Pasca Malam Panas

Tinggalkan jejak kalian, biar aku makin semangat lanjutin.

Usai mandi dengan air hangat, guna meringankan pegal-pegal di badannya, Bella baru menyantap makanan yang dipesankan oleh Emil.

Dia yang biasa makan sedikit, kini bisa menghabiskan satu porsi makanan berat yang tersaji di piringnya.

Perutnya telah penuh terisi, dia mulai mengantuk, bagaimana tidak, dia baru tidur hampir jam tiga pagi, setelah dikerjai habis-habisan oleh duda yang katanya impoten.

Ternyata rumor yang mengatakan Emiliano impoten, tak terbukti sama sekali, impoten dari mana, lelaki itu dengan buas menggagahinya.

Padahal semalam adalah pertama kali baginya, bahkan bagian kewanitaannya, hingga kini masih terasa perih dan ngilu, tadi saat dirinya buang air kecil, dia sampai menangis menahan sakit.

Belum lagi dia harus mengganti sprei yang terkena bercak darah perawannya, beruntung dia membawa sprei didalam kopernya.

Selama ini, saat dia bekerja di salah satu rumah mode ternama di Milan, dia sering mendengar tentang kegiatan ranjang, rekan-rekannya dengan pasangan masing-masing.

Saat itu, Bella hanya diam mendengarkan, bukannya apa-apa, dia belum berpengalaman soal urusan ranjang, hanya sebatas teori yang dibacanya di internet.

Semalam dia baru merasakan yang namanya hubungan intim, mengingat hal itu, membuat pipinya memerah.

Emil memperlakukannya dengan lembut, mencumbunya seolah lelaki itu begitu memujanya.

Emil membuatnya melayang, memberikan rasa yang belum pernah Bella dapatkan seumur hidupnya, pantas saja rekan-rekannya senang sekali membahas hal seperti itu.

Bella mengenal Emil, saat baru masuk SMA, itupun tidak berkenalan secara resmi, dia mengenal lelaki itu sebagai salah satu sahabat kakak tirinya.

Tidak sedikitpun terlintas dalam pikirannya, menjalin hubungan dengan lelaki cindo itu, karena setahunya, Emil terkenal sebagai player, sering bergonta-ganti pasangan.

Semoga saat ini, Emil hanya setia padanya, Bella benar-benar menggantungkan hidup pada lelaki itu.

Dia dengan sukarela menyerahkan mahkotanya yang berharga, dia pikir kakak ipar dan para keponakannya saja dijaga dengan baik oleh Emil, apalagi dirinya, kalau bisa hingga ke jenjang pernikahan.

Bella ingin menikah, mengenai kelas biarawati yang pernah diikutinya, sepertinya dia tak akan melanjutkannya, dia ingin menjadi istri dan ibu, tak apa mendapatkan duda, toh dudanya super baik, meski awalnya ketus.

Dia tak sabar untuk segera bertemu dengan lelaki baik hati itu, rasanya ingin melihat wajah tampannya.

Hanya dalam semalam, dengan mudah dia melupakan cinta pertamanya, rasanya tak percaya, kenapa nggak dari dulu dirinya dekat Koko duda ganteng itu?

***

Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, Emil tak kunjung datang ke unit apartemennya, apa lelaki itu lupa padanya?

Panggilan tak dijawab, dan pesan hanya cek list dua berwarna abu, apa setelah yang diberikannya semalam, membuat lelaki itu menjauhinya? Bukankah tadi sebelum berangkat bekerja, Emil mengatakan akan segera kembali?

Bella mengusir segala pikiran buruk yang berkecamuk dalam kepalanya, dia mencoba berfikir positif, tapi tetap saja.

Yang bisa dilakukannya hanya menjerit di bantalnya, untuk melupakan kekecewaannya, dia mulai menangis terisak.

Apa nantinya dia akan ditinggalkan? Memikirkannya saja, membuat air matanya tak berhenti mengalir.

Pintu diketuk, Bella bangkit sembari menghapus air matanya, dia melangkah mendekati pintu, dia membukanya, tatapannya bertemu dengan lelaki bermata sipit itu.

"Hai," Emil tersenyum, tapi mendadak senyuman itu sirna, begitu melihat mata sembab, dan hidung merah wanita dihadapannya.

Bella membuka pintunya lebih lebar, lalu masuk ke kamar mandi, tak lupa menguncinya, dia butuh mencuci wajahnya, berharap bisa menyamarkan mata sembabnya.

Lima menit berlalu, Bella keluar, tapi dia terkejut mendapati lelaki dengan kemeja hitam bersandar di pantry, menatapnya dengan tatapan bertanya, tapi Bella justru melengos dan melangkah menuju ranjang.

"Kamu kenapa? Kamu abis nangis?" tanya Emil bingung.

