Koko Duda

Koko Duda

Melihatmu Lagi

Cerita ini adalah lanjutan dari ceritaku dengan judul "Brondong In Love".

Setelah lebih dari dua belas tahun lamanya, akhirnya Dia menjejakkan kakinya, di tanah kelahirannya, demi menghadiri pernikahan ulang kakak tirinya.

Selama ini, dia sengaja pergi dari negara ini, untuk mengobati patah hatinya, bagaimana tidak, hubungannya dengan cinta pertamanya ditentang habis-habisan oleh maminya, karena pacarnya pernah menusuk perut kakak tirinya, memang cukup fatal, tapi pacarnya punya alasan melalukan hal itu, apalagi kalau bukan karena cemburu, dia salah paham, melihat kedekatannya dengan kakak tirinya.

Salah satu supir Daddy tirinya menjemputnya di bandara, "Pak Pri, bisa antar Bella ke Pangadegan dulu," pintanya.

"Baik non," sahut Pak Pri dibalik kemudi.

Bella Shofia menatap pemandangan yang dilaluinya, ibu kota banyak berubah, jalan yang lebih tertata, juga beberapa gedung baru. Dia rindu kota ini.

Sejam lebih, mobil yang ditumpanginya, sampai ditempat tujuannya, sebuah rumah berpagar hitam, yang menghadap ke arah rel kereta Jakarta-Bogor.

Rumah yang dulu, pernah dikunjunginya saat SMA, ada banyak perubahan, baik cat ataupun model atapnya.

Bella terdiam cukup lama, mengamati rumah pacar pertamanya. Dia ingat sebelum kejadian penusukan itu, dia diterima dengan baik oleh keluarga Billy, ibunya bahkan membuatkannya kue nastar favoritnya.

Saat itu, rasanya bahagia sekali, dia dan Billy saling mencintai, sayangnya karena kelalaiannya, tak menjelaskan tentang kedekatannya dengan Olsen, membuat Billy cemburu dan menusuk sahabatnya sendiri.

Kamila marah besar saat mengetahui putra tiri kesayangannya, menjadi korban penusukan yang dilakukan oleh pacar putri kandungnya, bahkan Kamila sendiri yang melaporkan Billy pada polisi, sehingga lelaki itu masuk di penjara.

Walau berakhir dengan kesepakatan damai, atas permintaan Olsen, tapi Ibu dari Billy dan Kamila sudah terlanjur terlibat dalam pertengkaran hebat.

Sejak itulah hubungan Bella dan Billy ditentang habis-habisan, dan akhirnya mereka menjalin hubungan secara diam-diam.

Hingga Billy lulus dari bangku SMA, orang tuanya mengirimnya ke luar pulau, tentu dengan tujuan menjauhkan dua sejoli itu.

Bella menghela napas, "Kita kembali pak," pintanya pada supir.

Tapi baru hendak melaju, pagar rumah itu terbuka dari dalam, terlihat Billy sedang merangkul wanita hamil dan seorang balita laki-laki, keluar dari sana.

Bella bisa melihat senyum kebahagiaan dari wajah keluarga kecil itu, tanpa dia sadari, air matanya luruh.

Dia memang pernah mendengar informasi, jika Billy menikah empat tahun lalu, dengan wanita yang dijodohkan orang tuanya.

Entah mengapa hati Bella, rasanya tidak rela, apa semudah itu Billy melupakannya? Padahal dia hingga empat belas tahun ini, tak bisa melupakan laki-laki itu, usai mereka putus secara paksa.

Mobil yang ditumpanginya semakin menjauh, tapi mata Bella tak bisa lepas dari lelaki yang hingga saat ini masih terpatri dalam hatinya.

Rasanya sakit sekali, dadanya sesak, dia patah hati kembali, karena lelaki yang sama.

Dulu Bella sempat mengharapkan keajaiban, bahwa suatu saat orang tua masing-masing akan melembut hatinya, agar dia dan Billy bisa bersama, tapi kini dia harus menelan pil pahit, dia tak akan mungkin bersama cinta pertamanya.

Mulai sekarang dia harus merelakan cinta pertamanya, dia harus menguburkan perasaan itu dalam-dalam, jangan sampai dia merusak kebahagiaan orang lain.

***

Bella disambut dengan hangat, keluarga yang belasan tahun dia tinggalkan, rumah yang sempat dia tempati selama tiga tahun, pasca maminya menikah lagi, usai menjanda belasan tahun lamanya, karena papinya meninggal saat Bella masih dalam kandungan.

