Kamar Hotel

Emil tak mungkin membawa Bella yang dalam kondisi mabuk berat, ke rumahnya, itu akan berefek buruk pada anak-anak, mana kala mereka melihat kelakuan Tante-nya.

Dia membawanya ke salah satu hotel yang letaknya tak jauh dari rumahnya di Jakarta Utara.

Beruntung tubuh Bella tak terlalu berat, sehingga memudahkannya untuk menggendongnya, menuju kamar hotel, yang disewanya.

Yang membuatnya semakin kesal adalah, saat mereka sudah sampai di koridor menuju kamar yang disewanya, Bella muntah, alhasil kaos yang dikenalkan Emil terkena cipratan, dia mendengus kesal, benar-benar gadis yang menyusahkan.

Emil melepaskan kaosnya, usai membaringkan Bella diatas ranjang hotel, dia melihat beberapa bercak muntahan, mau tak mau dia membantu melepaskan mini dress yang dipakai gadis itu.

Anggap saja Bella adalah salah satu pasiennya, saat menjalani profesinya sebagai dokter kandungan, dia menyisakan dalaman, lalu menutupi tubuh itu dengan selimut, agar gadis itu tak kedinginan.

Emil meminta layanan kamar, untuk mencucikan kaos dan mini dress, tak lupa memberi tips untuk cleaner yang membersihkan muntahan.

Sembari menunggu kaosnya selesai dicuci, Emil duduk di kursi, sembari memainkan ponselnya.

Baru beberapa artikel dibacanya, tapi kantuk mulai menyerangnya, lelah dengan banyaknya pasien yang ditangani, serta masalah di perusahaan peninggalan papinya, membuatnya lebih cepat menuju alam mimpi.

***

Emil terbangun, ketika mendapati jeritan dari arah ranjang, dia terkejut bukan main, dia sampai kelepasan mengumpat keras, "Bangsat, Berisik banget sih Lo Bel,"

Bella terisak, "Koko apain aku? Kenapa aku nggak pake baju? Dan koko juga nggak pake, apa koko memperkosa* aku?" Dia berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut berwarna putih.

Emil memijat kepalanya, pusing mulai melanda, ini karena dia terkejut, "Gue nggak serendah itu, nidurin cewek mabuk," ujarnya, "Pikir pake otak kecil Lo, di mana posisi gue pas Lo bangun? Emang Lo ngerasain perih di bagian inti Lo?"

Bella diam berfikir, dia tidak merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya, tapi dia merasakan kepalanya pusing luar biasa, mungkin akibat mabuk.

"Terus siapa yang bukain baju aku?"

"Gue," akuinya, "Lo muntah, dress sama kaos gue juga kena, lagi di laundry sekarang, dan jangan berfikiran yang enggak-enggak, karena gue anggap Lo, kayak pasien yang gue tangani," sahut Emil dengan wajah datarnya.

Wajah Bella memerah malu, "Makasih koh, sebenarnya aku lagi, patah hati," gumamnya.

"Stop nggak usah lanjut, gue bosen dengerinnya, sekarang gue tanya, kenapa Lo bisa di Jakarta, setau gue Lo bukannya masih di Milan? Kenapa tau-tau udah disini? Pake acara mabuk segala, dan kenapa mesti nomor gue di panggilan cepat lo, gue itu bukan apa-apanya elo, bisa kan Lo nggak nyusahin gue? Ade sama Abang sama aja," Emil mengeluarkan unek-uneknya, dia muak dengan keluarga Blade.

"Aku udah mengundurkan diri dari kerjaan, aku pulang ke Indo, nggak pamit dan nggak bilang ke mami, pasti mami menentang, dan kebetulan, karena kak Billy hubungi aku, tanpa pikir panjang aku pulang, berharap dia kembali sama aku, tapi usahaku sia-sia, aku dimaki-maki sama istri dan ibu dari kak Billy, aku sedih koh,"

Ingin rasanya Emil melontarkan segala makian untuk gadis itu, tapi dia pikir pasti percuma.

Dia menghembuskan nafasnya kasar, di menatap tajam gadis berambut panjang yang masih menutupi tubuhnya dengan selimut, "Mending Lo balik ke Milan, gue beliin tiket pesawat, dan ini terakhir gue berurusan sama Lo, nggak ada lain kali,"

Bella menggeleng, "Aku mohon koh, aku nggak mau kembali ke sana, aku mau disini aja," pintanya menangkupkan kedua tangannya.

"Oke, terserah elo, tapi gue telepon mami Lo, buat jemput ke sini," Emil mulai mengutak-atik ponselnya.

