7| Beautiful Scar

...***...

Pagi itu sekolah di hebohkan oleh pengumuman di papan mading. Entah siapa yang memasang informasi konyol tersebut, tapi hal itu jelas tidak Elora suka. Bahkan pelajaran matematika yang telah berjalan hampir dua jam tersebut tidak lantas membuat ia fokus karena segala kecamuk di kepala.

Berharap tidak di beritahu, Elora justru mendapat kabar menyakitkan tersebut dari Sera teman sebangkunya yang hingga saat ini masih bawel padahal ia sudah meminta Sera agar berhenti membahas hal tidak masuk akal.

"Hm, menurutku sih, mereka memang cocok. Tampan dan cantik, kemudian sama-sama cerdas. Huh, perpaduan yang sempurna. Seandainya aku di posisinya, aku juga akan sangat se_"

Brak!

Elora membanting pena di atas meja. Ia berniat menghentikan celotehan Sera tapi malah membuat seisi kelas bahkan Ibu Linda, guru matematika yang tengah menerangkan pun ikut teralihkan.

Wanita muda itu pun berbalik, wajahnya masam tak bersahaja ketika melihat Elora yang saat ini tengah berdiri sambil menatap Sera, serius.

"Kamu kenapa, Elora? Ada masalah?" tanya Ibu Linda, satu-satu nya guru matematika yang memang tidak killer.

Kalau pak Hans, dia pasti tak berani!

Sera pun turut melirik Elora bingung seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena saat ini mereka sudah menjadi pusat perhatian.

"Kau kenapa?" cicit Sera sedikit berbisik.

Sekali lagi ia melihat seisi kelas sembari tersenyum kikuk. Semua orang menatap ke arah mereka, terutama dirinya.

Memang kesambet ini anak!

"Elora," Mencengkram tangan Elora, Sera berusaha menarik gadis itu agar kembali duduk, tapi Elora bergeming. Tidak ada kata yang keluar membuat semua orang berspekulasi bahwa Elora mungkin sudah kemasukan.

Ibu linda bahkan memanggil namanya tapi Elora tidak menggubris, ia diam beberapa saat baru kemudian,

"Maaf, saya ijin ke toilet, Bu," ucapnya tiba-tiba.

Tanpa menatap ibu Linda, Elora lantas melenggang keluar.

"Dia kenapa?"

Bisik-bisik seisi kelas masih terdengar jelas di telinga, namun Elora tidak mengacuhkan. Ia berlari ke arah berlawanan. Bukan ke toilet melainkan ke depan perpustakaan, tempat di mana papan mading digantung.

Sejak pagi, Elora jelas mendengar perihal kabar tersebut, meski demikian ia tidak lantas berlari ke sana seperti seseorang yang baru saja di khianati dan bertingkah konyol atau semacamnya.

Pagi tadi Elora hanya memantapkan langkah kemudian melenggang masuk ke dalam kelas dan duduk tanpa suara menulikan telinga meskipun teman-teman sekelas terus membicarakan hal yang sama.

Namun,

Yang menjadi biang masalahnya adalah Sera. Gadis itu bermulut besar dan tidak bisa mengontrol diri. Ia terus bicara. Tanpa di minta pun Sera terus bicara hingga Elora muak. Hentakan di meja tadi merupakan tanda bahwa ia telah mencapai batas kesabaran, dan satu-satunya tujuan Elora saat ini adalah,

Mading Osis!

Berdiri lama di depan papan besar bertuliskan, MADING OSIS, Elora mengusap keringat di pelipisnya. Papan ini, sebuah papan penuh muslihat. Tempat di mana semua isu siswa di jabarkan secara gamblang. Entah siapa pemulanya, tatapi papan mading sejenis ini tidak seharusnya ada di sekolah, atau mungkin karena sekolahnya terlampau elite sehingga semua hal pribadi tampak lumrah jika di bagikan?

Yang benar saja!

Elora ingin mengumpat tapi ia tahan. Matanya lantas difokuskan ke mading. Tidak butuh waktu lama untuk Elora menemukan apa yang di cari. Dua foto dengan latar malam, di tancap menggunakan paku mading berwarna merah muda.

Konyol sekali!

Di sana, di dalam foto itu terdapat seorang gadis dan seorang pria. Gadis itu, Elora mengenalnya. Dia memang sudah tidak menyukai gadis tersebut sejak pertama kali masuk sekolah.

