...***...
Siang itu, seperti biasa, anak-anak bergerombol menuju lapangan olahraga demi menonton pangeran hati mereka yang sedang bertanding.
Satu lawan satu, lomba bulu tangkis membawa Maharaja Samasta sebagai pemenang nya. Pria itu tersenyum singkat penuh kepuasan.
Kemudian dalam marak nya penonton, dan seperti pacar selayaknya, Raja melangkah menuju satu-satunya gadis cantik yang berada di antara teman sekelasnya.
Estela!
Dia menghampiri Estela, menerima minuman dingin yang di sediakan gadis tersebut.
"Terimakasih," ucap nya sedikit kaku namun berhasil mendapat sorakan bahagia, maupun iri dari siswa siswi yang lain.
Sementara itu, seperti biasa, dari bawah pohon mangga, Elora dengan setia menyaksikan kejadian menyakitkan tersebut. Dirinya membuka mata lebar-lebar, memastikan hatinya terasa sakit. Ya, Elora seolah kehilangan akal, menatap kejadian itu tanpa berkedip.
Tangan nya mengepal, meremas minuman dingin yang ia pegang sejak tadi. Menyedihkan memang, tapi Elora sudah memutuskan. Ia tidak akan menyerah semudah itu. Walau mengasihani dirinya, ia harus bisa bertahan.
"Kuatkan dirimu! Kau bukan gadis menyedihkan," ucapnya bermonolog. Sera di samping yang juga mendengar hal tersebut mencebik tak suka.
"Ular itu harus di beri pelajaran," cibir nya. Sedetik kemudian, "Eh, mau ke mana?" tanya Sera terlonjak kaget ketika melihat Elora tanpa gentar, berjalan lurus membelah lapangan.
"Bencana!" pekik Sera cemas. Mata Elora hanya tertuju pada satu objek seakan saat itu juga ia bisa menelan nya hidup-hidup.
Ya, Raja.
Dengan hati lapang, Elora menyodorkan minuman nya begitu tiba di depan Raja. Jika biasanya dia akan menunggu di depan kelas demi menciptakan waktu untuk berdua saja, kali ini Elora ingin egois. Dia tak mau merelakan Raja begitu saja. Bukan untuk Estela, dan bukan untuk siapa pun.
"Ini." Elora menyerahkan minuman dingin berwarna kuning. Bersamaan dengan hal tersebut, Raja yang tengah menegak minuman, menatap Elora dengan satu alis yang terangkat tajam.
"Kau tak lihat aku sedang apa?" ketusnya dingin, menarik perhatian beberapa siswa di sana.
Mendapati respon Raja tersebut, Elora tetap menunjukkan senyum andalan nya. Dia sudah terlslu sering di tolak oleh Raja, jadi ini bukan hal baru baginya.
"Aku lihat," balas Elora tidak mau kalah. Ia masih tetap mempertahankan egonya. "Kakak sudah terbiasa dengan minuman mahal, meminum barang murahan seperti yang di berikan pacar mu akan mengganggu kesehatan mu," sarkas Elora. Ia dengan jelas melihat perubahan reaksi pada mata Raja.
"Elora! Kau..."
Tatapan Raja jelas seakan mengatakan bahwa 'Aku tak percaya kau bisa bersikap begitu kasar,' namun Elora tidak peduli. Ia tidak rela Estela mendapatkan semua nya.
"Bukankah ini artinya, adik Raja tidak setuju dengan hubungan Raja dan Estela?"
"Tapi, apa yang Elora katakan memang benar, Estela itu hanya pembansos, apa kalian bisa menjamin apa yang gadis itu berikan tidak akan menyakiti Raja kita?"
"Tapi, ku dengan Elora dan Raja hanya saudara angkat."
"Apa mungkin Elora membenci Raja?"
Spekulasi demi spekulasi bertebaran di sekitar mereka. Beberapa gadis bahkan tidak segan menertawakan Estela yang saat itu tidak bereaksi apa-apa. Dia diam tanpa niat membela diri maupun menyangkal. Gadis tersebut malah tersenyum ke arah Raja.
"Jangan di ambil hati. Elora mungkin kelelahan," ucapnya berniat mengambil minuman yang di berikan Elora, mewakili Raja. Namun, secepat mungkin Elora menepisnya.
"Jangan ikut campur! Aku sedang tidak bicara pada mu!" ketus Elora menarik perhatian Raja.
"Kau yang jangan ikut campur, Estela adalah pacar ku, jadi berhenti bersikap berlebihan!" Pria itu menatapnya sekilas, begitu dingin dan penuh intimidasi.
Semua anak di sekitar kembali berbisik. Ini tontonan yang amat seru. Ada yang membela Elora, namun tak sedikit mendukung Estela.
"Jangan bicara seperti itu, Raja. Bagaimana pun juga Elora adalah adik mu. Aku tidak ingin karena diri ku kalian bertengkar."
"Hah?" Elora tertawa sumbang. "Kau tidak sepenting itu," sarkas nya kembali menatap Raja, tidak menyerah dengan tujuan nya.
"Ambilah, aku tidak ingin Kakak kenapa-napa."
Brak!
Bunyi dentuman benda jatuh mengejutkan semua orang. Minuman yang awalnya berada di tangan Elora, telah berpindah ke atas tanah. Tanpa perasaan, Raja menepis pemberian Elora membuat semua orang spontan terdiam, menatap ke arah mereka, penasaran.
"Mungkin mata mu sedang bermasalah, Elora. Tapi minuman dari kekasih ku sudah lebih dari cukup!" ketusnya.
Di samping itu, Estela dengan cekatan, menunduk memungut minuman yang Raja hempaskan tadi, dia tersenyum hangat mengusap lengan sang pacar.
"Jangan seperti ini, Raja. Bagaimanapun juga Elora tetap adik mu!"
Seakan belum cukup dengan tingkah Raja, Estela yang kembali menimpali sukses memanaskan darah di seluruh pembuluh nadi Elora. Ia memejamkan matanya, berusaha meredam emosi yang sudah berada di ubun-ubun. Sikap baik Estela justru menciptakan kebecian yang lebih besar lagi, akibatnya dengan sekali dorongan, Estela terhuyung ke belakang. Dia terjatuh dan Elora lah pelaku nya.
"Aku tidak butuh bantuan mu!" pekik Elora, meledak.
Dada nya naik turun menahan Emosi. Matanya bergerak kesana kemari menunjukkan kecemasan.
Bukan hanya Estela, atau pun Raja yang di buat terkejut, semua orang di lokasi tersebut pun ikut menatap Elora dengan tatapan penuh cemooh. Ini merupakan bulian di depan umum.
"Apa yang kau lakukan, Elora!" geram Raja. Ia membungkuk membantu Estela untuk berdiri.
"Aku tak apa," ujar Estela.
Entah kerasukan apa, Elora lantas terkejut. Matanya bergerak kesana kemari seolah tak fokus. Dengan cepat ia kembali menyadari apa yang tengah terjadi.
"Apa yang ku lakukan?" Dia menatap kedua tangan nya. Apa yang ia lakukan sudah kelewatan. Tapi Elora sendiri tidak mengerti kenapa ia melakukan hal tersebut. "Aku tidak_"
"Ada kalanya, seseorang tidak perlu di perlakukan secara baik," sarkas Raja memotong kalimat Elora. Tatapan nya teramat dingin. Sorot matanya sarat akan kemarahan.
Tanpa peduli pada perasaan Elora yang juga kebingungan, pria itu bersama Estela tentunya dan semua anak bergegas kembali ke kelas.
Semua orang berbicara. Mereka bahkan mengatakan bahwa Elora hanyalah iblis berwajah cantik. Penipu yang handal dan berbagai hinaan lain nya.
"Kenapa aku bersikap seperti itu? Kenapa? Argh!"
Elora menahan kepalanya yang tiba-tiba teramat sakit. Berharap bisa meredakan rasa tersebut, Elora memijat-mijat pangkal hidung nya, namun bukan nya berhasil, ia malah semakin merasa sakit. Bahkan bukan hanya kepala, Elora justru memukul keras dadanya yang juga terasa sesak.
"Ku mohon, berhentilah. Ku mohon," batin nya, air mata tidak lagi bisa Elora tahan. Ia menangis, merasakan sakit di hati dan juga kepalanya. Bukan tujuannya untuk menyakiti Estela. Dia hanya ingin menyakiti gadis itu sedikit tanpa niat mendorong nya.
"Apa yang ku lakukan?"
Sementara itu, Sera yang berada di seberang lapangan segera berlari menyusul Elora. Tanpa menunggu lama, ia lansung menghentikan aksi gadis tersebut.
"Apa yang kau lakukan?" sergah Sera, mencengkram tangan Elora agar gadis itu mau berhenti. "Berhenti menyakiti dirimu. Apa pun yang kau lakukan tidak akan ada bedanya! Mereka tidak akan peduli padamu,"
"Tapi, kenapa? Aku juga bukan orang jahat Sera! Aku hanya jatuh cinta!" sungut Elora merengek, menumpahkan rasa sesak di dadanya.
"Aku tahu perasaan mu, jadi mari berhenti dan pulang saja! Semua orang akan semakin membicarakan mu!"
Tanpa menunggu respon Elora, Sera yang saat itu pun ikut meneteskan air mata, menarik Elora yang masih tak mau bergerak untuk beranjak dari sana. Sorot matanya menunjukan rasa iba yang besar.
Bagaimana tidak, beberapa hari lalu secara tiba-tiba, Elora menghubunginya. Gadis itu menangis dan menceritakan apa yang menimpanya.
Di mulai dari Raja yang ia suka, hingga keputusan keluarga nya untuk merawat Estela semua di ceritakan nya.
Kisah menyedihkan Elora tersebut benar-benar berhasil merubah cara pandang Sera terhadap Raja. Menurutnya pria itu hanya seorang manusia tidak berhati.
Belum cukup menyakiti Elora dengan bersikap dingin, ia malah menatap gadis lain dengan penuh kehangatan dan melakukan nya di depan Elora.
"Dasar jahat! Haruskah kita beri pelajaran si Estela itu?" geram Sera dalam perjalanan kembali ke kelas mereka. Botol minuman yang Elora pegang langsung di tariknya begitu mereka melewati tong sampah.
Brak!
"Buang saja!"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments