Menyebalkan

Happy reading.

Sesuai dengan janjinya kemarin dengan putranya, Emil mengajak ketiga anaknya ditambah Oliver, bersiap menuju rumah miliknya yang berada di Sukabumi.

"Pokoknya kabari mami kalau udah sampai, lalu sebelum magrib harus sudah pada didalam rumah, terserah mau apa, yang jelas nggak pake acara keluar malem ..." Dan masih banyak petuah yang disampaikan Kamila pada putra dan ketiga cucu tirinya.

Oliver yang biasa mendengar omongan maminya, hanya bisa memutar bola matanya malas, lain halnya dengan ketiga remaja yang lain, mereka hanya bisa mengangguk atau mengiyakan ucapan yang dilontarkan oleh Kamila.

"Mil, nitip anak-anak ya! tolong awasi mereka, apa yang mereka tonton dan yang diobrolin." Pinta Kamila.

Emil hanya mengangguk, pernah tinggal bersama wanita paruh baya itu, membuat sedikit banyak dia paham watak dari Kamila, justru itulah yang disukainya, karena dia merasa memiliki mami lagi.

Emil bersiap duduk di balik kemudi, disebelahnya ada Asher, dibelakangnya ada Oliver dan Nuha, lalu di jok paling belakang ada Arash.

Tapi baru saja melajukan mobilnya, dia terpaksa mengerem mendadak, seorang gadis cantik berambut panjang, dengan celana jeans dan kaos tanpa lengan juga kardigan yang terlipat di tangannya, serta ransel dipunggung, menghadang jalannya.

Emil berdecak kesal, setelah semalam merusak acaranya, apalagi yang akan dilakukan gadis polos menyebalkan itu?

Pintu dimana Asher berada dibuka dari luar, "Ash, kamu pindah ke belakang sana, kak Bella mau duduk disini,"

Remaja itu menatap sinis adik tiri ayahnya, "Tante aja sana dibelakang bareng Arash, aku mau bareng papi," usirnya tak terima.

Bella jelas tak mau kalah, "Minggir atau kakak kempesin ban mobil ini," ancamnya.

Asher menatap papinya yang ada dibalik kemudi, seolah minta pembelaan.

"Bella, duduk dibelakang ya, bareng Nuha, lalu Oliver pindah ke belakang." Emil berusaha menengahi.

Dari belakang protes tak terima, siapa lagi kalau bukan Oliver.

Emil memijat kepalanya, kenapa adik dan kakak itu membuatnya pusing? "Bella nggak usah ikut ya, lagian ini acara anak-anak, kamu nggak balik ke Milan aja?"

Bella berteriak memanggil Kamila, tak lama Wanita paruh baya itu datang, setelah sebelumnya masuk ke dalam rumah, perdebatan cukup alot, hanya karena tempat duduk, akhirnya dimenangkan oleh Bella, alhasil Oliver dipaksa pindah ke belakang bersama Arash, sementara Asher berdampingan dengan Nuha.

Emil mulai melajukan mobilnya, keluar dari gerbang rumah besar itu, menuju rumah pribadinya, yang ada di Sukabumi.

Tempat dimana dulu dia memulai rumah tangga bersama mendiang istrinya, dan tak jauh dari sana, jenazah wanita yang dicintainya dikebumikan.

Baru saja mobil keluar dari komplek perumahan mewah, Nuha berseru, "Papi, kita mampir ke Alf*mart, aku lupa nggak bawa pembalut,"

Sekedar info, jika Nuha baru mendapatkan menstruasi saat kepindahannya ke ibu kota, dan sekarang dia sedang mengalaminya.

"Baiklah cantiknya papi, sekalian beli tambahan camilan yang Nuha inginkan," ujar Emil dibalik kemudi, "Asher temani adikmu," pintanya, yang diminta hanya berdehem.

"Sama aku aja ,om," usul Oliver di jok belakang.

"Ribet bang, diem aja Lo dibelakang," sela Asher, dia tau jika omnya selalu berusaha mendekati adik perempuannya.

Mobil memasuki parkiran minimarket, yang ada dipinggir jalan Fatmawati, Nuha dan Asher diikuti oleh Bella, masuk ke dalam minimarket.

Belum sampai beberapa menit, Bella masuk ke samping kursi kemudi, gadis itu mulai terisak.

Emil yang sedang membaca pesan dari Andre sampai menoleh, bingung dengan apa yang terjadi, dia memilih mendiamkan Bella, hingga puas menangis dan menunggu dua anaknya yang masih ada didalam minimarket.

Tak lama, dua remaja masuk ke kursi belakang kemudi, membawa dua kantong belanja berwarna merah dengan logo minimarket, tempat mereka berbelanja.

Tanpa diminta Nuha mulai menceritakan apa yang terjadi didalam, tentang Bella yang bertemu dengan sepasang suami istri dan anak balita, yang tengah membeli es krim di sana.

Belum selesai Nuha bercerita, Emil bisa melihat penyebab gadis disampingnya menangis, itu Billy dan istri serta anaknya lewat tepat di depan mobilnya.

Emil meminta izin pada putrinya, untuk keluar terlebih dahulu, untuk menyapa teman lamanya.

"Euy... Bil, apa kabar Lo?" Senyum Emil mengembang begitu turun dari mobilnya, tak lupa menyodorkan tangannya.

Billy membalas senyum dan menyambut tangan teman SMA-nya, "Eh... Mil, kabar gue baik, sorry pas bokap Lo meninggal gue nggak dateng, gue lagi ada kerjaan di Bandung," terlihat wajah tak enak.