Dia memang sempat mendengar keluhan maminya, tentang Daddy tirinya yang dengan tega berbuat kejam pada Olsen dan keluarga kecilnya, hingga maminya pergi dari rumah dan mengajukan gugatan cerai, tapi pada akhirnya, mereka kembali bersama.

"Mami udah minta pelayan, siapin kamar kamu, setelah kamu bersih-bersih dan istirahat, kita makan sama-sama, tadi ibu Emi sudah kirim rendang, untuk kita makan malam," kata Kamila padanya,

Bella bisa melihat kesibukan para pekerja EO menghias halaman samping rumah, untuk dijadikan tempat akad sekaligus pesta sederhana antara mbak Hasya dan Olsen.

"Oliver mana mi?" tanyanya pada Kamila, dia menanyakan adiknya, hasil pernikahan maminya dengan Rudolf.

"Itu dia, adik kamu itu udah terlanjur akrab sama anak-anaknya Olsen, jadi dia nggak mau balik ke rumah ini,"

"Memangnya mereka nggak disini?" tanya Bella heran, bukankah harusnya mereka berada di rumah, mengingat acara akan dilakukan esok hari.

"Mereka di rumah Emil, kamu ingat teman Abang Olsen, yang cindo itu loh,"

Bella mengingat kembali sahabat-sahabat kakak tirinya, yang dikenalnya, Julian anak ibu Emi, pengusaha katering, Andre si anak IPS yang satu kelas dengan Billy dan terakhir Emiliano, lelaki cindo bermata sipit yang terkenal player saat dirinya SMA.

Seingatnya, banyak teman-teman sekelas bella yang mengagumi sosok yang lebih mirip oppa korea.

"Kok bisa dirumahnya Bang Emil, mi?" tanya Bella bingung.

Kamila mulai menceritakan, jika selama ini, Hasya memalsukan kematiannya, pasca Olsen koma dan dibawa ke Amerika oleh pamannya, selama itu pula, Hasya dan Emil hidup bersama mengurus ketiga anak sekaligus.

"Oh, tapi kok bisa mbak Hasya nikahnya sama Abang Olsen lagi, bukannya sama bang Emil yang sudah hidup lama bersama mbak Hasya?" tanyanya heran, bagaimana bisa dua orang berbeda jenis kelamin, yang hidup belasan tahun bersama, tak ada perasaan khusus.

Keduanya duduk sejenak di sofa ruang keluarga, dari sana mereka bisa melihat halaman samping rumah, "Mami pernah tanya, katanya sejak kematian Novi istrinya, Emil seperti mati rasa, bukan tanpa usaha, Emil bahkan pernah mencoba menyewa jal*Ng, tapi dia justru jijik dan tak berhasrat,"

"Impoten gitu maksudnya?" tanya Bella tak percaya.

Kamila menaikan bahunya, "Mami aja heran, kok bisa playboy bisa tobat, aneh banget, kayak nggak masuk logika,"

"Sudahlah, mungkin saja saking cintanya pada mendiang istrinya, sehingga bang Emil kayak gitu, kita doain yang terbaik,"

Kamila setuju dengan ucapan putrinya, "Emil ayah yang baik buat anak-anak Hasya sama Olsen loh, sehingga mereka tumbuh dengan baik, mami kagum sama dia,"

Setelah berbincang tentang hubungan Kamila dan Rudolf, Bella yang baru saja menempuh perjalanan jauh, meminta ijin untuk beristirahat di kamar.

Tak banyak berubah dari kamar yang ditempatinya dulu, hanya beberapa furniture yang diganti, Bella segera memasuki kamar mandi, dia akan membersihkan diri terlebih dahulu, agar nyaman saat tidur nanti.

Mengenai koper, nanti saja dia membereskannya, kini dia butuh istirahat, dia mengalami jet lag.

Dia merebahkan tubuhnya diatas ranjang, tatapan matanya tertuju pada langit-langit kamarnya, dia menghela nafas, dia harus bisa mengikhlaskan cinta pertamanya, meski tau ini sulit.

Meskipun debaran itu masih ada, bahkan memikirkannya saja, membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Bella lebih memilih memejamkan matanya, berharap usai bangun nanti, dia bisa melupakan segalanya.

Terpopuler

Comments

gibshena

gibshena

semoga bella berjodoh sama emil ya thor...
kasian pak duda 😁😁

2024-02-24

1

Umie Irbie

Umie Irbie

owhhh,.ceritanya emil 🤣🤣🤣🤣
kirain sii nando lea thooooor 🤣🤣🤣🤪

2024-02-21

1

Siti Fatimah

Siti Fatimah

ini teh cerita Bella adik tirinya Olsen ,, oke

2024-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!