...***...
Mematung, terdiam dan terpaku. Raja membisu, raut wajahnya berubah bingung. Kedua alisnya bertaut penuh tanya. Bahkan selama beberapa bulan ini pun ia tidak pernah sadar apa yang Elora tunjukan, dan apa yang gadis itu lakukan adalah karena menyukainya.
Tentu saja. Raja terlalu sibuk membencinya hingga tidak melihat bahwa semua yang ia lakukan selama ini telah menyakiti gadis hingga amat buruk. Walau begitu Elora tetap menyukainya?
"Jangan konyol, Elora!" Suara Raja terdengar sangat ketus seolah apa yang ia dengar adalah lelucon terbaru abad ini.
Tidak heran jika Raja akan berkomentar seperti itu. Mereka adalah kakak adik, walaupun hanyalah saudara angkat, semua ini pasti terlalu absurd untuk di terima akal sehat. Terlebih sikap Raja terhadap Elora seharusnya membuat gadis itu mebencinya dan bukan malah jatuh hati. Tapi mau bagaimana lagi, gadis itu memang sangat keras kepala.
"Aku tahu kau akan berkata seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa memaksa hati ku membencimu semudah yang kau lakukan."
Mereka terdiam, mematung, sama-sama terjebak dengan pikiran masing-masing.
"Tapi tidak seharusnya kau menyukai ku!" Kata-kata Raja menunjukkan bahwa ia sama sekai belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi. "Kita saudara Elora. Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu dengan amat enteng?"
Elora tersenyum miring, Raja adalah pria cerdas tapi sepertinya ia mudah lupa akan semua hal yang pernah ia katakan.
"Beberapa minggu lalu kau mengatakan bahwa kita orang asing, dan sekarang kau bilang kita saudara? Sebenarnya kita ini apa?"
"Kau tidak bisa melakukan hal ini Elora! Kau tidak boleh menyukai ku. Aku melarang mu." ketus Raja. Elora menatap pria itu tajam. Raja selalu melakukan apa pun yang ia suka. Dia sama sekali tidak memikirkan perasaan orang yang terluka karena sikapnya, dirinya bahkan tega melangkah dan seperti biasa, menghindar dari segala hal.
"Aku tidak bisa membenci mu, dan aku pun tidak boleh menyukai mu? Egois sekali!!!" teriak Elora menumpahkan semua kekesalannya. Ia tidak peduli jika mbok Cum atau pak Budi mendengarnya.
"Lupakan aku Elora, itu yang harus kau lakukan."
Dengan dinginnya, Raja berbicara tanpa sekali pun memandang Ke arah nya. Pria itu sibuk membuka pintu yang ternyata terkunci.
"Kau tidak berhak mengatur ku. Ini perasaan ku, dan aku yang akan memutuskan!"
"Tapi kau tidak boleh menyukai ku!" bentak Raja. Kali ini ia berhasil membuat Elora diam. Gadis itu shock karena Raja kini telah berdiri di depannya, mencengkram kedua bahunya kuat.
"Kau menyakitiku, Raja," rintih Elora menahan sakit di kedua pundaknya.
Sadar dari kekalutan, Raja lantas melepas cengkraman tangannya. Ia mengusap wajah frustasi. Mengacak rambutnya sembarang arah, memijat pangkal hidung, lelah. Mereka kembali terjebak dalam diam. Sesaat kemudian barulah Raja bisa tenang dan kembali mengontrol emosinya. Raja yang dingin, dan kaku kembali hadir seolah pria itu memiliki banyak kepribadian. Ya, dia memang seperti seseorang yang memiliki kepribadian ganda.
"Pokoknya kau tidak boleh menyukai ku. Aku melarang mu!" ucap nya dingin. Elora tersenyum getir. Ia tahu pada akhirnya Raja hanyalah pria egois yang sama sekali tidak akan peduli pada perasaanya.
Tertunduk sejenak, Elora kembali mengangkat wajahnya, menatap tepat manik hitam di depannya.
"Kamu tidak berhak melarangku!" Elora menghapus air mata yang masih tidak mau berhenti. Suaranya beberapa kali tercekat tapi ia tak peduli.
"Kau bisa membenci ku sesuka mu. Kau boleh tak mengacuhkan ku kapan pun kau mau, kau bahkan tidak perlu bicara pada ku jika tak ingin. Tapi, kau tidak berhak mengatur perasaan ku." Elora menarik napasnya pelan, lalu menghembuskannya kasar.
Dan seperti biasa, Raja kembali pada dirinya yang selalu menghindari pembicaraan, mengelak dan sejenisnya.
Tidak punya tenaga maupun keahlian untuk mengejar Raja, Elora hanya bisa mengungkapkan lagi kata-kata yang masih terus menumpuk di kepalanya. Ia berteriak sekuat tenaga, menatap punggung yang mulai menjauh.
"Aku akan menyukai mu sesuka ku, aku akan membenci mu kapan pun aku mau, dan aku akan melupakan mu jika merasa lelah. Tapi percayalah Maharaja Samasta, aku bukan gadis yang mudah menyerah!"
Teriakannya menghentikan sejenak langkah Raja, tapi pria iyu kembali beranjak. Dia pergi. Bukan masuk ke dalam rumah melainkan menuju garasi kanan tempat motor-motor koleksi nya dan sang ayah.
Dua hal yang Elora tahu setelah cukup lama mengenal Raja, pria itu akan menggunakan motor hanya jika ia merasa sangat bahagia atau terlampau marah. Dan dari apa yang baru terjadi, sudah pasti dia marah. Raja bahkan melaju dengam amat kencang seolah detik itu juga dirinya sedang melakukan teleportasi.
"Lagi-lagi dia pergi."
°
°
°
Setelah kepergian Raja yang Entah kemana, Elora membisu. Kepalanya sakit dan amat penuh. Dadanya sesak nyaris tak ada ruang untuk bernapas. Elora terduduk di depan rumah dalam keadaan kacau balau. Rambut nya di biarkan terurai berantakan, matanya merah sembab, darah segar mengalir keluar tanpa henti dari kedua hidung sementara wajahnya pucat pasi.
Mbok Cum dan pak Budi tidak ada di rumah. Bunda dan ayah? Tentu saja ia tidak akan menghubungi mereka dan membiarkan mereka tahu tentang apa yang sedang terjadi antara dirinya dan Raja. Kini, satu-satu nya orang yang bisa ia mintai tolong adalah pria yang baru saja melajukan motor nya membelah jalan malam meninggalkan dirinya dalam kondisi yang amat berantakan. Selama ini yang
Dilarang seperti apa pun, kali ini Elora akan membiarkan Raja tahu. Setidaknya di sisa akhir hidupnya ia bisa melihat sedikit penyesalan di mata pria itu. Sekali saja Elora ingin tahu apakah Raja menyesal memperlakukannya dengan begitu buruk. Elora rasa sudah waktunya ia menghadap ilahi. Rasa sakit yang ia coba tahan bahkan udara dingin yang semakin menusuk, menyusup di balik tulang belulang nya membuat Elora bahkan tak sanggup meraih kunci rumah yang Raja campakan ke tanah sebelum pria itu pergi.
Sambil merengkuh, memeluk tubuhnya sendiri, Elora ambruk menindih dasar marmer rumah mereka. Ia menatap layar ponsel, panggilan yang tak kunjung mendapat respon membuatnya menyerah.
"Tentu saja dia tidak akan menjawabnya, kau terlalu menyedihkan dan tidak tahu diri, Elora," sinisnya pada diri sendiri.
Perlahan tapi pasti, Elora mulai memejamkan kedua mata. Tubuhnya terasa sakit dan lemah, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menyimpan semua penderitaan nya sendiri.
"To-tolong ak-u Asta ... "
°
°
°
Sementara itu, di tengah padatnya jalan malam seorang pria menangis. Dia tak tahu kenapa ia menangis tapi entahlah hatinya begitu saja terasa sakit, membuat air mata tidak bisa dibendung.
Dia, Raja, menghentikan laju motornya tepat di atas sebuah jembatan besar. Jembatan penghubung antar kota yang begitu ramai malam ini, seramai pikirannya. Ia geram dan marah. Dia tidak bisa membiarkan perasaan menghalangi langkahnya. Sudah sejauh ini dan ia tidak akan berhenti hanya karena hal konyol dan beberapa kata bodoh yang keluar dari mulut gadis itu.
"Argh! Elora..."
Beberapa kali Raja memukul pembatas jembatan, menyalurkan kemarahan yang tertahan di dalam dadanya.
Setiap kali langkah nya berjalan mulus, Elora selalu menghalangi. Nama yang baru saja Raja sebut adalah satu-satunya penghalang dalam semua tujuan nya.
Dua tahun.
Dua tahun Raja habiskan untuk membenci gadis itu, melupakan semua kenangan manis tentang masa lalu mereka tapi berani sekali Elora menyatakan perasaan pada nya? Harusnya dia menderita, seharusnya ia tersiksa karena apa yang Raja lakukan selama ini. Tapi, bukannya menderita, gadis itu malah menyukainya?
"Kenapa kau tidak menderita dengan mudah Elora. Kenapa kau harus membuat ku menjadi pria yang lebih jahat lagi?"
Raja menatap buku tangannya yang terluka. Rahangnya mengeras, berusaha menahan diri.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku akan membuat mu semakin menderita hingga kau akan lebih memilih mati dari pada mencintai ku."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments