Masih di ruang keluarga Melody…
“Pacar ya? Gitu doang ngomongnya? Gak kangen apa? Ini kan malam minggu?” Melody memberondong Zeff dengan pertanyaan yang mengandung rasa penasarannya.
“Kepo,” pendek Zeff lagi-lagi menyentil jidat Melody. Melody menghindar, tapi tangan Zeff terlalu panjang dan kali ini bertenaga sehingga meninggalkan rasa sakit.
“Aduuh, tapi emang aku kepo, ini penting," ujar Melody sambil menekan-nekan area jidatnya sementara Zeff hanya mengangkat setengah bibirnya.
“Penting??” Zeff masih dengan senyum tipisnya.
Pikirannya berjalan dengan baik, bahwa Melody berbeda menyikapi rencana orangtuanya, mendapat sedikit bocoran dari tante Lina yang meminta dia ikut membujuk Melody, maka Zeff menetapkan sikap bagaimana akan menghadapi Melody.
“Iya sangat penting, Zeff. Aku...”
“Tumben kamu menyebut namaku dengan bener, seterusnya jangan diubah lagi Melody,” potong Zeff tidak mengacuhkan kalimat Melody.
"Denger dulu Anya!" Melody melotot kalimatnya dipotong Zeff. Dia mengubah cara duduknya, melipat satu kaki menghadap Zeff. Ini pembicaraan serius.
“Anya lagi, aku sentil juga kamu, baru dibilangin,” Zeff menggerutu. Tangan Zeff yang terangkat segera digenggam Melody, Zeff membiarkan.
“Kamu pasti punya pacar, masa sih seganteng ini jomblo, dan aku senang banget,” Melody berkata dengan senyum lebar.
“Apa hubungannya denganmu aku punya pacar… bisa sesenang itu?” Zeff bertanya walau dia tahu apa yang tersirat di balik pernyataan Melody.
“Iya dong aku senang… aku juga punya pacar, jadi kita sama-sama punya alasan untuk menolak keinginan orang tua menjodohkan kita berdua,” Melody mengatakan dengan kepala digoyangkan menjadi lucu dengan senyum lebarnya.
Dia tahu Melody punya kekasih, dan dia kebetulan mengenal kekasih Melody, dan ini salah satu yang menjadi alasan dia setuju bahkan menginginkan perjodohan ini.
Zeff memandang lekat wajah cantik Melody, memperhatikan setiap detil ekspresi di wajah itu. Lalu…
“Tapi aku malah senang kita dijodohkan, aku gak menolak itu kok,” suara tenang Zeff terdengar kemudian.
“Ohhhh maigat, Anya?? Jadi bener kata mama, kamu setuju???” Mata Melody bulat penuh, shock juga mendengar langsung Zeff setuju ide norak ini.
“Iya,” singkat saja jawaban Zeff dan masih setia memandangi wajah Melody.
“Anyaaaa Kok gitu sih? Ini salah Anya, kamu harus menolak juga!”
“Apanya yang salah? Orang tua kita menginginkan kita berdua menikah dan aku rasa itu baik buatku. Kenapa harus menolak sesuatu yang baik? Aku pikir ini bagian dari sikap baktiku pada orang tuaku yang sudah membesarkanku,” serius Zeff.
Melody melepaskan tangan Zeff dengan kasar karena kesal. Ternyata Zeff ada di pihak para orang tua, tidak bisa diajak menjadi sekutu menolak rencana gila mereka.
Ternyata dia berdiri sendiri sekarang. Seandainya papa dan kak Nada masih ada, pasti ada yang akan berpihak padanya.
Mulai sedih, orang lain sedang menancapkan kekuasaan pada hal paling penting dalam hidupnya seolah dia lumpuh bisu dan tuli dan tidak memiliki hak untuk didengarkan.
Dan yang paling menyebalkan, cowok di depannya ini kenapa sejak tadi senyum tipis dan bersikap tenang dan tanpa kedip tetap menahan tatapan yang begitu menguasai? Terus kegantengannya seperti berkilau dengan tampang bodoh itu?
Melody terintimidasi oleh aura Zeff.
Melody menggeleng kecil mengibas pikiran liar yang coba masuk, dia harus berjuang hingga titik keringat terakhir. 💪
“Zeff, come on, ini masalah hidup dan matiku, kamu gak boleh menerima perjodohan ini, yaaa?” Melody memasang muka lebay demi memohon belas kasihan.
“Kamu gak akan mati kali menikah denganku, yang ada hidup kamu makin terjamin,” Zeff sedikit mencibir, sisanya gemas melihat tampang Melody.
“Zeeefff, kita gak saling cinta, aku cintanya sama Max dan kami juga udah merencanakan pernikahan.” Melody sengaja menganti panggilannya dengan warna suara manjanya dalam rangka membujuk Zeff saja.
Tapi, tentang rencana menikah dengan Max, dia terpaksa berbohong, membujuk Max untuk menikah saja itu persoalan nanti.
Zeff termangu sejenak.
“Cinta gak membuat pernikahan bertahan selamanya, paling lama tiga bulan kamu akan merasa paling bahagia karena menikah dengan orang yang kamu cinta, dan setelahnya orang yang kamu paling cinta bisa aja berubah menjadi orang yang kamu paling benci,” Zeff dengan kalimat bersayapnya mengurung pandangan Melody.
“Apa sih, dangkal amat cara kamu memandang cinta, kasihan amat pasanganmu… tapi jangan samakan denganku dong… aku hanya akan menikah dengan orang yang aku cintai. Ayolah Zeff dewasalah…” Melody masih bernada merayu Zeff.
Zeff konsisten tersenyum tipis saja dan konsisten tidak memindahkan fokus pandangannya, dia sepertinya menikmati ekspresi Melody.
Melody jengah ditatap-tatap, jangan-jangan ada sesuatu di wajahnya? Jari telunjuknya coba mencari sesuatu di pipinya. Zeff tergelak.
Melody mulai putus asa, kalimatnya mental semua. Hati nih cowok terbuat dari metal kah? Ini keputusan seumur hidup, mereka berdua tidak boleh salah memilih pasangan.
Zeff mengernyit, tersentil dengan kata dewasa. Jadi harus dewasa ya? Ok.
“Pernikahan hanya butuh pikiran waras menyikapi realita serta komitmen untuk bersama, Melody. Cinta hanya pemanis saja,” tekan Zeff dalam tatapan serius sekarang.
“Astaga Anya, cinta dibilang pemanis, emang ekstrak buah gitu… sirup kali… cinta itu yang mengikat dua orang sehingga bisa berkomitmen pada pernikahan,” Melody akhirnya mulai emosi, ternyata dia benar-benar tidak bisa membujuk Zeff dan tidak sejalan dengan pikiran Zeff. Dia juga tidak suka makan buah... 😚
Zeff memandang Melody dengan kepala dimiringkan, lama tidak berjumpa dengan Melody, ekspektasinya jauh dari kenyataan, dia pikir akan bertemu Melody yang anggun dan manis. Ternyata Melody masih sama, sifatnya tidak sesuai umur, suka sekali mendebat orang lain.
Tapi jujur, sejak tadi memperhatikan wajah itu, sesuatu menyusup dan semakin meyakinkan dirinya bahwa perjodohan ini sangat menyenangkan.
"Zeffffffff?"
Melody menutup muka dengan jarinya lalu membanting kepalanya di atas pahanya sendiri tak dapat menahan kesal yang sekesal-kesalnya, menghindari juga tatapan lekat Zeff yang membuat dia merinding.
Posisi Melody yang telungkup seperti itu justru membuat Zeff mengulurkan tangan, tak tahan untuk mengusap-usap rambut panjang yang gak di sisir yang sekarang terurai cepolannya.
Hahaha, dia berantakan sekali.
Melody tak menyadari membiarkan Zeff melakukan itu malah merasakan sesuatu, ini aneh rasanya menolak dijodohkan tapi tidak menolak sentuhan orang yang dijodohkan dengannya.
“Kamu pernah dengar kan orang yang mengaku cinta, bucin bertubi-tubi tapi pernikahan mereka hanya sebentar, cinta gak pernah cukup Melody… cinta hanya perasaan sentimentil yang akan cepat memudar ketika realita hidup begitu keras,” Zeff ingin mengajak Melody membicarakan dengan lebih dewasa, mengikuti permintaan gadis itu tadi.
Melody meluruskan lagi punggungnya, usapan Zeff terlepas.
“Ya ampun, kok aku jadi ngeri ya mendengar prinsipmu… mindsetmu kayak gitu makin gak mau aku dijodohkan denganmu… pokoknya aku menolak kita dijodohkan, aku gak mungkin menghianati Max,” suara Melody setegas pendiriannya untuk hal itu.
Zeffanya mengangkat sedikit dua keningnya, Melody tidak bisa diajak diskusi apalagi dikasih pencerahan, dia sedang emosi terutama di hatinya Max masih berkuasa penuh. Zeff memaklumi.
“Dan aku, akan meneruskan perjodohan kita, kita lihat nanti siapa yang akan berubah,” timpal Zeff bernada misterius.
“Aku gak akan berubah, Anya. Silahkan kamu dengan ilusimu," balas Melody sambil mengangkat lehernya dan menegakkan bahunya serta membusungkan dada, sebuah pernyataan sikap siap menyerang lawan.
Zeff tertawa, emang bisa kamu selucu ini ya?
"Kasihan sekali pacarmu, emang kamu mau ngomong apa ke dia soal ini?” Tiba-tiba penasaran soal pacar Zeff.
Lagi Zeff termangu.
“Simple aja... kita udahan, aku udah punya calon istri,” Zeff mengatakan kemudian sambil mengangkat bahu disertai ekspresi santai.
“Astaga??? Sadis amat??? Jangan-jangan kamu memang gak punya perasaan, mainin cinta orang… amit-amit aku nikah sama kamu," Melody meradang.
“Aku punya perasaan Melow, tapi untuk membangun kehidupan masa depanku, aku memilih bersikap logis dan realistis… dan kamu adalah pilihan realistis.” Zeff coba menjelaskan sedikit isi kepalanya, ingin menepis pendapat Melody barusan.
“Ya ampun, amit-amit aku nikah sama orang yang gak menghargai cinta. Aku gak, cinta itu sangat penting buatku. Kita gak sama, jadi jangan paksa aku,” pungkas Melody dengan muka garangnya.
Zeff kembali menanggapi dengan senyumnya, “amit-amit terus… entar bucin sama aku…”
“Iiih… jauuuh,” Melody membuang muka dengan geram.
Para orang tua menghampiri mereka, terdengar sedang berpamitan satu dengan yang lain. Tante Meisy datang lebih mendekati Zeff dan Melody.
Pembicaraan di antara mereka serius tapi tetap saja mengamati apa yang dilakukan dua anak mereka, sejauh pengamatan terlihat kompak, berharap urusan ke depan lancar-lancar saja.
Terlebih sudah disepakati bahwa rencana itu akan segera direalisasikan.
Para orang tua datang dengan pengumuman....
"Kami udah sepakat, kalian nikahnya empat bulan dari sekarang,” tante Meisy mewakili para orang tua mengatakan dengan gamblang tentang hasil pembicaraan mereka.
“Hahh???” Melody terlonjak dari kursi, tidak bisa mengontrol suaranya, benar-benar kaget karena niat orang tua justru sudah sejauh itu. Gilaaaa. Apa sedang kiamat sekarang?
“Itu malah kelamaan mami… aku maunya secepatnya,” Zeff menjawab mantap sambil berkedip sekali pada Melody.
Jika tidak ada orang tua mereka mungkin Melody sudah menjitak kepala Zeff.
“Hahaha… anak mami udah gak sabaran ya… iya deh, nampaknya kita harus mempersingkat waktu, Lina. Zeff memang gak mau ribet orangnya… Melody setuju aja kan?” Tante Meisy mengatakan dengan senyumnya seolah tidak menyadari reaksi Melody.
“Iya… Mel juga tidak macem-macem orangnya… mereka cocok sih,” mama Lina cepat-cepat mengatakannya saat melihat bibi Mel hendak mengatakan sesuatu.
Alamaakkk, Melody hanya bisa menatap semua orang dengan semua rasa kesal tegangan tinggi yang terkumpul di ubun-ubun terutama pada Zeff. Kasar Melody menarik tangan Zeff lalu meninggalkan ruangan itu, Zeff mengikuti dengan senyum, paham sebenarnya sudah sekesal apa Melody itu.
Di teras depan Melody menghentakkan secara kasar tangan Zeff. Semarah-marahnya dia tapi tetap saja Zeff yang jadi penentu, mama Lina gak akan bisa dilawan, jadi bicara dengan Zeff adalah satu-satunya cara untuk membatalkan rencana gila ini.
Melody mengatur napasnya agar tidak segera menumpahkan kemarahannya sekarang, dia harus meminta pengertian dari Zeff.
“Sia-sia kamu menolaknya jika udah menjadi urusan mami dan mamamu, dan gak usah berusaha membujukku… karena aku sama dengan mereka,” Zeff lebih dahulu berucap.
Kenapa cowok ini sepertinya meremehkan urusan sebesar ini? Seperti apa rumah tangga mereka jika dimulai tanpa cinta?
“Tapi aku gak mau dipaksa Zeff… tolong mengertilah,” Melody mengatakan dengan suara penuh tekanan menahan desakan emosi, sekarang bahkan ingin sekali dia mencakar wajah ganteng Zeff.
“Aku harus memaksamu, Melody, aku punya alasan menerima perjodohan kita, ” Zeff menatap lekat mata Melody.
Melody menyerah malam ini, bahunya turun bersama dua tangannya yang terasa lunglai, emosinya benar-benar terkuras, dia kalah dalam debat soal perjodohan. Harus bagaimana lagi mengatakannya?
"Ini gak akan berhasil,” usaha terakhir seorang Melody.
“Jangan menilai sesuatu di awal… dan keputusanku gak akan berubah… aku akan menikahimu Melody Christania,” tegas Zeff.
Melody menaikkan tangan di pinggang rampingnya, hanya bisa memandang putus asa melihat tekad pria di depannya sudah bulat. Saat melihat ekspresi yakin Zeff, Melody meninggalkan Zeff begitu saja.
Zeff hanya menatap punggung lesu Melody, pikiran yang datang adalah semakin bertekad untuk meneruskan perjodohan ini.
Zeff menatap sepenuh hati hingga bayangan Melody menghilang dengan sebuah doa, bahwa Melody akan mengerti nantinya.
.
🐧🐧
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Bunda Titin
Zeff tau kelakuan Max makanya maksa banget,. udh nurut aj Mel........
2024-04-14
0
ein
jeff tau sesuatu yaa
2024-03-03
1
Sri Astuti
sulit.. ga punya back up satu lawan tiga
2024-03-02
1