Begitu panggilan itu tersambung, Emil sengaja mengaktifkan load speaker agar gadis itu bisa mendengar.

"Halo Emil, ada apa? Tumben telpon mami," Terdengar suara Kamila dari seberang sana.

Mendengar suara Maminya, Bella melebarkan matanya, dia menggeleng dan menatap Emil dengan tatapan memohon.

"Mami apa kabar?" tanya Emil basa-basi.

"Baik, duh kamu doang emang yang perhatian, anak-anak mami yang lain boro-boro,"

"Aku mau tanya soal Bella," Emil melihat reaksi gadis yang tengah duduk diatas ranjang,

Mendengar namanya disebut, tanpa pikir panjang, Bella menyingkap selimut, di melompat turun dari ranjang, dan memegangi lengan lelaki yang hanya mengenakan celana pendek saja, tanpa atasan, dia memohon tanpa suara.

"Bella lagi di Milan, tapi sudah hampir tiga hari nggak balas chat mami, mungkin lagi sibuk-sibuknya siapin acara fashion week di sana,"

Emil melirik gadis yang tengah memegang lengannya, rasanya dia ingin mengumpat mendapati Bella hanya mengenakan dalaman, apa gadis itu tidak sadar?

"Oh gitu ya, mi," sahutnya, "Libur sekolah, anak-anak katanya mau ikut mami, liburan di Bali, bisa mi? Tanpa aku, soalnya aku nggak bisa cuti,"

"Tentu saja boleh, mami seneng malah," Emil bisa mendengar suara kegembiraan dari seberang sana, "Nanti mami bilang ke Daddy supaya luangkan waktu buat liburan sama cucu-cucu,"

"Makasih banyak ya mi, maaf aku merepotkan,"

"Ya nggak dong, mereka kan cucu mami, justru mami yang berterima kasih, karena kamu mau mengurus mereka sendiri tanpa bantuan kami,"

"Sekali lagi makasih ya mi, nanti aku bilang ke anak-anak,"

Telepon diakhiri, Emil menaruh ponselnya di kursi, sebelumnya dia juga sempat melihat jam, waktu sudah menunjukan pukul setengah lima pagi.

"Gue nggak bilang ke nyokap Lo, tapi gue minta sekarang, Lo balik ke Milan, gue nggak mau bermasalah sama Daddy Lo!" Emil melepaskan cengkraman tangan gadis yang sedari tadi memegang lengannya

Bella menggeleng, "Aku kerja disini aja, kerja apa aja aku mau, asal aku bisa bebas dari mami."

"Cepat atau lambat, mami Lo pasti tau Lo di Jakarta, jadi kalau emang Lo nggak mau balik ke Milan, seenggaknya Lo balik ke rumah orang tua Lo, jangan malah nyangsang disini, nyusahin gue,"

"Tapi di sini, satu-satunya yang aku kenal dekat cuman Koko, jadi tolong aku,"

Belum menjawab, sebuah ketukan pintu, membuat Emil melangkah, mungkin itu petugas laundry.

Emil memberikan mini dress milik Bella yang telah bersih, dan memakai kaosnya sendiri, "Gue nggak mungkin bawa Lo ke rumah, ada anak-anak, yang pasti bakal ngadu ke mami Lo, dan gue nggak punya tempat selain rumah yang gue tempati, jadi Lo mau tinggal di mana?"

Bella menggeleng, "Aku nggak mungkin pakai kartu kredit dari mami, pasti bakal ketauan, jadi aku mau kerja aja disini,"

Tunggu sepertinya ada yang kurang, "Koper Lo mana? Bukannya Lo baru pulang dari Milan tadi pagi?"

"Aku meninggalkannya di cafe, setelah aku dimaki-maki sama istrinya kak Billy,"

Kenapa menyusahkan sekali gadis ini? Rasanya Emil kesal setengah mati, "Sementara Lo tinggal disini dulu, gue pulang, mau urus anak-anak, setelah itu, Lo gue jemput lagi, buat ambil koper Lo di cafe, tapi agak siangan, gue mesti ke rumah sakit dulu, dan gue minta Lo jangan keluar dari kamar ini, kalau emang laper, Lo bisa pesan,"

Bella mengangguk antusias, lantas memeluk tubuh tegap lelaki berkulit cerah itu, "Makasih banyak koh,"

Emil mematung begitu merasakan pelukan dari gadis itu.

Terpopuler

Comments

Umie Irbie

Umie Irbie

thoooooor jangan Lo Lo Lo gitu bahasanya ,. 😩😫 serasa kasar amat

2024-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!