...***...
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian berpelukan?
Suara lantang Elora mengejutkan dua orang di depan nya. Pemandangan tersebut amat berbeda dengan apa yang sering ia saksikan.
Selama ini, Elora memang kerap melihat Raja di rangkul oleh beberapa gadis secara tiba-tiba. Namun, selama itu, sekali pun Raja tak pernah membalas atau merespon.
Lalu kenapa ada apa dengan pemandangan ini? Kenapa Raja memeluk gadis itu? Kenapa dia bahkan mengusap kepalanya?
Kenapa?
Elora melangkah berat. Ia menatap dua orang yang menatapnya dengan raut terkejut.
Apa mereka sedang bertingkah seperti pasangan yang ketahuan berkencan?
Hueekkk!
Mengenyahkan semua pikiran aneh, Elora menaikkan satu alis. Dia melangkah keluar, mendekati dua orang tersebut.
Gadis di samping Raja itu...
Elora mengernyit. "Kau...!" tunjuk nya tertahan. Gadis ini bukanlah orang asing. Elora ingat betul siapa dia.
Gadis berambut panjang dan berwajah teduh, tak akan Elora lupakan. Gadis yang berhasil membuat Elora meledak beberapa waktu lalu.
"Kenapa dia ada di sini?"
Kali ini Elora bertanya pada Raja. Wajah nya memerah, menahan kekesalan. Tapi, bukan nya mendapat jawaban dari Raja, gadis asing tersebut justru menyela.
"Perkenalkan, aku Estela," jawab nya tanpa di minta.
Mendengar jawaban Estela tentu saja tensi Elora naik berpuluh kali lipat. Saat ini ia tak sedang ingin beramah tamah atau sekedar berkenalan.
"Aku tidak ingin, dan tak mau tahu siapa dirimu. Aku sedang biacara dengan Kak Raja," sentak Elora semakin emosi.
"Kenapa diam saja?" lanjutnya mengalihkan atensi pada raja. Jujur saja Elora mulai hilang kesabaran.
"Kenapa dia ada disini dan ... kenapa kau memeluknya?"
Untuk kesekian kali Raja tidak menjawab. Pria itu menatap Elora intens seolah menemukan sesuatu yang menarik.
"Baiklah, mungkin sebaiknya aku tak disini," lagi Estela tiba-tiba menyahut. Dirinya memutuskan untuk pergi begitu melihat ketegangan di antara dua orang yang ia ketahui sebagai kakak beradik tersebut.
"Aku akan pergi agar kalian bisa bicara. Dan Elora." Estela berjingkrak ke hadapan Elora. "Apa yang kamu lihat bukan yang se_"
"Dia Estela Freeu," potong Raja tiba-tiba. Entah apa rencana nya kali ini, namun dia membuka mulut tepat ketika Estela akan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. "Siswi baru sekolah kita."
Mendadak dungu, Elora menatap Estela dari kepala hingga kaki. Ia menggeleng beberapa kali tak menyangka jika gadis lusuh yang ia lihat tempo hari telah berubah bagai cinderella dari negri dongeng.
"Dia?" Elora menunjuk Estela. "Di sekolah kita?"
Ya, Estela Freeu. Dia gadis bodoh yang memasuki kandang singa hanya untuk di terkam hidup-hidup. Gadis bodoh yang sayang nya berhasil menarik perhatian Raja pada hari mereka di toko perhiasan. Dia gadis yang sama, berdiri di hadapan Elora dalam kostum yang sama sekali berbeda dengan seharusnya.
Tapi, bagaimana mungkin dia bisa bersekolah di tempat yang sama dengan mereka sementara dari penampilan nya kala itu dapat di pastikan membayar SPP pun Estela tak akan mampu! Apa mungkin dia memiliki identitas rahasia seperti di novel?
Elora menggeleng. Kemudian terkekeh pelan. Apa yang di lakukan nya benar-benar menarik perhatian dua insan di depannya.
"Bagaimana kau bisa sekolah di sini? Setauku sekolah ini tidak menerima siswa °pembansos," sarkas Elora.
