Do not leave me alone

Emil tak bisa menemui Bella di apartemen setiap hari, kegiatannya padat sekali dari Senin sampai Sabtu, hanya Minggu waktu liburnya, itupun jika anak-anaknya tak memintanya untuk berkunjung ke rumah mereka yang di Sukabumi.

Bella sudah bekerja di boutique yang masih satu gedung dengan tempat tinggalnya, sehingga dia tak perlu repot-repot untuk keluar dari lingkungan apartemen, itu dilakukannya agar bisa meminimalisir pertemuannya dengan maminya.

Wanita itu benar-benar menikmati kebebasannya, tak lagi ada yang mengawasinya, meski acap kali kesepian, karena kekasihnya jarang berkunjung, akibat kesibukan.

Sebagai dokter spesialis kandungan, pimpinan perusahaan dan ayah dari tiga anak, Bella seolah ada diurutan sekian kali prioritas hidup Emiliano.

Bella tidak marah juga protes, dia mengerti, toh tiap hari mereka berkomunikasi, baik via pesan atau panggilan suara atau video, mereka juga acap kali, mengirim gambar tentang kegiatan masing-masing.

Hubungan keduanya baik-baik saja, meskipun mereka sadar, ada dinding tak kasat mata, yang menjadi penghalang mereka untuk bersatu.

Sejak tau jika mereka berbeda, keduanya tak lagi membahas tentang hal sensitif itu, mereka juga saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada.

Keduanya hanya bisa bertemu, jika anak-anak berkunjung ke rumah nonno nya, itupun hanya malam Minggu hingga Minggu sore, sebuah waktu yang amat singkat, untuk dua sejoli yang tengah saling jatuh cinta.

Sudah dua bulan hubungan itu terjalin, tanpa sepengetahuan siapapun, Emil menutupnya dengan rapat, bahkan Andre yang menjadi partner di perusahaan papinya tidak tau jika, lelaki cindo itu telah move on.

Rencana liburan ke Bali, ketiga remaja dan Kamila akan terealisasikan esok lusa, Emil yang memang nyaris tak pernah berpisah lama dari mereka, tak henti-hentinya memberikan petuah kepada ketiga remaja itu, dia meminta pada Arash dan Asher untuk selalu mengawasi dan menjaga Nuha.

"Kami mengerti papi, sejak nggak ada bunda, papi jadi tambah cerewet," ujar Asher saat mereka sedang sarapan bersama pagi itu.

"Lagian ada Oliver juga yang membantu kami menjaga Nuha, jadi papi tidak usah khawatir," Arash menambahkan.

"Papi kok nggak percaya sama bocah itu," Sebagai mantan player, Emil jelas tau, arti tatapan anak bungsu Kamila itu.

"Kalau papi tidak percaya, bagaimana kalau papi ikut," usul Asher.

Emil yang duduk di paling ujung, melirik remaja dengan netra hitam itu, "Kamu tau alasan papi nggak bisa ikut,"

"Ya ya ya, dokter Emiliano Soetanto SpOG, yang super sibuk," Asher memasang muka menyebalkan, persis sekali dengan ayah kandungannya.

Ngomong-ngomong soal Hasya, Olsen sahabat sialannya itu, benar-benar memutus kontak dengannya, bahkan nomornya di blokir, Emil benar-benar menyesal telah menyatukan mereka, lihat saja kalau suatu saat bertemu, Emil akan menghajar Olsen, dengan tangannya sendiri.

"Oh ya pi, semalam Nuha ngobrol sama mami, mami lagi sedih, Tante Bella tak bisa dihubungi lebih dari dua bulan, rencananya setelah pulang dari Bali, mami mau pergi ke Milan, mau cari Tante Bella," Nuha berbicara usai menghabiskan susu di gelasnya.

"Apa kalian juga akan ikut ke sana?"

Ketiganya menggeleng, "Bukankah kami belum dibuatkan paspor? Memangnya papi udah buatkan?" tanya remaja bermata cokelat.

Astaga Emil lupa, "Pulang dari Bali, papi buatkan,"

Saking sibuknya, hal penting seperti itu, tak terpikirkan olehnya, pikirannya benar-benar bercabang, andai ada Hasya, mungkin hidupnya tak serumit ini.

"Berarti papi bakal kesepian dong, nggak ada kami," ucap putrinya terlihat khawatir, "Coba Ayah nggak bawa bunda,"

Emil mengelus kepala putrinya, "Nggak apa-apa sayang, papi akan sibukkan diri," dia berusaha menenangkan Nuha.

"Apa jika suatu saat papi menikah, apa papi akan meninggalkan kami seperti bunda?" tanya Arash.

"Tentu saja tidak, kalian bertiga ada diurutan teratas prioritas hidup papi, kalian segala-galanya buat papi," Emil menatap ketiga remaja itu satu per satu secara bergantian.

"Jangan sampai papi berubah, atau kami akan membenci papi," remaja bermata cokelat itu memperingatkannya.

Emil terkekeh, "Baiklah, terserah kalian, yang jelas kemanapun papi pergi, kalian akan turut serta, papi tidak akan meninggalkan kalian," dia berdiri, "Papi berangkat dulu ya! Jangan lupa kalian saling bantu kemas baju yang akan dibawa sesuai dengan catatan,"

Ketiga remaja itu, secara bergantian menyalami dan mendoakan kebaikan papi mereka.

Bagaimana Emil akan meninggalkan penyemangat hidupnya? Disaat hidupnya sepi, mereka yang mengisi kekosongan dirinya, karena ketiga anaknya, dia memiliki keluarga.

***

Hari keberangkatan anak-anaknya tiba, Emil sengaja mengambil cuti sehari, demi mengantarkan mereka ke bandara.

Berbagai nasehat, tak henti-hentinya dia utarakan, terutama tentang menjaga putrinya, jangan sampai buah hatinya dengan mendiang istrinya kenapa-kenapa.

"Nitip anak-anak ya, Mi!" Pintanya pada Kamila.

Mereka akan menaiki jet pribadi milik Rudolf, karena bukan hanya Kamila, Oliver dan ketiga cucunya, wanita paruh baya itu, membawa serta beberapa asisten dan bodyguard, agar liburan mereka bisa lebih aman.

"Iya Mil, kamu juga baik-baik disini, jangan terlalu lelah," pesan Kamila pada lelaki cindo itu.

Meski tak rela, tapi demi anaknya bisa bersenang-senang mengisi liburan, Emil berusaha untuk melepaskannya, toh ini hanya seminggu.

Usai dari bandara yang terletak di Jakarta timur, Emil beranjak menuju apartemen, sudah hampir dua pekan dia tak berkunjung ke sana.

Dia menghubungi Andre, memintanya untuk tak mengganggunya seharian, dia ingin istirahat.

Emil sempat membeli makanan, saat perjalanan menuju apartemen.

Tiba di depan pintu, Emil mengetuknya, meskipun bisa saja langsung masuk, tapi dia ingin Bella menyambutnya.

Pintu terbuka, Wanita dengan kaus over size, dengan rambut di Cepol, dengan pensil di sela telinga, tersenyum padanya.

"Apa kamu sedang bekerja?" Tanya Emil mulai memasuki unit apartemen tipe studio itu, dia meletakan bungkusan makanan di pantry, lalu mencuci tangannya.

"Aku sedang menggambar gaun," Bella mengambil botol air mineral di kulkas, lalu memberikannya pada Emil, "Apa kamu dari bandara?"

"Hem, sebenarnya aku sedikit tidak rela," Emil meminum air dari botol yang diberikan Bella, hingga sisa setengah.

"Kenapa?" Bella duduk di sofa dekat jendela, sembari mengambil sketchbook miliknya.

"Sepertinya, adik kamu ada rasa dengan putriku," Emil sudah menceritakan latar belakang ketiga anak yang ada dibawah pengawasannya.

"Masa sih?"

"Sebagai mantan player, aku tau arti tatapan Oliver ke Nuha,"

Bella tertawa, "Apa tidak boleh jika adikku dan putri kamu dekat dalam arti seperti sepasang kekasih?" tanyanya.

"Bukannya tidak boleh, tapi Oliver bakal jadi pewaris perusahaan Blade, hidupnya pasti rumit, aku mau putriku menjalani hidup tenang dan damai," jawab Emil, yang kini duduk di sisi ranjang, menghadap sofa.

Bella meletakan pensil dan sketchbook, lalu menghampiri kekasihnya, dan duduk di sebelahnya. "Lalu bagaimana dengan aku? Apa kamu mau bersama aku yang merupakan anak tiri dari Rudolf Blade?"

Emil merangkul pundak kekasihnya. "Dengan segala perlakuan aku ke kamu, memangnya masih belum membuktikan jika aku memang ingin bersama kamu?"

Bella melepaskan pelukannya, dia menatap wajah lelaki yang telah mencuri hatinya, "Kamu serius?"

Emil berdehem. "Selama anak-anak pergi ke Bali, bolehkah aku menginap disini?" tanyanya.

Senyum mengembang menghiasai wajah cantik Bella, "Boleh banget," Dia kembali memeluk kekasihnya erat, "Ini kan punya kamu."

Emil mengecup kening Bella, "Apa kamu tidak ingin pindah ke tempat lebih besar? Sepertinya ini terlalu kecil."

Bella menggeleng, "Aku betah disini, walau kecil tapi aku seneng kok."

Emil meraih kedua sisi wajah Bella, dia mengecup bibir merah muda milik wanita itu, "Usai liburan di Bali, Tante Kamila mau menghampiri kamu ke Milan, dia bingung, putri cantiknya tak bisa dihubungi,"

Bella melebarkan matanya, Emil bisa merasakan jika wanitanya tengah tegang, "Tak apa sayang, aku akan berusaha menyembunyikan kamu, jadi jangan khawatir," Dia mendekap kekasihnya erat.

"Kamu jangan tinggalin aku ya! Aku nggak mau sendiri,"

Terpopuler

Comments

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

ribet ya... kalau sampai oliver sm nuha, artinya oliver adik ipar plus menantu nya emil dong 😀

2024-10-18

0

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

olsen kok gitu, apa dia nggak sayang sm si kembar, apa bedanya dia dengan Rudolf.. tp Rudolf bkn ayah kandung olsen.. hehehe

2024-10-18

0

Umie Irbie

Umie Irbie

waduuuuhhh,. jelimet kalau begitu mah 😫😩

2024-02-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!