...***...
"Oh iya, El. Kamu sudah bertemu dengan Ella?" suara Eunike menghentikan Elora yang akan segera mengamuk.
"Kenalkan, Dek," Bara menunjuk satu-satunya orang asing di sana. "Estela Freeu. Anak Om Josua, dan tante Samira. Kamu ingat mereka?" tanya Bara. Elora terkesiap.
Pikiran nya di paksa bekerja, melayang, mengingat memori belasan tahun lalu. Meski cukup lama, dua nama itu berhasil ia temukan dalam salah satu kenangan masa lalu nya.
Joshua Freeu seorang pria Jerman dan istrinya Samira Dewi, dua orang yang menolong Alatas, ayah Raja sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya. Tentunya Elora tidak akan lupa. Dua orang asing yang karena kejadian naas itu menjadi keluarga dan juga orang penting dalam hidup Raja.
Tapi kenapa harus mereka?
Elora meremas jemarinya erat, ia mencoba meyakinkan apa yang dia ingat kala itu.
"Om Josh dan tante Ami?" tanya nya, gusar.
Baik Eunike mapun Bara sama-sama mengangguk. Mereka tersenyum menatap Estela yang juga ikut membalas dengan respon yang sama.
"Iya, sayang. Estela adalah putri mereka," jawab Eunike. "Jadi waktu Raja bertemu Estela di toko..."
Mereka mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Pertemuan Raja dan Estela di malam insiden toko perhiasan katanya meninggalkan jejak di hati Raja.
Setelah dekat hampir dua minggu, Raja yang akhirnya tahu asal usul Estela, memutuskan untuk mengenalkan gadis itu pada Bara dan Eunike.
Tentu sebagai orang yang juga ikut bersyukur atas jasa Joshua dan istrinya, mereka menganggap kehadiran Estela merupakan anugrah. Dimana mereka bisa membalas budi atas jasa kedua orang tua nya dan sebagai surprise mereka menyimpan cerita bahagia tersebut untuk Elora dengan harapan ia bisa menjadi teman atau bahkan adik Estela.
Namun, bukan nya kebahagiaan mereka tidak sadar bahwa telah memberi sebuah bumerang kepada putri mereka sendiri.
Bagaikan tersambar petir. Elora menatap Raja dan Estela bergantian. Jantungnya memburu, mata nya awas. Dua netranya berkaca bukan karena sedih, juga bukan bahagia.
Perasaanya Elora benar-benar campur aduk. Memikirkan apa kemungkin terburuk tentang apa yang mungkin terjadi nanti, kecemasan mulai menyerang sebab, bagi Raja, Om Josh dan tante Ami adalah malaikat.
Selain Bara dan Eunike, pasangan Freeu juga berarti bagi Raja. Mereka adalah orang yang menolong Alatas-ayah Raja-sebelum pria itu benar-benar meninggal.
Jika bukan karena mereka, tubuh Alatas mungkin akan hancur di lautan bebas, bersama dengan mobilnya yang terjun ke jurang setelah di tarik keluarnya Alatas.
Walau semakin memikirkan nya, Elora tetap akan bersyukur akan jasa dua orang tersebut,
Tapi kenapa harus Estela? Kenapa harus gadis yang berhasil menarik perhatian Raja tersebut adalah putri mereka?
Seolah berhenti bernapas untuk sepersekian detik, kata-kata Elora tertahan. Kenyataan baru saja, menggerogoti, mencengkram tenggorokan nya. Ia tidak bisa berpikir jernih lagi sekarang. Beberapa kali, meski tampak berat, Elora berusaha menarik napas dalam.
"Jadi, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Elora linglung. "Di mana Om dan tante?" Padahal dia tahu kebenaran nya namun memilih mempertanyakan hal konyol tersebut pada siapa pun dan tentunya selain Estela. Elora sama sekali belum siap beramah tamah dengan gadis itu, namun, si manusia yang di maksud malah mengambil tempat tepat di samping ranjang lalu menggengam tangan Elora, menyalurkan rasa sedih yang tengah melandanya.
"Mereka meninggal dalam kecalakan dua tahun setelah ibu dan ayah Raja meninggal dunia, " ucap nya dengan derai air mata, dan tubuh yang bergetar hebat.
Menyaksikan hal tersebut, Raja segera meraih tubuh lemah Estela, ia membawa gadis itu dalam pelukan nya, tampak begitu hangat dan menenangkan.
Tanpa memikirkan perasaan Elora, Raja memperlakukan Estela terlampau jauh di banding perlakuan nya terhadap Elora. Ia bahkan nampak tidak peduli dengan apa yang mungkin gadis tersebut rasakan. Dia bersungguh sungguh tentang tembok yang seharusnya membatasi mereka.
Sementara bertepatan dengan hal tersebut, Elora memutuskan untuk mengalihkan pandangan nya. Ia menangis, membuang pandangan pada Eunike yang berada di seberang ranjang nya, memeluk sang bunda erat.
Tangisan nya bukan karena meninggalnya pasangan Freeu, walau hal tersebut juga termasuk, Elora menangis karena sikap Raja pada Estela. Pria itu benar-benar berbeda seolah Elora tidak bisa di bandingkan dengan seorang Estela. Seolah usahanya selama ini tidak pernah cukup untuk Raja.