Emil menggoyangkan tangannya, "Nggak apa-apa, udah lewat lama, pas itu juga nggak kabar-kabar ke yang lain kok, terlalu mendadak," ujarnya, "Tapi ngomong-ngomong Lo ada apa di daerah sini? Bukannya rumah Lo di Pangadegan?"

"Mumpung weekend, gue nginep di rumah mertua," jawab Billy, "Eh kenalin bini dan anak gue,"

Emil menyodorkan tangannya menyalami wanita hamil, yang mengaku bernama Sofi dan balita laki-laki bernama Bimo.

Mereka juga sempat bertukar nomor ponsel masing-masing, sebelum berpisah.

Billy hanya bermasalah dengan Olsen, tapi tidak dengan Emil, walau dulu dirinya lah yang menyeret temannya itu ke kantor polisi saat kejadian penusukan belasan tahun lalu.

Emil kembali masuk ke mobil, dan mulai melakukannya, beranjak dari parkiran minimarket.

Putrinya bertanya ini itu tentang sepasang suami istri yang ditemuinya, Emil menjelaskan dengan jujur, jika dia adalah teman SMA, yang sudah lama sekali tak ditemui.

Sementara Bella hanya diam, tak berbicara sepatah katapun, gadis itu lebih memilih melihat pemandangan yang dilewati, mobil yang ditumpanginya.

Hampir dua jam, perjalanan ditempuh, mengingat jalan tol yang baru, belum sampai di dekat rumah milik Emil.

Mobil memasuki pekarangan rumah dengan pagar berwarna hitam, rumah yang baru dikunjunginya sehari sebelum pernikahan Hasya dan Olsen.

Rumah yang sudah beberapa kali renovasi, selama Emil membelinya, terlihat sangat terawat meskipun jarang ditempati, karena hanya saat tertentu saja.

Salah seorang penduduk, mengurus dan merawatnya dengan baik, sehingga selalu terlihat bersih dan rapih.

Ketiga anaknya sudah tau, kamar mana yang akan ditempatinya, awalnya dulu hanya ada dua kamar, tetapi setelah mengurus tiga anak, alhasil rumah itu di renovasi dan diperbesar, untuk membuat kamar untuk ketiga remaja itu, ada empat kamar yang ada di rumah itu.

Saat renovasi, ketiga remaja itu juga, yang mendesign sendiri kamar masing-masing, Emil dan Hasya membebaskan, ketiganya berekpresi.

"Ngobrol apa aja sama kak Bily tadi?" Bella masuk kamar milik Emil tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Emil yang sudah membuka beberapa kancing kemejanya, menghentikan kegiatannya, dia menghadap gadis berambut panjang yang menghampirinya.

"Ya standarnya teman lama yang udah lama nggak ketemu," jawabnya, "Bisa nggak kalau masuk kamar pribadi orang, itu ketuk pintu dulu, bukankah Tante Kamila mengajarkan sopan santun?"

Bella dengan santai duduk di ranjang milik Emil, dia sama sekali tidak mengindahkan protes dari lelaki cindo itu, "Kayaknya Billy, udah sepenuhnya lupain aku, masa tadi dia biasa aja, dia memang kaget lihat aku, tapi hanya sebatas itu, sisanya matanya bisaa aja, beda banget waktu dia lihat istrinya,"

Emil menghela nafas, Apa Bella bodoh, seharusnya dia tau, jika sebagian lelaki, amat sangat gampang untuk melupakan wanita yang pernah dipacarinya, bahkan partner one night stand nya, mungkin Billy adalah tipe lelaki seperti itu.

"Aku tuh kayak masih nggak rela gitu, lihat dia bahagia, sedangkan aku, belasan tahun tersiksa karenanya," Bella melanjutkan keluh kesahnya.

"Maksud Lo cerita gitu sama gue apa? Bukankah nggak bakal ada efeknya? Lagian tinggal ikhlasin aja apa susahnya sih, cuma cinta monyet juga," Emil mendengus kesal, bagaimana tidak, dari semalam, gadis itu membuatnya repot dan sekarang pun sama.

"Aku cuman butuh tempat buat denger kok, lagian kan kokoh tau, mami pemilih soal temen bergaul aku,"

Emil menaikan bahunya, masa bodoh dengan pola pengasuhan Kamila untuk putrinya, "Mending sekarang lo keluar, gue mau istirahat.

Bukannya keluar, Bella malah berbaring terlentang di kasur queen size milik Emil, "Aku ikutan istirahat disini aja, ini lebih nyaman dibanding kamar Nuha,"

"Bella, gue laki loh, Lo nggak takut kalau gue apa-apain?" Emil berkacak pinggang, lelaki cindo itu mendadak kesal.

Bella menopang kepalanya dengan satu tangan, "Kata Mami, kokoh impoten, jadi nggak masalah," dia ingat omongan Kamila saat dirinya baru sampai rumah besar, "Sana koh bersih-bersih dulu," usirnya dengan tangannya yang bebas.

Emil menganga tak percaya, bagaimana bisa ranjangnya dikuasai gadis polos itu? Menyebalkan sekali, belum lagi usai mendengar ucapan merendahkan dirinya, astaga, kalau dia impoten, lalu Nuha anak siapa?

Terpopuler

Comments

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

sabar ya mil, jodohmu itu...

2024-10-18

0

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

😂😂😂

2024-10-18

0

Mareeta

Mareeta

🤭🤭🤭🤭

2024-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!