"Enggak," Jawab Bella dengan suara parau, wanita itu berbaring membelakangi pintu dan menyelimuti tubuhnya hingga sebatas leher.

Emil menghela nafas, "Aku mandi dulu ya!" ujarnya.

Terdengar gemericik air, Bella menyingkap selimutnya, dia bangkit dan duduk di ranjang, dia lihat ada bungkusan plastik yang berada di pantry.

Ah, dia lupa, dia baru makan tadi pagi, dia melewatkan makan siang, berharap Emil datang dan mengajaknya makan diluar.

Perutnya mulai berbunyi lagi, sudah sedari sore perutnya minta diisi, tapi dia terlalu malas keluar unit apartemennya atau sekedar memesan makanan.

Suara teriakan dari arah kamar mandi, membuyarkan lamunannya, "Bel, Handuk aku ambilin dong, aku lupa nggak bawa,"

Bella menurut, dia mengambil handuk yang digantung belakang pintu balkon, ingatkan dia untuk membeli jemuran lipat.

Dia mengetuk pintu kamar mandi, kepala Emil menyembul, lelaki itu tersenyum dan berucap terima kasih.

Bella dibuat terpana dengan senyuman manis itu, dan satu hal yang baru dia sadari, jika ada lesung pipi di salah satu sisi wajah, lelaki tampan itu, kenapa dia baru sadar sekarang?

Kalau dipikir-pikir, Emil memang jarang tersenyum, apa Bella yang memang kurang peka pada lelaki itu?

Emil keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya, memperlihatkan otot perut dan dada bidang yang membuat Bella otomatis menelan ludahnya, Astaga kenapa Koko tampan itu seksi sekali?

"Bel, baju yang tadi pagi, udah di laundry belum?" tanyanya, sembari melangkah menuju lemari.

"Udah, tapi belum sempat diambil," sahutnya dingin.

"Aku tadi nggak sempat mampir ke rumah, masa aku nggak pakai baju?" Lelaki itu protes.

Bella yang tengah duduk di sisi ranjang, beranjak mengambil salah satu koper yang berada di samping lemari, dia membukanya, memberikan bokser hitam dengan merk yang sama seperti tadi pagi, dan sebuah kaos oblong berwarna putih.

Emil mengernyit, "Apa kamu beli ini buat Billy?" tanyanya.

Bella menaikan bahunya, dia kembali menutup kopernya, dan meletakkannya di tempat semula, kemudian dia kembali ke ranjang.

"Kenapa pertanyaan aku nggak dijawab?" tanya Emil sembari menggosok rambutnya menggunakan handuk, dia baru saja selesai memakai baju.

Bella yang tadinya berbaring membelakangi, kini bangkit, wanita yang mengenakan baju tidur berwarna merah itu, menatap lelaki yang duduk di sisi ranjang, "Menurut kamu, itu ukuran buat kak Billy atau kamu?" tanyanya.

Emil terdiam, ukuran tubuhnya dan Billy, lumayan jauh, Emil memiliki tinggi lebih dari seratus delapan puluh tak jauh dari Olsen, dengan badan kekar, sedangkan Billy sepertinya sama dengan Julian, yang tingginya hanya seratus tujuh puluhan, dan memiliki badan berisi.

"Kayaknya sih aku," dia meringis, "Oh ya, kamu udah makan belum? Aku beliin Mie goreng sama camilan, makan yuk! Aku laper banget, tadi aku nggak sempat makan di rumah om Rudolf, pengen buru-buru kesini,"

"Kamu dari sana?" tanya Bella.

Emil mengangguk, sembari melangkah menuju balkon menggantung handuk, lalu melangkah kembali menuju pantry, membuka bungkusan, "Aku udah janji sama Asher kemarin, nanti mereka kecewa, sebenarnya aku di suruh menginap, tapi aku ingat kamu, jadi aku tolak deh,"

Lelaki berkaus putih itu, mulai menyiapkan stool dan meja untuk mereka makan, "Sini, makan bareng,"

Bella yang memang lapar, menghampiri dan duduk berhadapan dengan lelaki itu, dia diberi sumpit.

Emil mulai memasukan mie itu kedalam mulutnya, "Baca doa dulu koh," Bella mengingatkan.

"Udah tadi, kamu nggak denger kali," sahut Emil, lalu melanjutkan makannya.

"Kok nggak bareng sih," protes wanita itu, "Siniin tangannya, harus dibiasain, sebagai wujud rasa syukur kita pada Tuhan,"

Ingin rasanya Emil menyangkal, tapi Bella keburu menggenggam tangannya, lalu memejamkan matanya dan menunduk.

Tangan Emil yang bebas, mengambil minuman, dan mulai menyedotnya, sepertinya Bella lupa sesuatu.

"Amin," Bella bergumam pelan, lalu memulai menyuapkan makanan dihadapannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!