Nadanya jelas menyindir namun Etela sama sekali tidak menunjukan reaksi tersinggung. Gadis itu justru melangkah mendekati Elora, menggenggam tangan nya Erat, lalu memeluknya hangat seraya berkata, "Terimakasih Elora, kalian adalah penyelamat ku."
Begitu ucapnya kemudian beranjak meninggalkan Elora dengan sejuta kebingungan dan tanya di benaknya. Elora sukses di buat terpaku untuk beberapa saat.
"Apa maksudnya? Kenapa dia memeluk ku dan ... kenapa kau memeluknya? Kalian merahasiakan sesuatu?" tanya Elora, tersadar dari lamunan. Ia menatap Raja meminta penjelasan tapi pria itu jelas tak berniat mengatakan apa-apa.
Dilihat dari cara Raja menatap nya, Elora sadar ia harus melakukan sesuatu untuk memperoleh apa yang dirinya inginkan.
"Kenapa kau selalu diam? Apakah berbicara dengan ku sebuah penyakit untuk mu?" gerutu Elora. Suaranya menggelegar memenuhi koridor kosong di depan mereka.
Menyadari apa yang Elora lakukan mungkin akan menarik perhatian, Raja segera menariknya. dia membawa Elora memasuki sebuah ruang kosong yang sudah tidak terpakai.
"Jangan merengek, Elora! Kau akan menarik perhatian!" ketus Raja tenang. Dia bersandar pada salah satu pilar. Wajah nya datar, namun penuh dengan peringatan.
"Kau kira aku begitu karna siapa?" sinis Elora, mendudukkan diri pada sebuah bangku.
Di dalam ruang gelap yang hanya di terangi oleh beberapa sinar dari celah gedung, mereka berdua terdiam untuk beberapa saat.
"Kenapa diam saja? Berapa lama lagi kau akan menghukumku dengan bersikap seperti ini? Apa kau bahkan kasihan pada ku, hah?"
Berkali-kali Elora bertanya, namun sayang hal tersebut tampak seperti angin lalu di depan Raja. Pria itu menukik dua alis dan menatap Elora santai. Tangannya di masukkan ke dalam saku, seolah kemarahan Elora tak ada artinya.
"Kenapa kau sangat penasaran?"
"Kau tahu alasan nya," sahut Elora kesal.
Lagi, Raja kembali diam. Dia mengamati Elora amat intens sehingga membuat gadis itu nyaris salah tingkah.
"Kenapa menatap ku? Ada sesuatu di wajah ku?" tanya Elora, mengusap usap wajah nya sendiri.
"Karena kau sangat penasaran, aku akan menjawab." Raja membenarkan posisi nya. Tanpa menatap Elora dia berkata, "Aku menyukai Estela."
Deg!!!
Elora terlonjak. Dia berdiri dan terdiam. Netra menatap Raja, kosong.
Menyukainya?
Estela?
Raja?
Menyukai Estela?
Raja menyukai Estela?
Bola mata Elora bergerak ke kanan dan ke kiri. Ia tidak bisa fokus, pikiran nya belum bisa mencerna apa yang baru saja Raja katakan.
"A-apa kata mu?" tanya Elora. Wajahnya merah padam. Ia bagaikan patung yang tengah menatap Raja dengan mulut menganga.
"Kau pasti bercanda," tolak Elora. Suaranya bergetar masih tidak percaya. "Jangan berbohong pada ku, Kak!" elak nya, frustasi.
Menanggapi reaksi Elora tersebut, dengan senang hati Raja kembali mengulangi ucapan nya.
"Aku menyukai nya, Elora. Dan aku sedang tidak bercanda!"
Kali ini dengan lebih jelas dan lantang Raja mengatakan sebuah kalimat yang berhasil membuat Elora gemetar. Gadis itu tertawa sumbang seolah apa yang baru dia dengar hanyalah bualan.
"Omong kosong! Lelucon mu buruk sekali, Kak!" cibir Elora sinis. Dirinya melangkah maju, menggenggam seragam Raja. "Pikirmu aku akan percaya, huh?" sarkas nya menatap tajam tepat pada kedua netra Raja.
Bukan sekedar menatap. Yang sebenarnya Elora lakukan ialah menelisik, menilik kebenaran. Dia yakin Raja sedang berbohong atau sekedar ingin membuat nya merasa kesal.
Akan tetapi, setelah sekian detik di tatap nya, tangan Elora tiba-tiba gemetar. Dia sama sekali tidak menemukan kebohongan di sana. Mata Raja mengatakan bahwa yang baru saja pria itu katakan adalah sebuah kebenaran.
"Tidak mungkin!" bati Elora menolak. Cengkraman pada seragam Raja terlepas. Dia mundur dengan bulir bening yang tiba-tiba mengalir bebas.
Tidak ada keraguan dan tidak ada kebohongan. Elora terlalu mengenal Raja. Asta nya benar-benar telah pergi. Yang berdiri di depan nya hanyalah raga dengan wajah yang sama.
Hati Elora terkoyak, perasaan nya campur aduk. Kali ini Raja berhasil menyakitinya. Pria itu berhasil menghancurkan harapan nya.
"Tega sekali!"
Elora terduduk. Dia terduduk di atas lantai berdebu. Membenamkan wajah pada kedua tangan nya.
"Padahal kau tahu aku menyukai mu," isaknya nyaris tak terdengar.
"Kau jahat, Raja. Kau jahat," keluh Elora mengangkat wajah nya.
Sungguh kacau. Dia menatap Raja nyalang, matanya berkabut memerah. Air mata tidak berhenti mengalir. Elora terus terisak. Berapa kali ia coba untuk tidak percaya, nyatanya dia sendiri tak bisa menyangkal atas apa yang ia lihat dan dengar.
Raja menyukai Estela, dan pria itu bersungguh-sungguh.
"Aku membenci mu!"
Oh, tidak pernah Elora pikirkan bahwa rasanya akan sesakit ini. Tidak sekali pun ia berpikir bahwa Raja benar-benar tega menyakiti nya.
"Kau jahat! Kau benar-benar jahat!"
"Aku jahat?" ulang Raja. Dia mendekat, mensejajarkan tinggi dengan Elora. Senyumnya penuh intimidasi, tatapan nya dingin tidak bersahabat.
"Menyukai seseorang bukan kejahatan. Kaupun melakukan hal yang sama meskipun tahu tindakan mu tidak benar," tambanya membuat Elora semakin menunduk dalam.
"Tapi dia tak pantas untuk mu, Raja," lirih Elora, egois, mencoba berbagai cara untuk tetap mempertahan kan Raja di sisinya.
Bahkan dalam kondisi terpukul, Elora tetap berusaha merebut apa yang harus menjadi milik nya. Dan Estela, dia bukan gadis yang layak mendapat kan Asta nya.
"Kau tidak pantas bersanding dengan gadis miskin seperti dia." Ya, rasa cemburunya membuat Elora buta. Padahal sebelum semua ini, dia bukanlah seseorang yang mudah menilai orang lain hanya dari sampulnya.
"Kalian berbeda, kau langit dan dia hanya sejentik debu. Kau tak boleh bersamanya, Raja. Aku melarang mu," kesal Elora, frustasi.
Mendengar semua ocehan saudari angkatnya, Raja menjauh. Dia berdiri dengan dua tangan disilangkan di depan dada. Pria itu tampak dingin bahkan karena apa Elora katakan.
"Setidak nya dia tidak menjelekkan orang seperti yang kau lakukan ini, Elora!" sarkas Raja penuh penekanan.
Dia menjauh, bersiap melangkah pergi.
"Aku bersyukur karena menyukai seorang berhati lembut seperti Estela.
Dan, ya, jika kau penasaran kenapa Estela bisa bersekolah di sini, tanyakan pada Ayah Bara!"
...***...
°PEMBANSOS \= Penerima Bantuan Sosial
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak..
2024-03-03
0