4| Something Wrong

...***...

Langit sudah gelap saat Renata kembali ke studio. Tadi setelah mendengar kabar anak kakak nya masuk rumah sakit akibat berkelahi, wanita itu langsung pergi.

Oleh karena tengah ramai-ramainya, Renata tidak bisa langsung memaksa para tamu untuk pergi sebab mereka pun membayar untuk datang ke studio jadinya ia dengan amat berani, menaruh kepercayaan penuh kepada Elora, gadis yang belakangan ini mencuri perhatiannya.

Sebelum pergi dan menitip kunci, Renata pun tidak lupa memberi nomor ponsel, berjaga-jaga jika ia akan terlambat, dan meminta Elora untuk tidak menunggu.

Namun, pukul enam waktu studio untuk tutup telah lewat sejak dua jam lalu sementara Elora sama sekali tidak menghubunginya. Rasa khawatir yang memuncak membuat Renata memutuskan untuk kembali ke studio.

Tiba di studio, Renata di buat terkejut dengan lampu yang padam namun pintu studio tetap terbuka.

"pencuri kah?" Begitu pikir Renata.

Meraih sebuah bata besar di luar, Renata melangkah memasuki studio. Bermodalkan penerangan cahaya ponsel, ia melangkah tenang menuju sakelar berusaha tidak mengeluarkan suara agar siapa pun yang berada di dalam studio tidak menyadari kedatangan nya.

Pelan namun pasti, tangan Renata mulai terulur hingga menemukan stop kontak.

Dalam hitungan detik ruang gelap tersebut berubah terang benderang. Renata dengan cepat mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, memicing dengan gugup mencari sesuatu yang entah apa. Sorot matanya terus menelisik ke setip sudut yang terhalang kampas kampas besar yang di gunakan para tamunya untuk melukis namun, tidak satupun netranya menangkap apa yang di cari.

Ruangan dengan sekat yang tidak terlalu tinggi tersebut, membuatnya tidak bisa melihat jelas sisi lain ruangan. Akhirnya dengan amat terpaksa Renata harus melangkahkan kaki ke sisi lain. Dengan bermodalkan batu bata di tangan, ia melangkahkan kai dengan hati-hati namun, belum benar-benar mencapai sekat pembatas, Renata dikejutkan dengan sosok gadis berambut panjang di sudut dekat jendela.

Bukan, dia bukan hantu. Di Elora.

Ya, Elora masih berada di tempat duduk persis di tempat saat Renata pergi tadi. Dengan lukisan pria yang hampir selesai Renata menatap punggung Elora yang saat ini membelakangi nya. Elora tidak bergerak. Ia duduk diam di bangku tanpa sandaran tersebut, dengan tubuh yang bersandar pada tembok yang hanya beberapa senti dari posisinya. Kepalanya tertunduk dengan tangan memegang palet cat yang berada di atas pangkuannya sementara kuas lukis telah tercampak ke tanah. Gadis itu sama sekali tidak bergeming saat Renata memanggil nama nya.

Sedikit panik Renata segera melepaskan bata di tangan. "Apakah dia tertidur?" pikirnya, namun, saat menyentuh tubuh Elora hendak memastikan kondisinya, tanpa bisa di cegah gadis itu langsung ambruk ke lantai.

"ELORA!!!"

Melihat tubuh terlentang Elora yang tidak sadarkan diri dan wajah yang amat pucat, Renata berusaha menyadarkan gadis itu. Ia menepuk wajahnya beberapa kali nampak jelas ada bekas darah yang mengalir dari hidung Elora.

Tidak ada jawaban.

Tanpa menunggu lama, Renata segera berlari ke luar studio. Dengan panik dia meminta tolong pada beberapa orang yang tengah berlalu lalang guna membantunya memapah tubuh Elora.

°

°

°

Di rumah sakit, Renata berjalan mondar mandir di depan ruang rawat Elora. Ia ingin memberitahu keberadaan gadis itu, tapi tak tahu harus mengubungi siapa. Ponsel Elora yang sempat ia bawa dari studio juga terkunci jadi tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu sampai gadis itu sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian dokter yang merawat Elora keluar dari ruangan.

"Bagaimana kondisinya, Dok?" todong Renata begitu matanya menangkap sosok berjas putih tersebut.

Sang dokter menurunkan maskernya perlahan, tampak tenang "Anda keluarga nya?"

"Bukan Dok, Elora pelanggan di studio saya. Dia pingsan di tempat saya jadi saya yang membawanya kemari."

Dokter manggut-manggut, "Anda tidak perlu khawatir karena kondisinya sekarang sudah membaik. Dia pingsan karena stres dan kelelahan, dia akan segera siuman. "

Mendengar penjelasan dokter, Renata lantas menghembuskan nafas lega. "Memangnya Elora sakit apa dok sampai bisa pingsan hanya karena stres dan kelelahan?" tanya Renata yang kini mulai penasaran. Pasalnya ia pun sering stres dan kelelahan tapi tidak pernah sampai pingsan.

"Dia pengidap anemia, tapi gejalanya menunjukan jenis anemia aplastik," jawab dokter, mulai menjelaskan perihal penyakit yang ternyata tengah Elora derita.

"Berbahaya, kah dok?" Renata begitu syok. Ia tidak menyangka jika gadis seceria Elora mengidap penyakit serius tersebut.

"Untuk kondisi Elora saat ini masih terbilang tidak parah, tidak sampai harus mencuci darah. Dari hasil lab, saya rasa kedua orang tuanya memang sudah paham kondisi Elora sehingga gejala yang ia tunjukkan masih terbilang cukup ringan dan baik bagi seorang penderita anemia aplastik."

Renata dengan serius mendengarkan penjelasan dokter. Ia bahkan sempat menanyakan beberapa hal sebelum sang dokter menyelesaikan kuliah singkatnya.

"Saran saya, sebaiknya Elora ini selalu di ingatkan untuk minum obat dan harus menghindari stres yang berkepanjangan," jelas dokter panjang lebar kemudian segera undur diri.

"Baik, terimakasih dok," balas Renata.

Selepas kepergian dokter. Renata segera masuk ke dalam ruangan tempat Elora di rawat. Ia melangkah cepat saat mendapati gadis itu mulai siuman.

"Bagaimana kondisi mu, Elora? Apakah ada yang sakit?" tanya Renata begitu memastikan Elora telah sadar sepenuhnya.

"Saya baik-baik saja ..." Elora menahan kalimatnya sebentar. Dia tidak tahu harus memanggil Renata apa. Pasalnya selama berada di studio, mereka memang tidak pernah berbincang akrab. Yang Elora tahu, Renata hanya wanita pemilik studio, itu saja. Ia bahkan masih terkejut untuk beberapa waktu tadi saat Renata tiba-tiba meminta nya menjaga studio sementara wanita itu pergi entah kemana.

"Panggil saja Tante Rena," jawab Renata cepat, melihat kebingungan di wajah Elora.

"Ah," Elora tersenyum simpul. "Saya baik-baik saja, Tante Renata," lanjutnya.

Renata lantas menghembuskan napas lega. Ia lalu merogoh ponsel di dalam tas tangannya. Mengeluarkan dua ponsel dengan merek berbeda. Satu ponsel ia berikan pada Elora. "Kamu mungkin mau menghubungi keluarga mu?"

Elora menggeleng sembari tersenyum lemah. "Tidak tante," katanya. "Bunda dan ayah akan sangat cemas jika tahu aku pingsan. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir," lanjutnya singkat.

Renata menatap Elora iba. Mereka memiliki kemiripan dimana tidak ingin menjadi beban khawatir keluarga sehingga membuatnya paham akan perasaan gadis itu.

"Oh, iya." Renata tiba-tiba teringat sesuatu. "Tadi seseorang menghubungi mu. Nama kontaknya..."

"Untung Sayang?" tebak Elora tiba-tiba bersemangat.

Renata yang memang agak canggung dan juga merasa lucu dengan nama kontak pemberian Elora tersebut lantas mengangguk. Elora pun nampak menatap poselnya dengan mata berbinar.

"Apa katanya, tante?" tanya Elora.

Renata sedikit membenarkan duduknya. "Tapi Elora," Ia jeda sejenak. "Apakah dia memang tidak banyak bicara?"

Elora mengerti jika Renata mungkin akan menunjukkan ekspresi seperti itu karena Raja memang orang yang tidak berbasa basi.

Mengangguk, Elora menatap Renata dengan binar penasaran. "Apa katanya, tan?" tanya nya lagi.

Renata tersenyum melihat tingkah antusias Elora. Dia teringat akan panggilan masuk sesaat setelah kepergian dokter.

Ponsel Elora yang berdering menghentikan langkahnya sesaat ketika hendak masuk ke ruang rawat. Ia sempat membaca nama penelepon lalu tersenyum singkat sebelum menjawabnya.

Tidak ada suara. Renata kembali memastikan jika ia benar-benar sudah mengangkatnya.

[Di mana?]

Suara berat, dari seberang sana kembali menarik fokus Renata. "Halo ini siapa? Apakah anda keluarga Elora?" tanya Renata. Ia mendengar jelas pergerakan tiba-tiba di seberang sana. Tebaknya sang penelepon baru saja beranjak dari posisi nyaman.

[Anda siapa?] tanya sang penelepon tanpa basa-basi, membuat Renata menautkan kedua alis, lalu kembali memastikan nama kontak yang menghubungi Elora. Dalam hati, ia paham kenapa Elora menamai pria tersebut demikian.

"Saya Renata. Elora saat ini berada di rumah sakit,"

[Hah? Apa yang terjadi? Elora baik-baik saja?]

Renata jelas mendengar kekhawatiran di seberang sana. Dia pun jelas-jelas mendengar pergerakan seolah pria tersebut akan muncul di depan nya detik itu juga sehingga buru-buru Renata segera menenangkan nya. Ia tidak ingin jika dirinya harus mengurus keluarga Elora yang lain karena membuat mereka cemas.

"Tidak perlu khawatir, Elora baik-baik saja. Jangan terburu-buru. Elora tadi pingsan di tempat saya. Kata dokter Elora hanya kelelahan dan akan segera siuman," jawab Renata.

Pergerakan di seberang kini tidak lagi terdengar. Pria itu terdengar membuang napas lega.

"Saat ini kami berada di rumah sakit Lentera. Kamu bisa ikut kami di si-," sambung Renata namun segera di di sela oleh penelepon.

"Tolong pastikan dia pulang dengan selamat!"

Hanya itu dan panggilan terputus.

Baru selesai menceritakan kronologi panggilan singkat tersebut, Renata di buat bingung dengan sikap Elora yang selalu tersenyum di setiap kalimatnya. Gadis itu nampak sangat bahagia.

"Menurut tante, adakah sedikit saja kemungkinan dia menyukai ku?" tanya Elora terlampau antusias.

Bagi Renata, sulit jika panggilan tersebut dimaksudkan karena perasaan suka ataupun cinta. Panggilan tersebut hanya seperti panggilan yang wajib di lakukan jika seseorang yang ia kenal belum pulang di saat waktu telah menunjukan larut malam.

Seperti bercermin pada diri sendiri. Renata tengah melihat versi muda nya dalam diri Elora. Wanita 35 tahun itu menatap Elora serius. Sesekali ia tersenyum mendapati Elora yang tengah menatap ponselnya dengan raut wajah senang. Hanya satu panggilan tak terjawab dan satu panggilan tersambung dari nama yang sama cukup membuatnya bahagia. Cinta menggebu-gebu memang kadang membuat mereka para gadis melupakan logika.

"Tante aku ingin pulang."

...***...

Episodes
1 Prolog
2 1| Little Dream
3 2| The Story
4 3| Being Strangers
5 4| Something Wrong
6 5| Do you care?
7 6| Ghost in Wedding
8 7| Beautiful Scar
9 8| Jewelry Store
10 9| The Broken
11 10| Hate Without Reason
12 11| Broken Twice
13 12| New Girl
14 13| Girl You Like
15 14| Still Have It?
16 15| She Is,
17 16| Bad Suprise
18 17| Pation Is Pain
19 18| Wear The Mask
20 19| Blood Cake
21 20| Another Pain
22 21| Agreement
23 22| Give Up?
24 23| Bad Thing
25 24| Graduation Heart?
26 25| Almost And
27 26| The Truth
28 27| Yes, I Give Up
29 28| First Step
30 29| My Ending
31 30| Goodbye
32 31| Tragedy
33 32| Brings Trauma
34 33| Decision
35 34| New City, New Life
36 35| Stanger
37 36| Don't Touch Me
38 37| The Secret
39 38| Towards Danger
40 39| They're Charming
41 40| They're Story
42 41| Just A Friend?
43 42| Blood
44 43| Hi, From the Past
45 44| I Think, I Like You
46 45| Just Kidding?
47 46| The Pandora Box
48 47| Can I Be Him?
49 48| Who Is He?
50 49| Make Sure You're Happy
51 50| My Tearjerker
52 51| Starting to Open
53 52| With Crazy Way
54 53| Looking For The Truth
55 54| Look Further
56 55| It's About Regret
57 56| Behind The Lies
58 57| All I Know
59 58| The Truth
60 59| It's Hurts You, Right?
61 60| Promise
62 61| Ignored
63 62| Started to Move
64 63| Again?
65 64| Fear of Losing
66 65| Hidden
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
1| Little Dream
3
2| The Story
4
3| Being Strangers
5
4| Something Wrong
6
5| Do you care?
7
6| Ghost in Wedding
8
7| Beautiful Scar
9
8| Jewelry Store
10
9| The Broken
11
10| Hate Without Reason
12
11| Broken Twice
13
12| New Girl
14
13| Girl You Like
15
14| Still Have It?
16
15| She Is,
17
16| Bad Suprise
18
17| Pation Is Pain
19
18| Wear The Mask
20
19| Blood Cake
21
20| Another Pain
22
21| Agreement
23
22| Give Up?
24
23| Bad Thing
25
24| Graduation Heart?
26
25| Almost And
27
26| The Truth
28
27| Yes, I Give Up
29
28| First Step
30
29| My Ending
31
30| Goodbye
32
31| Tragedy
33
32| Brings Trauma
34
33| Decision
35
34| New City, New Life
36
35| Stanger
37
36| Don't Touch Me
38
37| The Secret
39
38| Towards Danger
40
39| They're Charming
41
40| They're Story
42
41| Just A Friend?
43
42| Blood
44
43| Hi, From the Past
45
44| I Think, I Like You
46
45| Just Kidding?
47
46| The Pandora Box
48
47| Can I Be Him?
49
48| Who Is He?
50
49| Make Sure You're Happy
51
50| My Tearjerker
52
51| Starting to Open
53
52| With Crazy Way
54
53| Looking For The Truth
55
54| Look Further
56
55| It's About Regret
57
56| Behind The Lies
58
57| All I Know
59
58| The Truth
60
59| It's Hurts You, Right?
61
60| Promise
62
61| Ignored
63
62| Started to Move
64
63| Again?
65
64| Fear of Losing
66
65| Hidden

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!