AAC □ 6. Ke Mana Arah Hubungan

Melody memandang ponselnya, tak ada panggilan, tak ada apapun di ruang chat. Melody menghitung, tiga minggu sudah dan Max tidak melakukan sesuatu.

Sekarang egonya muncul, masa setiap kali harus dia yang memulai? Seberapa besar kesalahannya kali ini sih? Dia hanya menanyakan ke mana arah hubungan mereka, bukankah itu wajar saja?

Rahel ternyata benar, Max tidak akan menghubungi dirinya lebih dahulu. Sejak waktu dia berbicara dengan Rahel, Melody banyak merenung mengenai Max dan mulai berpikir tentang semua hal yang telah dijalani bersama Max.

Melody merinci satu demi satu apa yang telah dibuatnya untuk Max dan mulai mengingat-ingat apa sajakah yang pernah dilakukan Max untuk dirinya.

Rangkaian fakta yang muncul di kepalanya memberi kesadaran untuk berpikir lurus mengenai Max sekarang, mulai menyadari hanya di awal-awal saja Max melakukan banyak hal untuk dirinya dan berperan sebagai kekasih yang manis dan perhatian.

Seperti sebuah sembilu mengiris dada setiap kali pikirannya memunculkan kenyataan bahwa sebenarnya sejak lama dalam hubungan ini dia banyak mengabaikan perasaannya sendiri yang tersakiti dengan tabiat Max. Dan entah kenapa dia begitu mencintai Max dan menafikan setiap kali dia kecewa soal Max.

"Mel... buka pintu," mama Lina mengetuk sembari memanggil nama putrinya, terus mengulangi beberapa kali.

Melody membuka pintu.

"Mel?? Mama pikir kamu udah berangkat," mama mencoba menjalin percakapan.

Melody tidak merespon membiarkan sang mama, entah apalagi kicauan mama pagi ini, kesedihan karena Max membuat Melody tidak lagi protes mengenai semua yang mama lakukan bersama tante Meisy untuk rencana besar mereka.

"Sarapan dulu sebelum pergi ya? Mama masak makanan kesukaanmu, udah mama minta Bi Nah siapin untuk bekal..."

Melody diam saja. Si mama merasa aneh dengan sikap diam putrinya beberapa waktu ini. Semua kalimat protes, sanggahan dan penolakan lenyap tak terdengar.

Masuk ke dalam kamar sambil menatap lekat putrinya, mama jadi tahu ada kesedihan menggantung di wajah itu. Dalam hati mama mulai merasa bersalah karena telah terlalu jauh dan melanggar janji yang dia buat dengan anaknya, tadinya hanya ingin mendekatkan Melody dengan Zeff lagi, justru sekarang telah melompat terlalu jauh.

“Mel… tante Meisy baru menelpon, meminta persetujuan mama, mereka menginginkan pernikahan kalian di kota mereka saja, mama diminta ke sana buat ikut mengatur beberapa hal menyangkut pernikahan kalian,” mama berkata pelan dan tak yakin apakah itu benar sekarang.

Melody mengeluh dalam hati, tambah kacau otaknya, terlalu semrawut dan terlalu kusut. Biasanya bila masalah terlalu sukar untuk dia selesaikan dia memilih mengacuhkan dan membiarkan dan berharap melupakan itu kemudian.

Tak mendengar jawaban anaknya, mama Lina melanjutkan…

“Mama gak menyangka tante Meisy akan seantusias ini soal pernikahan, mama udah coba menghentikan, mama ingin kamu dan Zeff dekat aja dulu, saling kenal lagi, punya hubungan yang baik aja dulu… tapi tante Meisy dan Zeff berbeda…”

Melody hanya mendengarkan, kesedihan sedang mematahkan semangatnya untuk mendebat mama soal haknya untuk memilih sendiri suaminya. Fakta yang ada, sosok suami yang sangat dia inginkan justru mematahkan hatinya sesakit ini.

Melody mengambil tas dan ponselnya lalu keluar kamar dan bergegas turun ke lantai bawah. Mama Lina yang paham sikap anaknya hanya bisa menghembuskan napas kuat-kuat melepaskan resahnya.

Mendengarkan semua protes meledak-ledak dari anaknya masih lebih baik ketimbang melihat anaknya diam dan sedih seperti itu. Kesedihan karena kepergian suaminya masih ada dan putrinya baru mulai ceria lagi, sekarang dirinya sendiri yang membuat kesedihan mengental lagi.

Tiket pesawat sudah dibelikan sahabatnya yang bakal jadi besan, dia akan berangkat ke sana besok, tapi melihat sikap anaknya dia merasa sedang melakukan kesalahan besar pada anaknya.

Di ruang makan...

“Bi Nah, kuenya udah diantar om Son?” Melody bertanya kemudian meneguk habis segelas air putih.

“Sudah, Non Mel, ibu juga membuat tiga jenis kue … semuanya sudah dianterkan ke toko,” bi Nah menjawab sambil tangannya cekatan mengisi sebuah wadah dengan bekal makan siang Melody.

“Kue apa aja yang mama buat?” Melody mengerucutkan bibirnya.

Beberapa hari ini mamanya terlihat sedang membujuknya dengan membuatkan kue-kue untuk tokonya, padahal dia tidak butuh itu, dia punya sepuluh karyawan sekarang khusus membuat kue-kue dan roti untuk toko-tokonya, dia saja hanya membuat jika ada yang secara khusus memesan cake andalannya.

“Anu non, bibi ndak tahu namanya, hehehe,” bi Nah menggaruk kepalanya, lidahnya sukar mengucapkan nama-nama kue itu

“Ibu membuat lapis legit, lapis Surabaya, sama cheese sponge cake, Non Mel,” bi Yemi bantu menjawab, bi Yemi memang yang suka bantuin mamanya membuat kue.

Melody memberengut, mamanya biasanya hanya akan membuat itu bila ada yang memesannya. Harus dia akui banyak toko kue lain yang menjual kue sejenis tapi buatan mamanya memang top abis, selalu laris dan menjadi item paling dicari.

“Mel… Zeff akan datang menemani kamu, sore ini dia sampai, gantian besok mama yang berangkat udah dibeliin tiket sama tante Meisy,” mama berkata saat Melody melewati diri menuju garasi, beritahu saja, si mama pasrah sekarang Melody akan meladeni Zeff atau tidak, berharap semoga Zeff bisa menaklukkan sikap Melody yang sekarang.

Melody berangkat tanpa pamit, rutinitasnya melakoni bisnis tidak terpengaruhi oleh keadaan hatinya.

.

.

Siang terasa sangat panas apalagi di atas mobil, Melody akhirnya menaikkan kaca mobil lalu menghidupkan AC dengan suhu rendah, dia suka bersin lama dan salah satu pemicunya adalah udara yang dingin.

Berkendara di jalur yang padat menuju tokonya yang lain membuat Melody harus bergerak lambat. Sebuah mobil SUV besar mendahului dari sebelah kiri dan Melody segera mengenali mobil Max dari plat nomornya. Kantor Max ada di jalan lingkar luar, jadi Max bukan sedang ke kantornya. Melody mengikuti, mobilnya kecil dan dia cukup lincah hanya sekedar menyalib untuk mendahului.

Kini Melody hanya bisa memandang dari dalam mobilnya melihat Max memarkir mobilnya di sebuah restoran, memandang dengan mata perih karena Max masuk ke dalam bersama Gina yang berjalan sambil memegang lengan Max.

Hubungan mereka sedekat itu? Mereka sedang merayakan apa berdua?

Melody ingat Max akan datang ke restoran mahal itu hanya untuk moment tertentu.

Pengamatan Melody terputus oleh bunyi deringan ponselnya, tangannya meraih ponselnya yang diletakkan di jok sebelah, tanpa melihat id langsung menjawab.

.

“Iya…”

“Kamu di mana?”

“Di mobil…”

“Jemput aku ya?”

“Hahh? Siapa kamu?”

.

Melody melihat ponselnya, nomor tak bernama, tapi sudah sekian banyak chat dan panggilan dari nomor itu yang tidak pernah digubrisnya, karena itu nomor si Zeff. Melody memutus panggilan itu. Ponselnya kemudian dibiarkan meraung karena tidak diangkat hingga panggilan ke sekian.

Sejenak dia bingung harus apa, hanya memandang ke arah restoran, naluri sebagai wanita segera menyala mengingat beberapa kali mendapati komunikasi tak biasa Max dan Gina. Hatinya berdarah saat menyimpulkan jenis hubungan Max dan Gina.

Dia selingkuh?

Jika Max begitu, walau cinta tapi untuk apa bertahan?

.

Guys, part ini pendek aja ya, kan Melody lagi malas ngomong, sedih kan, nada-nada riang di hati sedang berganti nada duka dan lara.

.

🐧

.

Terpopuler

Comments

Bunda Titin

Bunda Titin

kamu aj yg ga peka Mel padahal udh banyak tanda2nya kan ?? cinta blh bodoh jangan tp kamu bkn bodoh lg tp o'on gregetan aku !! 😬😬

2024-04-14

0

ein

ein

dasar max

2024-03-07

0

Sri Astuti

Sri Astuti

tp lbh baik bgt.. bagus Melody lihat dgn matanya sendiri.. setelah ternyata selama 3mggu tak ada sapa.. mrngharap orang yg mengabaikan kita adl kebodohan. untung Rahel berhasil meyakinkan Melody

2024-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 AAC □ 1. Mama Menyuruh Selingkuh
2 AAC □ 2. Perjodohan Kehilangan Fondasinya
3 AAC □ 3. Kamu Akan Mengerti
4 AAC □ 4. Jangan Desak Aku
5 AAC □ 5. Sahabat yang Sesungguhnya
6 AAC □ 6. Ke Mana Arah Hubungan
7 AAC □ 7. Ternyata Ada di Dunia Nyata
8 AAC □ 8. Calon Suami tapi Bukan Pacar
9 AAC □ 9. Aku Norak
10 AAC □ 10. Otoritas
11 AAC □ 11. Step yang Terbalik
12 AAC □ 12. Lupakan Max
13 AAC □ 13. Harus Ada Cinta
14 AAC □ 14. Meraih Keyakinan
15 AAC □ 15. Menuntut Sebuah Akhir
16 AAC □ 16. Tidak Menghargai Cinta
17 AAC □ 17. Kita Putus!!
18 AAC 18. Keadaan Hati
19 AAC □ 19. Go Public
20 AAC □ 20. Peran Baru
21 AAC □ 21. Semua Lelaki Sama
22 AAC □ 22. Kartu Hitam
23 AAC □ 23. Jaga Jarak Aman
24 AAC □ Part 24 Alasan Paling Hakiki
25 AAC □ Part 25. Jangan Urusin Mantanku
26 AAC □ 26. Gracia
27 AAC □ Part 27. Gaun Pengantin Warna Merah
28 AAC □ 28. Ciuman dan Roti
29 AAC □ 29. Alasan Tidak Memilih
30 AAC □ 30. Bukannya Sudah Putus?
31 AAC □ 31. Cinta yang Aku Inginkan
32 AAC □ 32. Aku Ingin Menikah dan Bahagia
33 AAC □ 33. Mulai Tidak Rela
34 AAC □ 34. Interogasi Calon Istri tentang Mantan
35 AAC □ 35. Romantis
36 AAC □ 36. Mulai Belajar
37 AAC □ 37. Perjanjian Lucu-lucuan
38 AAC □ 38. Sebuah Kalimat Sederhana
39 AAC □ 39. Kamu Banget
40 AAC □ 40. Aku yang Dia Kecewakan
41 AAC □ 41. Membayar Jam Tangan Mantan
42 AAC □ 42. Tidak Harus Bergantung
43 AAC □ Part 43. Kamu yang Mulai
44 AAC □ 44. Genting dan Penting
45 AAC □ 45. Kegalauan Bertahta
46 AAC □ 46. Terorr Baru
47 AAC □ 47. Mengalihkan Rasa
48 AAC □ 48. Sedramatis dan Seromantis ini
49 AAC □ 49. Side B
50 AAC □ 50. Jangan Ragu Lagi
51 AAC □ 51. Ini Tidak Benar
52 AAC □ 52. Kita Sama-sama Tidak Berhutang Apapun
53 AAC □ 53. Ciuman Pedas
54 AAC □ 54. Fitting
55 AAC □ Part 55. Jejeran Mantan
56 AAC □ 56. Si Bunglon
57 AAC □ 57. Rasanya Aku Sayang Kamu
58 AAC □ 58. Memilih Cinta
Episodes

Updated 58 Episodes

1
AAC □ 1. Mama Menyuruh Selingkuh
2
AAC □ 2. Perjodohan Kehilangan Fondasinya
3
AAC □ 3. Kamu Akan Mengerti
4
AAC □ 4. Jangan Desak Aku
5
AAC □ 5. Sahabat yang Sesungguhnya
6
AAC □ 6. Ke Mana Arah Hubungan
7
AAC □ 7. Ternyata Ada di Dunia Nyata
8
AAC □ 8. Calon Suami tapi Bukan Pacar
9
AAC □ 9. Aku Norak
10
AAC □ 10. Otoritas
11
AAC □ 11. Step yang Terbalik
12
AAC □ 12. Lupakan Max
13
AAC □ 13. Harus Ada Cinta
14
AAC □ 14. Meraih Keyakinan
15
AAC □ 15. Menuntut Sebuah Akhir
16
AAC □ 16. Tidak Menghargai Cinta
17
AAC □ 17. Kita Putus!!
18
AAC 18. Keadaan Hati
19
AAC □ 19. Go Public
20
AAC □ 20. Peran Baru
21
AAC □ 21. Semua Lelaki Sama
22
AAC □ 22. Kartu Hitam
23
AAC □ 23. Jaga Jarak Aman
24
AAC □ Part 24 Alasan Paling Hakiki
25
AAC □ Part 25. Jangan Urusin Mantanku
26
AAC □ 26. Gracia
27
AAC □ Part 27. Gaun Pengantin Warna Merah
28
AAC □ 28. Ciuman dan Roti
29
AAC □ 29. Alasan Tidak Memilih
30
AAC □ 30. Bukannya Sudah Putus?
31
AAC □ 31. Cinta yang Aku Inginkan
32
AAC □ 32. Aku Ingin Menikah dan Bahagia
33
AAC □ 33. Mulai Tidak Rela
34
AAC □ 34. Interogasi Calon Istri tentang Mantan
35
AAC □ 35. Romantis
36
AAC □ 36. Mulai Belajar
37
AAC □ 37. Perjanjian Lucu-lucuan
38
AAC □ 38. Sebuah Kalimat Sederhana
39
AAC □ 39. Kamu Banget
40
AAC □ 40. Aku yang Dia Kecewakan
41
AAC □ 41. Membayar Jam Tangan Mantan
42
AAC □ 42. Tidak Harus Bergantung
43
AAC □ Part 43. Kamu yang Mulai
44
AAC □ 44. Genting dan Penting
45
AAC □ 45. Kegalauan Bertahta
46
AAC □ 46. Terorr Baru
47
AAC □ 47. Mengalihkan Rasa
48
AAC □ 48. Sedramatis dan Seromantis ini
49
AAC □ 49. Side B
50
AAC □ 50. Jangan Ragu Lagi
51
AAC □ 51. Ini Tidak Benar
52
AAC □ 52. Kita Sama-sama Tidak Berhutang Apapun
53
AAC □ 53. Ciuman Pedas
54
AAC □ 54. Fitting
55
AAC □ Part 55. Jejeran Mantan
56
AAC □ 56. Si Bunglon
57
AAC □ 57. Rasanya Aku Sayang Kamu
58
AAC □ 58. Memilih Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!