"Kau benar-benar tidak berperasaan, Maharaja," batin Elora lirih. Wajahnya ia tenggelamkan dalam pelukan Eunike. Tak sanggup melihat sikap Raja yang begitu manis terhadap wanita lain.
Seakan belum cukup, Raja pun turut mengusap lembut puncak kepala Estela, seolah ingin menunjukan bahwa Elora tak ada apa-apanya di banding Estela.
Cemburu?
Elora benar-benar cemburu, dan terluka. Membenci Raja memang tak mudah, namun menerima Estela, jauh lebih sulit.
°
°
°
Waktu berlalu, setelah nostalgia singkat, semua orang kembali tenang, demikian Elora. Dalam diam tanpa niat mebuka suara, ia hanya berbaring memfokuskan diri, menatap sembarang arah.
Semua mengira jika Elora bersedih untuk orang tua Estela yang telah meninggal, namun mereka salah. Dirinya bersedih untuk hatinya yang kesepian.
"Karena sekarang semua orang sudah mengenal Ella, saat nya Ayah dan Bunda memberikan surprise nya," ucap Bara.
Surprise? Lagi?
Elora menunggu dengan tidak sabar dan ragu-ragu. Berusaha menenangkan diri, ia mencoba untuk mencerna apa yang terjadi. Walau pusing dan kesakitan, Elora berusaha untuk tetap menyembunyikan perasaan nya. Jika ia pingsan atau mimisan sekarang, semua orang akan curiga. Elora tidak ingin menyakiti orang-orang yang ia cintai.
Akhirnya setelah semua orang berhasil mengendalikan diri, layaknya sebuah keluarga, mereka duduk mengelilingi Elora yang masih terbaring di atas ranjang.
Bara menggerakkan tangan nya perlahan, meraih tangan sang putri. "Ayah dan Bunda sudah mengambil keputusan."
Ia menahan kalimatnya sebentar, tersenyum ke arah tiga anak muda di depanya, kemudian mengusap lembut puncak kepala Elora, menatap putrinya dengan senyum bahagia.
"Untuk mengenang masa lalu sekaligus sebagai balas budi pada om Josh dan tante Ami, kami memutuskan untuk merawat Estela."
Deg!
Elora membeku seketika. Mata nya sontak terpejam. Sejak tadi ia memikirkan kemungkinan terburuk tapi hal ini sudah di luar nalar. Rasanya sungguh sesak, seolah oksigen di ruangan tersebut telah terkuras habis.
Sekuat tenaga, Elora ingin mengamuk, dia ingin berteriak dan meraung sejadi nya. Dunia tidak adil. Elora ingin mengatakan bahwa kehadiran Estela sama sekali tidak membuat nya bahagia.
Egois memang, tapi Elora belum siap, bahkan tak pernah siap jika harus berbagi kasih sayang kedua orang tua maupun Raja.
"Merawat? Maksud Ayah, mengadopsi nya?" tunjuk Elora tepat pada wajah Estela.
"Oh, tidak, sayang." Bara mencubit pipi Elora gemas. "Estela tidak ingin di adopsi. Dia hanya ingin menjadi orang yang dekat dengan kita, dengan mu dan juga Raja," jelasnya namun Elora masih tidak mengerti.
"Maksudnya?" netra Elora beralih menatap Estela. Sebaik mungkin ia berusaha mengatur mimik muka nya agar tidak terlihat kesal. Estela tersenyu.
"Begini, El," gadis itu mengalihkan atensi, meminta persetujuan Eunike maupun Bara untuk menjelaskan. Kedua pasangan itu segera mengangguk mengiakan.
"Jadi yang di maksud ayah Bara tadi,"
Ayah Bara? Cih!
Elora tersenyum sinis. Hanya sekilas namun hal tersebut benar-benar menunjukan rasa ketidaksukaan nya.
"Ayah Bara dan Bunda hanya akan menanggung finasial ku. Mereka tidak mengadopsiku dan kamu akan tetap menjadi satu-satunya putri mereka," jelas Estela.
Rasanya sungguh sakit, mendengar Estela memanggil kedua orang tua nya dengan akrab. Jika boleh mengutarakan isi hati sebenarnya, Elora ingin sekali menolak.
Demi Tuhan, ia benci situasi ini. Namun, keegoisan nya ternyata kalah akan cintanya pada sang ayah dan bunda.
Mengingat betapa menderitanya Eunike dan Bara karena penyakit yang ia derita, Elora hanya bisa menyunggingkan senyum getir.
Dia ingin sekali menolak, demi apapun, ia ingin menolak namun, melihat kebahagiaan di mata dua orang senja tersebut, rasanya tidak benar. Jika menolak kehadiran Estela maka Elora tidak akan pernah memaafkan diri nya karena bersikap egois.
Mungkin semua ini sudah jalan nya. Mungkin kehadiran Estela akan sedikit menghibur Ayah dan Bunda nya, jika suatu saat ia tiada.
"Kami harap, kalian bisa lebih bahagia dengan adanya Estela."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments