5| Do you care?

...***...

Dalam perjalanan, Elora masih terus menatap ponsel. Dua panggilan tadi sudah cukup membuat ia bahagia. Setelahnya, ia kembali memeriksa pesan wa yang di kirim kepada sang bunda. Belum di baca dan tak ada panggilan masuk.

Dalam hati Elora bersyukur bundanya belum membaca pesan. Itu berarti sang bunda tengah sibuk dan tidak ada di rumah jadi, Raja tidak akan di marahi karena membiarkannya pulang larut malam dan ia sendiri tidak akan di tanyai yang macam-macam perihal kejadian tadi.

Huh, baguslah.

Ya, bahkan dalam keadaan sakit pun ia tetap sangat peduli pada Raja.

"Elora, kamu jangan sering lupa minum obat. Bahaya kalau terus terulang."

Suara Renata membuat Elora kembali fokus ke jalan malam yang sudah tidak lagi padat. Ia bahkan tidak benar-benar mendengar apa yang baru saja wanita itu katakan.

"Tante," panggil Elora.

Renata menoleh singkat, kemudian kembali fokus pada setirnya.

"Iya?"

"Kalau sampai di rumah, dan Raja bertanya ... tolong, jangan beritahu apa pun tentang penyakit ku ya," pinta Elora dengan sura rendah.

Dalam hati Renata menebak jika Raja yang di maksud pasti pria yang menelpon tadi. Tapi kenapa Elora tidak ingin pria itu tahu? Kenapa juga pria itu bersikap tak acuh saat di telpon tadi?

Jika mereka serumah, berarti satu di antara dua. Raja itu ayah atau kakak nya, tidak mungkin gadis semuda Elora sudah menikah bukan? Dari cara bicara Elora, sudah pasti Raja itu kakak nya, tapi kenapa sikap kakak nya seperti itu. Jika dia kakak nya, seharusnya ia sudah tahu mengenai kondisi Elora, tapi kenapa Elora memintanya untuk merahasiakan penyakit yang ia derita terlebih pada keluarganya?

Huh...

Renata bingung tapi ia tidak ingin berlarut. Toh, itu bukan urusan nya.

"Baiklah," jawabnya singkat.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam saat mobil Renata memasuki pekarangan luas, dengan taman besar dan rumah dua lantai di dalam nya.

Sempat takjub, Renata lalu memarkirkan mobil sebelum turun dan mengantarkan Elora ke depan pintu rumah.

Bel di bunyikan.

Tidak butuh waktu lama untuk seseorang membuat keributan dengan membuka kunci rumah.

Ya, sosok tampan pria muda bertubuh tinggi, berdiri di depan mereka. Sosok itu menampakan raut wajah kurang bersahabat saat melihat Elora, namun berubah datar ketika beralih menatap Renata.

"Kak Raja," sambut Elora semringah.

Dalam remang suasana malam, Renata memperhatikan wajah pria muda yang di panggil Raja dengan saksama. Wajah nya tidak asing. Renata membatin.

"Kak kenalkan, ini tante Renata," jelas Elora tanpa di minta.

Hanya mengangguk singkat, Raja menyapa. "Saya Raja. Terimakasih sudah mengantar adik saya dengan aman," ucapnya.

Renata tersenyum kemudian pamit undur diri. Dia mengingat permintaan Elora mengenai tidak menceritakan apapun dan segera kembali ke mobilnya. Ia baru teringat akan sesuatu saat mobil sudah melaju meninggalkan kediaman keluarga Elora.

"Oh iya, aku ingat sekarang. Pria muda itu adalah orang yang sama yang selalu di lukis Elora," ucapnya lega akan rasa penasaran.

Sementara itu, di kediaman Adiraja. Elora yang masih menunggu Raja mengunci pintu rumah, di kejutkan dengan pertanyaan tiba-tiba yang tidak Elora sangka.

"Kenapa?" Suara lantang Raja membuyarkan lamunannya.

Elora yang sebenarnya mengerti tujuan pertanyaan tersebut, sengaja bersikap bodoh. Ia hanya ingin berbicara banyak dengan Raja.

"Kenapa apa?" ucapnya balik bertanya.

Raja memasukkan kunci ke dalam saku celana. Ia kemudian berjalan lebih dulu melewati Elora, menuju ruang makan.

"Kenapa pingsan?" sambungnya mulai mengambil piring, sendok, kemudian meletakkan nya di atas meja makan. "Duduk."

Elora mengekori, kemudian duduk seperti yang di perintahkan. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Raja makanya dia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Hanya kelelahan. Ohya, mbok Cum kemana?" tanya Elora karena ia tahu Raja tidak mungkin akan mau repot-repot turun ke bawah dan membuka pintu untuknya jika mbok Cum ada di rumah.

"Pamit pulang. Cucunya sakit," jawab Raja singkat. Elora juga langsung manggut-manggut.

Kemudian Raja membuka tudung saji. Di sana dengan jelas Elora bisa tahu jika makanan masih hangat di lihat dari sisa-sisa uap yang mengepul keluar.

"Kakak sudah makan?" tanya Elora berbasa-basi sebab Raja tidak berkata apa-apa setelah mengambil minuman untuk nya.

"Kau kira ini pukul berapa?" sarkas Raja namun dengan nada yang berusaha di lembutkan. "Cepat makan, kemudian istirahat," tambahnya dan langsung beranjak pergi meninggalkan Elora sendiri.

Elora cukup kesal dengan sikap cuek Raja lantas memberanikan diri untuk berbicara.

"Aku tahu kau khawatir!" teriak nya tiba-tiba.

Ucapan Elora tersebut berhasil membuat Raja yang baru menaiki tiga anak tangga segera menghentikan langkahnya. Ia menggumamkan sesuatu baru kembali melanjutkan langkah, menghiraukan Elora yang kembali memprotes karena di tidak di acuhkan.

"Apa susahnya sih, bilang kalau 'aku mencemaskan mu?'" pekik Elora tantrum.

Namun, di detik berikut, ia kembali luluh melihat makanan hangat di depan nya. Ia tahu, mbok Cum tidak mungkin punya kekuatan sihir untuk membuat makanan tetap hangat. Jadi, pasti Raja sendiri yang memanaskan makanan nya.

Bagaikan manusia dengan dua kepribadian, Elora lantas berteriak lantang."Terimakasih untuk makanan nya, Kak. Aku menyayangi mu, kak!!!" Secepat itulah suasana hatinya berubah.

Sementara dari lantai atas, suara lantang yang cukup keras tersebut berhasil membuat Raja yang hampir memasuki kamar mendengar jelas apa yang Elora katakan.

Segaris lengkung singkat tampak muncul di bibir Raja sebelum ekspresi nya kembali berubah datar.

"Dasar gadis gila," celetuknya pelan dan lanjut melangkahkan kaki ke dalam kamar.

°

°

°

Walau sudah cukup kenyang karena nyatanya sebelum pulang Elora dan Renata sempat mampir di sebuah rumah makan, gadis itu tetap antusias menyicipi semua lauk yang telah di panaskan demi menghargai setiap hal sederhana yang telah di lakukan Raja untuk nya.

Meski dalam jumlah kecil, Elora tetap setia mengambil satu demi satu makanan yang ada di atas meja lantas memakannya dengan lahap. Sesekali Elora berceloteh mengomentari masakan mbok Cum yang di rasa beda dari biasanya.

"Kenapa kali ini masakan mbok Cum jauh lebih lezat?" celetuk Elora. "Pokoknya, besok aku harus memastikan kalau kak Raja memang menghangatkan makanan ini untuk ku," putusnya sebelum kembali ke kamar.

Saat menaiki tangga, Elora sadar sesuatu kembali mengalir dari hidungnya. Darah yang mengalir cukup banyak tersebut membuat ia buru-buru mengusapnya, berjaga-jaga jika saja Raja tiba-tiba keluar dari kamar yang memang berada hampir bertepatan dengan tangga.

Hah!

"Aku harus segera istirahat," gumam Elora, buru-buru menuju kamar.

°

°

°

Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam namun Elora masih bergelayut di atas ranjang, menatap sendu langit malam yang terpampang jelas dari balik kaca balkon kamarnya. Ia merenungi kondisi tubuhnya yang akhir-akhir ini lebih sering mimisan. Padahal biasa walau dalam sehari melewatkan minum obat, Elora tidak lantas pingsan seperti beberapa waktu lalu.

"Apa sebaiknya aku ceritakan kejadian tadi pada bunda?"

Lagi-lagi Elora menimang. Ia memutar tubuh nya terlentang kemudian menatap langit-langit kamar. Tadi, tubuhnya lebih tepat, pikirannya benar-benar lelah. Ia amat fokus pada Raja hingga lupa akan kesehatan sendiri.

Entah berapa lama ia pingsan, tapi kejadian serupa baru terjadi dua kali semenjak diagnosanya. Satu kali saat pertama kali di diagnosa yaitu dua tahun lalu, dan tadi adalah kedua kalinya.

"Ah, nanti saja baru ku beri tahu. Kasihan bunda. Bunda juga pasti tengah sibuk dengan pasiennya," putus Elora.

Lama termenung, Elora kembali teringat akan perhatian kecil yang Raja tunjukan tadi. Ia cukup yakin, di balik sikap dingin yang sering di perlihatkan, pria itu masih benar-benar peduli padanya.

Huh! Memang sebaiknya aku sakit saja biar Raja peduli pada ku.

...***...

•••

"Kau kira ini pukul berapa?"

"Cepat makan, kemudian istirahat,"

"Aku tahu kau khawatir!"

Ucapan Elora tersebut membuat Raja yang baru menaiki tiga anak tangga segera menghentikan langkahnya.

Ia bergumam, "Tentu saja aku khawatir. Aku harus memastikan kau hidup dengan sehat sebelum merasakan apa yang ku rasakan."

•••

Episodes
1 Prolog
2 1| Little Dream
3 2| The Story
4 3| Being Strangers
5 4| Something Wrong
6 5| Do you care?
7 6| Ghost in Wedding
8 7| Beautiful Scar
9 8| Jewelry Store
10 9| The Broken
11 10| Hate Without Reason
12 11| Broken Twice
13 12| New Girl
14 13| Girl You Like
15 14| Still Have It?
16 15| She Is,
17 16| Bad Suprise
18 17| Pation Is Pain
19 18| Wear The Mask
20 19| Blood Cake
21 20| Another Pain
22 21| Agreement
23 22| Give Up?
24 23| Bad Thing
25 24| Graduation Heart?
26 25| Almost And
27 26| The Truth
28 27| Yes, I Give Up
29 28| First Step
30 29| My Ending
31 30| Goodbye
32 31| Tragedy
33 32| Brings Trauma
34 33| Decision
35 34| New City, New Life
36 35| Stanger
37 36| Don't Touch Me
38 37| The Secret
39 38| Towards Danger
40 39| They're Charming
41 40| They're Story
42 41| Just A Friend?
43 42| Blood
44 43| Hi, From the Past
45 44| I Think, I Like You
46 45| Just Kidding?
47 46| The Pandora Box
48 47| Can I Be Him?
49 48| Who Is He?
50 49| Make Sure You're Happy
51 50| My Tearjerker
52 51| Starting to Open
53 52| With Crazy Way
54 53| Looking For The Truth
55 54| Look Further
56 55| It's About Regret
57 56| Behind The Lies
58 57| All I Know
59 58| The Truth
60 59| It's Hurts You, Right?
61 60| Promise
62 61| Ignored
63 62| Started to Move
64 63| Again?
65 64| Fear of Losing
66 65| Hidden
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
1| Little Dream
3
2| The Story
4
3| Being Strangers
5
4| Something Wrong
6
5| Do you care?
7
6| Ghost in Wedding
8
7| Beautiful Scar
9
8| Jewelry Store
10
9| The Broken
11
10| Hate Without Reason
12
11| Broken Twice
13
12| New Girl
14
13| Girl You Like
15
14| Still Have It?
16
15| She Is,
17
16| Bad Suprise
18
17| Pation Is Pain
19
18| Wear The Mask
20
19| Blood Cake
21
20| Another Pain
22
21| Agreement
23
22| Give Up?
24
23| Bad Thing
25
24| Graduation Heart?
26
25| Almost And
27
26| The Truth
28
27| Yes, I Give Up
29
28| First Step
30
29| My Ending
31
30| Goodbye
32
31| Tragedy
33
32| Brings Trauma
34
33| Decision
35
34| New City, New Life
36
35| Stanger
37
36| Don't Touch Me
38
37| The Secret
39
38| Towards Danger
40
39| They're Charming
41
40| They're Story
42
41| Just A Friend?
43
42| Blood
44
43| Hi, From the Past
45
44| I Think, I Like You
46
45| Just Kidding?
47
46| The Pandora Box
48
47| Can I Be Him?
49
48| Who Is He?
50
49| Make Sure You're Happy
51
50| My Tearjerker
52
51| Starting to Open
53
52| With Crazy Way
54
53| Looking For The Truth
55
54| Look Further
56
55| It's About Regret
57
56| Behind The Lies
58
57| All I Know
59
58| The Truth
60
59| It's Hurts You, Right?
61
60| Promise
62
61| Ignored
63
62| Started to Move
64
63| Again?
65
64| Fear of Losing
66
65| Hidden

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!