Emil membawa Kamila, mengunjungi cafetaria tak jauh dari lobi rumah sakit, juga memesankan minuman dan camilan.
Kamila mulai menceritakan keresahannya, wanita itu mengaku baru saja pulang dari Milan, guna mencari keberadaan putrinya, sayangnya dia harus kecewa, Bella Sophia menghilang.
"Mami sudah meminta Daddy, untuk mencari tau keberadaan Bella, tapi hingga tadi pagi, mereka belum menemukan keberadaan anak mami. Mami pusing deh, Mil!"
Tanpa Kamila sadari, Emil tersenyum tipis. "Mami khawatir banget, kalau Bella kenapa-kenapa gimana? Ini pertama kali dia begitu."
"Bella udah gede, Mi! Dia pasti bisa jaga diri."
Kamila menyuapkan potongan cake ke dalam mulutnya terlebih dahulu, serta menyeka sudut bibirnya yang terkena krim. "Kata Julian, kamu bisa melacak keberadaan orang. Bisakah kamu menolong mami, untuk mencari keberadaan Bella?"
"Bukankah orang-orang om Rudolf lebih kompeten? Aku sudah lama tidak melakukannya, Mi!"
Kamila menghela napas, lalu menceritakan komunikasi terakhirnya dengan putrinya, saat itu mereka bertengkar saat melakukan panggilan video. Intinya Bella mengatakan ingin kembali ke Indonesia dan berniat menjadi istri kedua dari Billy. Kamila jelas marah besar, dia ingat tentang kejadian belasan tahun lalu, ketika Billy menusuk Olsen, hanya karena salah paham, belum lagi perbedaan keyakinan di antara keduanya.
"Tapi waktu orang-orang Daddy, memata-matai Billy dan keluarganya, tak ada tanda-tanda keberadaan Bella. Jadi kemana sebenarnya perginya anak mami?"
"Anak mami mungkin masih tertidur karena kelelahan, akibat ulahku!" Emil berkata dalam hatinya. "Apa mami sudah bertanya pada teman-teman Bella?"
"Bella nggak punya temen, dia anak yang introvert." Kamila menyuapkan kembali cake pesanannya.
Emil berpura-pura berpikir, padahal isi pikirannya, adalah rencana liburan dengan wanita yang sedang mereka bicarakan.
"Mami benar-benar khawatir."
"Bella pernah bilang katanya dia mau jadi biarawati ya, Mi?" Emil sengaja memancing.
Kamila melambaikan tangannya, "Sebenarnya maksud mami, biar dia nggak salah pilih cowok."
Emil menaikan sebelah alisnya. "Bukannya biarawati itu nggak menikah?"
"Iya sih, tapi pada akhirnya Bella pasti menikah, kami udah menyiapkan jodoh yang tepat. Rencananya natal depan, kami akan memperkenalkan mereka."
"Bella dijodohin?" tanya Emil dengan rahang mulai mengeras. Mendadak amarahnya bangkit.
Kamila menyuapkan potongan terakhir cake ke dalam mulutnya. "Ya iyalah." Dia menyebutkan salah satu anak konglomerat, yang akan dijodohkan pada Bella.
Sebagai anak pengusaha, Emil tau siapa lelaki yang dimaksud oleh Kamila. Lelaki itu adalah sepupu Alan, mantan kekasih istrinya.
"Apa kalian sudah menyelidiki latar belakang calon jodoh Bella?" tanya Emil.
Kamila menyebutkan keunggulan yang dimiliki calon memantaunya. Selain merupakan anak konglomerat, lelaki itu juga lulusan luar negeri, dan tengah mengelola anak perusahaan, milik pamannya.
"Pokoknya, kami sudah memikirkan ini masak-masak, maka dari itu mami harus segera menemukan Bella."
***
Mood Emil memburuk, akibat berita yang dia dengar. Hal itu membuat asistennya heran, dan bertanya, namun Emil menjawab sekenanya. "Ka, saya mau pulang sore, kalau ada operasi dadakan, tolong panggil dokter lain." Pesannya usai pemeriksaan pasien terakhir.
"Baik dokter." sahut Ika, dia tau jika selain bekerja sebagai dokter, Emil juga mengelola perusahaan warisan keluarga.
***
"Lo nggak balik?" tanya Andre heran. Waktu sudah menunjukkan pukul dua puluh dua, tapi pemilik perusahaan yang dikelolanya, masih betah berkutat di balik meja.
"Kerjaan belum kelar." Emil masih sibuk dengan laptopnya.
"Biasanya dibawa pulang, tumben! bocah-bocah sama siapa?"
"Ada Omanya."
"Oh, Tante Kamila." Gumam Andre. "Tadi siang gue ketemu Juli, dia bilang Tante Kamila lagi cariin Bella, emang bener ya?"
"Hem ..."
Keduanya kembali larut dalam kesibukan masing-masing, hingga ketukan membuat atensi keduanya teralihkan.
Zacky masuk membawakan beberapa dokumen. "Tumben bos sampai malam? Ada apa nih?" Dia duduk di sofa usai menyerahkan dokumen pada Andre.
"Lagi rajin dia, apa jangan-jangan Elo mau full di sini? Bagus lah kalau gitu." Sela Andre.
Emil melirik sinis wakilnya, "Kalau bisa gue alihkan semuanya ke Elo."
"Dih, mana bisa gitu! Gara-gara kerjaan nggak kelar-kelar, gue jarang kencan, udah sebulan gue nggak gituan. Kepala gue pening banget gila!" Keluh Andre.
"Nikah lah, duit udah banyak, calon udah ada, mau cari apa lagi?" Bisa-bisanya Emil menasehati sahabatnya, dia sendiri bahkan belum berpikir untuk menikahi kekasihnya.
Andre menyerahkan dokumen itu kepada Zacky, "Abis ini balik aja, Zack! Jangan lupa besok datang lebih pagi dari biasanya, ikut gue ke Bekasi." Zacky berdehem, lalu meninggalkan ruangan. "Elo aja yang nikah duluan, sebagai jongos, sudah sepatutnya mendahulukan bos!" Andre sengaja menyindir.
Emil melemparkan remasan kertas pada sahabatnya, "Sialan! Gue lagi nasehatin Elo, seenggaknya biar Lo bener, nggak luntang-lantung lagi, celup sana-sini. Lo nggak mikirin perasaan Fenita?"
"Udah putus gue."
"Hah? Maksud Lo?" Emil tak habis pikir, seingatnya sahabatnya baru menjalin kasih dengan sepupu dari istri Julian.
"Dia pergoki gue lagi ciuman sama cewek lain, dia ngamuk dan minta putus. Ya udah gue turutin lah, lagian gue nggak dapat apa-apaan, Mil! Gila ya, ribet banget pacaran sama perawan."
Mendengar kata 'Perawan' Emil jadi teringat dengan kekasihnya. "Jujur sama gue, pernah nggak selama ini, Elo dapat perawan?"
Andre menggeleng, "Belum sih! Tapi ngebayangin itu cewek nangis-nangis, gue jadi males duluan. Lo tau kan! Gue paling benci cewek cengeng."
Emil menutup laptopnya, dia menyangga dagu dengan kedua tangannya. "Percaya sama gue, gadis perawan itu bikin ketagihan, gila masih sempit, Bro! Gue jamin Lo nggak bakal bisa berpaling."
Andre menggeleng tak setuju. "Gue nggak minat karena nggak mau ribet." sahutnya, dia masih sibuk dengan laptopnya. "Lo ngomong kayak gitu, kayak pernah aja."
"Gue ngomong, karena udah pernah. Sejak kapan gue asal ngomong, kalau masalah gituan?"
"Jangan bilang Lo udah move on?"
"Hem ..." Emil bangkit. "Weekend besok jangan ganggu gue, gue mau liburan." Dia memasukkan laptopnya, ke dalam tas hitam miliknya. "Gue balik dulu." Pamitnya.
***
Emil tidak pulang ke rumahnya, biarlah malam ini Kamila yang menjaga ketiga remaja itu, sementara dirinya menemani anak sulung Kamila yang kesepian.
Emil baru saja tiba di depan unit apartemen yang ditinggali kekasihnya, namun sudah beberapa kali dia memencet bel, wanita itu tak kunjung keluar.
Pada akhirnya, dia memasukan beberapa digit angka, untuk membuka pintu. Sayangnya dia mendapati kamar dalam keadaan kosong dan gelap.
Sambil duduk di Stool Emil mengubungi kekasihnya, namun tak kunjung diangkat.
Emil melacak keberadaan wanita itu, berdasarkan GPS, dia mendapati titik merah, masih berada di butik. Sepertinya Bella tengah lembur.
Emil memutuskan untuk mandi dan berganti baju. Dia sengaja meninggalkan beberapa potongan pakaian ganti di sana.
Namun hingga tengah malam, Bella tak kunjung kembali, Emil mulai gelisah. Dia memutuskan untuk membuka laptopnya, dan mulai mencari tau keberadaan kekasihnya, dengan cara meretas CCTV butik tempat Bella bekerja.
Terlihat di layar, Butik telah sepi, lampu-lampu juga sudah dimatikan, namun anehnya, posisi ponsel Bella masih berada di sana. Di manakah wanita mungil itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀
pelakunya ada didepan mami tuh...🤣
2024-10-18
1