadis kecil sedikit membentak kesal, namun pak supir iang ia panggil Pak Budi tadi, hanya mengangguk patuh sambil tetap menjalankan mobilnya dengan lambat, menggiring anak kecil di depan mereka.
"Ia nona, ini juga sudah cepat. Tidak bisa lebih cepat dari ini lagi nona," sahut sang supir berbohong. "Nona Elora duduk saja. Bahaya kalau nona terus seperti itu," imbuhnya.
Karena tidak di dengarkan, gadis yang di sapa Elora tersebut memutuskan untuk diam namun tetap memantau anak lelaki yang tengah menangis di tengah derasnya hujan.
Tidak lama kemudian, akhirnya rumah yang menjadi tujuan mereka nampak di depan mata. Rumah beton sederhana yang kini di penuhi dengan keramaian membuat siapa pun yang mengerti, akan iba melihat nya.
Anak kecil lelaki berseragam SMP tadi segera berlari, menerobos gerombolan orang yang menatapnya dengan iba. Ada yang berbisik lirih, bahkan menangis kencang.
"Yang kuat Asta."
"Ya, Tuhan, kasian sekali kamu, Nak."
"Kenapa mereka pergi secepat itu?"
Dan berbagai macam ungkapan lirih lainnya yang membuat anak lelaki itu semakin berat melangkahkan kakinya ke dalam kamar yang saat ini tengah terpapang di depan matanya.
Dua orang yang sangat ia kenal dan cintai terbaring tidak bernyawa. Tanpa dapat di cegah. Anak lelaki itu berlari, memeluk tubuh kedua orang tuanya yang telah pergi untuk selamanya.
Di samping mereka, seorang pria seusia sang ayah tengah terduduk menatap mayat kedua sahabat karibnya. Pria itu menangis tersedu memeluk anak lelaki kecil di sampingnya.
Sementara itu, di luar, gadis kecil yang mengekori hanya bisa menangis sambil terduduk di depan pintu kamar. Ia menangis karena melihat Asta dan ayah nya yang tengah menangis.
"Ayah, kenapa mama Alea dan papa Ala tidur saja? Bangunkan mereka. Kasian Kak Asta menangis terus."
Gadis kecil itu semakin membuat beberapa orang yang mendengar penuturan nya hanya bisa semakin tersedu.
°
°
Tangan kecil itu hendak memegang ganggang pintu sebuah ruangan. Namun, niatnya terhenti begitu mendengar perbincangan di dalam ruang tersebut. Jantungnya pun seolah berhenti ia tahu betul apa yang mereka bicarakan, dirinya sudah cukup besar untuk tahu maksud pembicaraan tersebut.
Apa yang dirinya dengar, merupakan sebuah kejahatan besar. Ini adalah pembunuhan!
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments