Tentang Bella

Emil terpaksa membawa Bella, ke tempat janjiannya dengan Andre, sebuah club' malam langganannya saat masih menginjak bangku SMA.

Sepanjang perjalanan, Bella terus bercerita tentang kegalauannya, karena hingga saat ini tak jua melupakan pacar pertamanya.

Tentu Emil tau siapa yang dimaksud, salah satu temannya, sebenarnya tak terlalu dekat, hanya teman yang dulu pernah sekelas di awal masuk sekolah menengah atas.

"Berisik lu Bel, kayak nggak ada cowok lain aja, lagian Billy juga udah nikah dan punya anak, bisa-bisanya lo masih ngarep, Lo mau jadi pelakor?" Akhirnya setelah pusing dengan ocehan gadis di sampingnya, Emil angkat bicara.

"Tapi koh, aku masih cinta sama dia," Bella terisak.

"Cinta monyet itu mah, memangnya di Milan lo nggak ketemu bule ganteng apa?" Emil sendiri heran, bagaimana bisa Bella masih mengharapkan mantan pacarnya.

Bella menghapus air matanya, "Koh, kalau di agamanya dia, kan boleh punya istri lebih dari satu, nggak apa-apa deh aku jadi istri kedua, yang penting aku bisa sama kak Billy,"

Emil menggeleng, tak habis pikir dengan anak dari Kamila itu, bisa-bisanya punya pemikiran seperti itu, "Bel, dengerin gue," dia melirik gadis berambut panjang disebelahnya, "Laki di dunia ini banyak, Lo mau model kayak apa, itu ada, apa perlu gue bantu cari?"

Bella menggeleng, "Aku maunya kak Billy, kokoh!" Tolaknya.

"Terserah Lo, bodo amat!" Emil akhirnya pasrah, menghadapi gadis keras kepala itu.

***

Dentuman musik yang dimainkan salah satu DJ ternama menyambut mereka, pengunjung club' cukup ramai, mengingat ini akhir pekan.

Rasanya sudah lama sekali Emil tidak menginjakkan kakinya di tempatnya dulu bermain, tempat pertama kalinya dia bertemu dengan mendiang istrinya.

Dia memang sempat menyewa j*Lang untuk membangkitkan hasratnya, tapi bukan di club' lain.

Emil melambaikan tangannya pada Andre yang berada di depan bartender, dia menggandeng tangan Bella melangkah menuju sahabatnya, jangan sampai gadis itu lepas dari pengawasannya, bisa gawat.

Andre terlihat terkejut mendapati siapa yang datang bersama Emil, "Lo ngapain bawa dia, gila Lo ya, gue udah booking room di atas,"

"Dia minta ikut, ya udah gue ajak aja, dari pada dia pergi sendiri, entar Tante Kamila ngamuk," Emil menjelaskan.

"Masalahnya, gue udah bayar full, Lo ingat peraturannya, kalau udah bayar nggak bakal bisa balik itu duit, sayang lah,"

"Ya udah si, ajak aja, biar tau indahnya dunia, lagian kasihan dia lagi galau, gara-gara liat Billy sama bini dan anaknya,"

"Serah Lo deh, pokoknya dia jangan ember aja mulutnya, awas aja!" Andre memesan beberapa minuman, untuk diantar pada room yang disewanya.

Andre mengajak asistennya yang bernama Harry dan Zacky, mereka naik dua lantai dari lantai utama club'.

Sudah hal biasa bagi keempat lelaki itu, mendapati sepasang sejoli yang sedang bercumbu di tempat seperti ini, tapi lain halnya dengan Bella, gadis itu mengeratkan genggaman tangannya pada lelaki cindo yang mengajaknya.

"Koh, pulang aja yuk, aku nggak nyaman disini, aku takut," bisik Bella.

"Kalau balik sekarang, entar Andre ngambek, gue yang repot, kalau Lo takut, Lo merem aja," Emil berbisik balik.

Usai keluar dari lift, dilantai itu, ada beberapa pintu yang masing-masing terdapat nomor, Andre melangkah terlebih dahulu, diikuti oleh yang lainnya, Emil dan Bella berjalan di paling belakang.

Andre membuka pintu sesuai nomor yang telah dibooking nya, sebuah ruangan dengan dinding berwarna merah, yang terdapat sofa melingkar berwarna senada, juga dua meja dengan tiang pada masing-masingnya.

Andre duduk bersama Harry dan Zacky, sedangkan Emil dan Bella duduk tak jauh dari mereka.

Tak lama pintu terbuka, beberapa pelayan club' menyajikan beberapa minuman juga camilan pendamping, diikuti dua wanita dengan jubah berwarna merah menyala.

Musik diputar, dua wanita membuka jubahnya, memperlihatkan pakaian seksi yang memperlihatkan lekuk tubuh, keduanya mulai menaiki table yang terdapat tiang.

Mereka mulai menunjukan kemampuannya melakukan pole dance, Bella menganga melihat sesuatu yang baru baginya.

Emil melirik sekilas, reaksi dari gadis yang sedari tadi menempel padanya, bagaimana tidak, sedari duduk, lengannya terus di genggam gadis itu, tapi tunggu dress yang dikenakan Bella terlalu pendek, Emil melotot, baru menyadari, jika paha Bella terekspos.

Dari keempat lelaki di sana, hanya Zacky yang mengenakan jas, "Zack, gue pinjem jas Lo," pinta Emil.

"Buat apaan koh?" Tanya Zacky bingung, tapi tetap melepas jasnya yang berwarna hitam, lalu memberikannya.

"Bentar doang, kok," sahut Emil, dia menerima jas itu, lalu menutupi paha Bella yang terekspos.

"Biarin aja sih mil, itung-itung amal, buat mata kita para lelaki," cetus Andre usai minum cairan berwarna cokelat keemasan yang dituang oleh Harry.

"Si *njing, mata Lo lihat tuh dua cewek aja," Emil mendengus kesal.

"Koh, Aku boleh naik kayak mereka nggak? Udah lama aku nggak nari, waktu kecil aku pernah juara balet loh," bisik Bella.

Emil menggeleng, tak habis pikir dengan adik tiri Olsen, bagaimana bisa menyamakan striptis dengan balet? "Nggak usah aneh-aneh Bella, mending Lo diem," peringatinya, dia membukakan kaleng soda dan menyodorkannya pada gadis itu, "Minum nih,"

Bella mengerucutkan bibirnya, tapi tetap menerima minuman yang disodorkan padanya.

setengah jam berlalu, tiga wanita seksi kembali masuk menghampiri laki-laki yang tidak membawa pasangan.

Untung gue bawa Bella, seenggaknya Andre nggak nyodorin j*Lang ke gue.

Bella mengeratkan genggaman tangannya, ketika melihat tiga lelaki itu, tanpa malu bercumbu di sofa, tanpa peduli yang lainnya.

"Koh, bukannya Mas Andre udah punya pasangan ya, kenapa malah sama cewek lain sekarang?" bisik Bella heran.

Emil sempat menghisap rokoknya sejenak, bagaimana bisa wanita yang pernah tinggal di luar negeri selama belasan tahun dan sudah menginjak usia kepala tiga bisa sepolos itu, "Selama di Milan, Lo ngapain aja sih bel?"

"Kuliah dan kerja di rumah mode, kenapa emang?" tanya Bella balik.

"Lo nggak pernah gitu ke club' atau nongkrong bareng temen kampus atau kerja Lo gitu?"

Bella menggeleng, "Tante Patricia larang, dan orang suruhan mami, selalu awasi aku,"

"Lo udah kayak biarawati tau nggak,"

"Aku kan lagi ada niatan mau masuk Vatikan, koh, emang mamiku kasih tau ya?"

Emil melongo mendengar penjelasan Bella, "Jangan bilang Lo masih perawan di usia kepala tiga?"

"Ya ampun, kokoh kayak cenayang, tau segalanya tentang aku ya!"

Emil mengumpat keras, tak habis pikir, bagaimana bisa ada wanita yang masih perawan di usia tiga puluh tahunan.

Ketiga lelaki yang tengah bercumbu dengan para j*langnya masing-masing, sampai menghentikan aktivitasnya mendengar umpatan yang keluar dari lelaki cindo itu.

"Kenapa lo? Ganggu kegiatan kita aja," tanya Andre, dia sampai mendorong wanita yang tengah duduk di pangkuannya.

"Sorry dre, kayaknya gue mesti balik deh," Emil bangkit dari duduknya.

"Masih sore gini, belum mulai, apa perlu gue tambahin streper nya?"

Emil mengetikan sesuatu pada ponselnya, "Udah gue transfer ke rekening Lo, buat gantiin sewa room, gue balik dulu,"

Emil mengambil jas yang ada dipangkuan Bella, lalu melemparkannya pada Zacky, "Thanks," dia menarik tangan gadis itu, untuk segera enyah dari sana.

***

"Kokoh kenapa sih? Kita baru sebentar di sana, malah ngajak pulang," Bella mendengus kesal.

Emil yang tengah mengemudi, melirik sekilas pada gadis di sebelahnya, "Jangan sampai Lo masuk lagi ketempat kayak tadi, itu nggak cocok buat Lo,"

"Aku udah gede, kadang aku denger rekan kerjaku juga pada berkunjung ke tempat tadi, nggak masalah kok,"

"Bella, itu tempat di mana lelaki brengsek berkumpul, kalau lo diperkosa* gimana, Lo mau?"

Gadis itu menggeleng, "Maka dari itu, jangan sekali-kali Lo kesana, walau temen Lo yang ngajak, ngerti Lo!" Emil mencoba memberi pengertian.

Bella mengangguk, "Tapi aku pengen minum, kata rekan kerjaku, alkohol bisa buat aku melupakan masalahku, kokoh kan tau, aku lagi galau,"

Emil menepikan mobilnya sejenak, dia menghadap gadis yang duduk di sisi sebelah kemudi, "Kalau Lo galau, Lo tinggal datengin gereja, Lo berdoa, bukan malah datengin club'," dia menghela nafas, "Tetap di jalurnya Bel! Dunia luar itu menakutkan,"

Emil tau, jika ibu tiri sahabatnya adalah orang yang kolot, apalagi dalam mendidik putrinya.

Bella menunduk, mencerna ucapan yang didengarnya, matanya mulai berkaca-kaca, dia menoleh menatap mata sipit lelaki dibalik kemudi, "Tapi koh, aku pengen sekali aja keluar dari jalur yang ditentukan mami, aku ingin seperti wanita lain, sekali aja,"

"Termasuk niat Lo pengen jadi istri keduanya Billy?" Emil memegang kedua lengan gadis berambut panjang itu, "Bel, mami Lo pasti akan menentang habis-habisan keputusan Lo! Lo ngerti nggak sih?"

Bella menepis tangan besar Emil, "Itu yang aku harapkan koh, dan kebetulan lelaki yang aku cintai hanya Billy, jadi biar sekalian bikin mami syok,"

Emil kembali melajukan mobilnya, "Kita pulang." Percuma berdebat dengan gadis keras kepala itu.

Terpopuler

Comments

Umie Irbie

Umie Irbie

duuuuh,. masih nyimak 🤭

2024-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!