Cih!

Elora kembali mengamati.

Foto pertama, gadis tadi tersenyum ke arah kamera seraya memeluk mesra seorang pria yang wajahnya tidak tertangkap frame karena posisi membelakangi. Sementara foto kedua, kedua objek tampak lebih mendekati kamera, hanya saja sang wanita dengan malu-malu menyembunyikan wajah dalam pelukan pria sementara sang pria berusaha menghalangi kamera dengan telapak tangan nya. Sebagai penjelas, di samping foto mereka menulis,

[Maharaja Samasta dan Nensi Cintia tertangkap kamera tengah berkencan]

Ha-ha!

"Tertangkap kamera apanya? Jelas-jelas sengaja di ambil!" Elora bermonolog. "Lucu sekali!" sinisnya.

Walau tidak percaya, nyatanya Elora sakit hati. Ia tidak terima jika memang hal tersebut benar adanya. Bahkan sepanjang jalan dari kelas menuju perpus tadi, Elora terus meremas jarinya, mulutnya mengatup, jantungnya pun ikut berdetak tidak karuan. Dia tidak bisa menerima_

bukan!

Tidak akan menerima jika memang Raja berkencan atau memiliki seseorang di saat sikap pria itu masih begitu dingin terhadapnya. Elora tidak siap jika orang baru malah menempati posisi spesial dimana Elora sendiri bahkan tidak tau dimana posisinya.

Lama melihat, Elora tertunduk seraya bernapas berat. Menatap marmer putih di bawah sana, tanpa sadar buliran bening yang telah menumpuk memenuhi pelupuk mata nya luruh, tanpa di setujui dan tapa permisi.

Dia menangis.

Elora terisak pelan. Ia tidak ingin menangis, tapi tetap saja ... tetap saja dia tak bisa menahan. Dirinya masih terjebak dalam patah hati tiba-tiba ini. Meski tidak jelas apakah pria itu memang Raja atau bukan, Elora tetap menangis. Pintu perpustakaan yang tertutup pun membuatnya tidak malu untuk menumpahkan air mat_

Eh, tunggu!

Diam seketika, Elora mengangkat wajahnya. Tampak kacau memang tapi sudahlah karena saat ini fokusnya malah berpindah pada sosok pria di dalam foto tersebut.

Tinggi mereka memang sama, posturnya juga mirip,

"Tapi kenapa aku tidak mengenalinya?"

Ya, setelah di lihat lagi, Elora bingung ia merasa aneh. Kenapa hati nya merasa asing, padahal postur dan tinggi pria di foto sangat mirip dengan Raja? Apakah mungkin karena ia terlalu mengenal pria itu?

Untuk sekali lagi, Elora kembali membuka lebar kedua mata, berusaha menggali hal mengganjal apa yang membuatnya begitu resah.

Kenapa? Kenapa ia tidak mengenalnya?

Tidak mengenali sosok yang mereka deklarasikan sebagai Raja, sang kakak, Elora kembali menelisik apa yang kira-kira ia lewatkan, hingga akhirnya sampai pada titik dimana binar bahagia terlihat di kedua bola matanya, Elora buru-buru menghapus air mata yang entah kapan sudah berhenti.

Lengkung senyum ditarik meninggi sebelum akhirnya ia memutuskan.

"Dia bukan kak Raja!!!" kata nya yakin.

"Bukan kak Raja?" ulang seseorang. "Dari mana kau tahu?" Suara kegirangan berasal dari arah lain. Elora menoleh.

Sera berlari ke arah nya, bersemangat. Gadis itu bahkan hampir menempelkan kedua bola mata begitu tiba di depan mading, mencari dimana letak 'bukan Raja' nya.

"Mana Elora? Kurasa kau salah, pria ini terlalu mirip kak Raja," celetuk Sera masih penasaran.

Tidak menjawab, Elora justru mengeluarkan sesuatu dari saku rok seragam, kemudian menyuruh Sera untuk menyingkir dari depan mading. Sebuah spidol berwarna merah terang yang entah dari mana sudah berada di tangan Elora.

Melihat apa yang hendak di lakukan Elora, Sera segera mencegah.

"Kau mau apa?" ucapnya menahan lengan Elora. Gadis itu tengah membuka papan mading yang memang tidak terkunci.

Sontak menggit tangan Sera, Elora kemudian berpindah menggigit tutup spidol setelah Sera melepaskan tanganya.

"Aduh!" Sera meringis namun tetap memantau apa yang Elora lakukan.

Gadis gila!

Satu tangan menahan penutup mading sedangkan tangan lainnya mulai berselancar indah di atas kedua foto tersebut. Tangan pria di foto Elora lingkar tepat di ruas ke dua jari kelingkingnya selanjutnya ia menarik anah panah ke sisi lain foto. Sera tidak mengerti maksud gambar tersebut hingga Elora menulis sesuatu di sana.

[Jangan konyol! Raja memiliki bekas luka di sini! Jika ingin berbohong, berbohong lah dengan baik! Kalau seperti ini kan, kau malah terlihat bodoh!!!]

Wkwkwk!

Sera ternganga masih tidak percaya akan hoax yang di sebarkan tersebut. Saat ini, ia dan Elora dalam perjalanan kembali ke kelas. Pelajaran matematika sudah selesai sejak lima menit setelah Elora keluar tadi. Bel istirahat pun telah berbunyi. Mendengar suara-suara girang dari arah mading, Elora dan Sera lantas terkekeh bersama.

"Jadi, pria di foto itu bukan Raja, kan?" Kembali Sera berusaha meyakinkan. Rupanya gadis itu belum percaya.

Elora mengangguk, kemudian bergumam mengiyakan. Mereka berjalan ke kantin dengan perasaan sama-sama lega.

Bukan hanya Sera yang kegirangan. Elora sendiri turut merasa bersyukur karena sangat mengenal Raja. Jika dirinya adalah orang lain yang hanya melihat sekilas lalu jatuh hati, sudah pasti ia akan menangis sejadinya sebab tidak tahu kebenaran, patah hati berhari hari karena pupus harapan.

Hah!

"Untung kau mengingat bekas luka itu,"

"Tentu saja, aku tidak mungkin melupakan nya."

Berapa pun lamanya, Elora tidak akan pernah melupakan bekas luka itu. Bekas luka yang mana dia lah penyebab Raja memilikinya.

Hah, bekas luka penyelamat...

Elora kembali teringat akan kejadian beberapa tahun lalu ketika ia berusia delapan tahun. Semua berawal waktu itu ketika satu keluarga, tetangga baru, pindah tepat di samping rumah nya. Karena terhalang tembok tinggi, Elora selalu penasaran dengan apa yang sering di lakukan bocah laki-laki, anak tetangga mereka.

Suatu ketika Elora melihat bocah itu tengah bermain bersama anjing peliharaan nya. Elora seorang gadis kecil, keras kepala yang manja tentu saja menginginkan hal yang sama. Ia merengek kepada kedua orang tuanya.

Namun karena ambisius, dibelikan anjing baru pun Elora tidak mau, dia hanya ingin anjing tetangga tersebut hingga suatu ketika, musibah pun terjadi. Raja yang selalu datang ke rumah bersama kedua orang tuanya harus menerima akibat dari kenakalan Elora.

Keras kepala dan banyak maunya, itulah yang menempel pada Elora kecil. Ia begitu bahagia mengetahui rumah tetangga nya kosong. Mereka meninggalkan anabul sendirian dan di rantai di luar rumah. Elora yang mengetahui hal tersebut tentu saja kegirangan. Lalu tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, gadis kecil itu berjalan keluar, meninggalkan kediaman nya kemudian menerobos masuk ke pekarangan tetangganya lewat celah pagar yang mengelilingi rumah sang tetangga. Persis seperti pencuri.

Setelah berhasil, dengan girang ia melangkah lambat mendekati sang anabul. Walaupun terus di gonggong, Elora tetap memberanikan diri karena tahu bahwa si anjing tidak bisa mendekatinya karena terikat rantai.

Naas nya, Elora sama sekali tidak tahu jika putra keluarga tersebut ternyata berada di rumah. Karena tidak menyukai Elora, anak lelaki Itupun dengan sengaja melepaskan rantai yang mengikat anabulnya. Betapa terkejutnya Elora saat hal tersebut terjadi.

Dengan sekuat tenaga Elora berlari menghindari kejaran si anjing. Harus melewati celah pagar membuat ia ketakutan setengah mati hingga akhirnya ketika ia terpojok di sisi pagar dan hampir di terkam, sebuah tangan muncul dari celah pagar langsung mengatup mulut sang anjing.

Ya, dia Raja.

Raja lah yang menjadi korban dari gigitan si anjing. Karena nya, Raja mendapat empat jahitan di sepanjang ruas tengah jari kelingking nya. Waktu itu Elora benar-benar mearasa bersalah.

Hari ini mengingat kembali kenangan naas tersebut Elora malah tersenyum. Ia ingat betul sejak saat itu dirinya tidak lagi menginginkan anabul tetangganya, kejadian itupun merupakan momen dimana dirinya sering menangis oleh karena rasa bersalah setiap kali melihat perban di jari kelingking Raja.

hah!

Kalau di ingat-ingat, kejadian itu juga lah yang membuat Elora hingga saat ini selalu ketakutan jika melihat anak anjing, jadi di mana pun Elora berada, ia selalu berusaha menjaga jarak dari anak anjing yang sering orang sebut lucu itu.

...***...

Episodes
1 Prolog
2 1| Little Dream
3 2| The Story
4 3| Being Strangers
5 4| Something Wrong
6 5| Do you care?
7 6| Ghost in Wedding
8 7| Beautiful Scar
9 8| Jewelry Store
10 9| The Broken
11 10| Hate Without Reason
12 11| Broken Twice
13 12| New Girl
14 13| Girl You Like
15 14| Still Have It?
16 15| She Is,
17 16| Bad Suprise
18 17| Pation Is Pain
19 18| Wear The Mask
20 19| Blood Cake
21 20| Another Pain
22 21| Agreement
23 22| Give Up?
24 23| Bad Thing
25 24| Graduation Heart?
26 25| Almost And
27 26| The Truth
28 27| Yes, I Give Up
29 28| First Step
30 29| My Ending
31 30| Goodbye
32 31| Tragedy
33 32| Brings Trauma
34 33| Decision
35 34| New City, New Life
36 35| Stanger
37 36| Don't Touch Me
38 37| The Secret
39 38| Towards Danger
40 39| They're Charming
41 40| They're Story
42 41| Just A Friend?
43 42| Blood
44 43| Hi, From the Past
45 44| I Think, I Like You
46 45| Just Kidding?
47 46| The Pandora Box
48 47| Can I Be Him?
49 48| Who Is He?
50 49| Make Sure You're Happy
51 50| My Tearjerker
52 51| Starting to Open
53 52| With Crazy Way
54 53| Looking For The Truth
55 54| Look Further
56 55| It's About Regret
57 56| Behind The Lies
58 57| All I Know
59 58| The Truth
60 59| It's Hurts You, Right?
61 60| Promise
62 61| Ignored
63 62| Started to Move
64 63| Again?
65 64| Fear of Losing
66 65| Hidden
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
1| Little Dream
3
2| The Story
4
3| Being Strangers
5
4| Something Wrong
6
5| Do you care?
7
6| Ghost in Wedding
8
7| Beautiful Scar
9
8| Jewelry Store
10
9| The Broken
11
10| Hate Without Reason
12
11| Broken Twice
13
12| New Girl
14
13| Girl You Like
15
14| Still Have It?
16
15| She Is,
17
16| Bad Suprise
18
17| Pation Is Pain
19
18| Wear The Mask
20
19| Blood Cake
21
20| Another Pain
22
21| Agreement
23
22| Give Up?
24
23| Bad Thing
25
24| Graduation Heart?
26
25| Almost And
27
26| The Truth
28
27| Yes, I Give Up
29
28| First Step
30
29| My Ending
31
30| Goodbye
32
31| Tragedy
33
32| Brings Trauma
34
33| Decision
35
34| New City, New Life
36
35| Stanger
37
36| Don't Touch Me
38
37| The Secret
39
38| Towards Danger
40
39| They're Charming
41
40| They're Story
42
41| Just A Friend?
43
42| Blood
44
43| Hi, From the Past
45
44| I Think, I Like You
46
45| Just Kidding?
47
46| The Pandora Box
48
47| Can I Be Him?
49
48| Who Is He?
50
49| Make Sure You're Happy
51
50| My Tearjerker
52
51| Starting to Open
53
52| With Crazy Way
54
53| Looking For The Truth
55
54| Look Further
56
55| It's About Regret
57
56| Behind The Lies
58
57| All I Know
59
58| The Truth
60
59| It's Hurts You, Right?
61
60| Promise
62
61| Ignored
63
62| Started to Move
64
63| Again?
65
64| Fear of Losing
66
65| Hidden

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!