Melody melihat dirinya di cermin memastikan penampilannya, berdandan cantik tapi tidak ingin menyolok. Dia memang menunggu hari ini sebagai pembuktian terakhir, sengaja menunda keberangkatan dengan Zeff demi hari ini, karena ini hari ulang tahun Max dan biasanya ada perayaan, dan itu pasti di restoran yang sama. Max tipe cowok yang minim inovasi, melakukan hal yang sama dari waktu ke waktu.
Percuma dia menunggu Max mengundang atau sekedar memberitahu. Tapi Melody nekad ingin datang dan itu bukan untuk mengemis cinta Max lagi, hanya sekedar menunjukkan diri dan ingin mengetahui apa reaksi Max, dan jika memungkin dia ingin dengar langsung Max mengatakan bahwa hubungan mereka telah selesai.
Tersenyum sedih menatap bayangan dirinya, Melody mengusap dadanya perlahan, sedalam ini Max menanamkan cinta di hatinya, sehingga seolah kenyataan tidak dapat meyakinkan dirinya bahwa hubungan mereka sudah tamat. Entah kenapa Melody seperti menuntut sebuah akhir yang jelas lewat kata putus yang diucapkan Max, otaknya seperti menuntut apa yang dimulai dengan benar harus diakhiri dengan benar pula.
“Mau ke mana? Siapa yang ulang tahun kali ini?” Zeff mencegat Melody saat hendak keluar dari rumah.
“Hahh? Ehh, aku ada acara… kamu makan sendiri, setelahnya istirahat aja di rumah,” Melody memilih tidak jujur, tidak ingin Zeff mengetahui tujuannya, dia tidak ingin Zeff menggagalkan apa yang ingin dia lakukan. Buru-buru Melody keluar rumah.
Tindakannya justru membuat Zeff curiga, mengejar hingga ke pintu mobil dan dengan cepat menghalangi Melody membuka pintu.
“Mau ke mana Melody? Acara apa dandan cantik begini? Ini udah malam, aku harus tahu kamu pergi ke mana.” Suara Zeff begitu tegas.
Dari pengalaman sebelum ini dia tahu Zeff tidak mudah dihentikan, tak ada bujukan dan rayuannya yang pernah berhasil mengubah sikap Zeff. Tapi Melody mencoba…
“Aku gak lama kok, kamu cape kan seharian ini ngurusin pekerjaanmu? Paling sejam aku udah balik.” Melody coba mengontrol suaranya bernada biasa, jangan terlalu kentara sedang menghalangi Zeff untuk ikut dengannya.
“Aku cape ngapain? Cuman menelpon doang seharian,” Zeff menatap lekat sekarang dan tiba-tiba Melody gugup.
“Zeff, ini gak lama, gak semua aktivitasku harus kamu tahu kan? Ini acara biasa, sebetulnya gak pengen pergi tapi…”
“Gak, aku ikut,” potong Zeff lalu buru-buru masuk, dia hanya menggunakan celana pendek sama kaos singlet.
Tapi tiba-tiba Zeff berbalik lalu menarik tangan Melody mengikutinya masuk ke dalam rumah lagi, mengantisipasi Melody pergi saat dia ganti baju.
“Anyaaa, please gak penting kamu ikut, aku cuma nyetor muka doang, setelah itu langsung pulang. Kenapa jadi protektif gini sih? Aku gak sukaaa,” berontak Melody.
Sia-sia Melody berusaha melepaskan genggaman tangannya, sekarang justru dia ditarik hingga ke dalam kamar Zeff, pintu dikunci kemudian dan anak kunci dikantongin Zeff.
“Aku ganti baju gak lama,” Zeff melepas tatapan mengintimidasi.
“Astagaaa?? Anyaaaa??? Kenapa aku harus ikut masuk kamarmu sih? Kamu mau bugil di depanku? Kamu mau mengotori mataku? Ihhh Najisszz?” Melody teriak lalu membalikkan badan menghadap dinding.
Zeff kadang seekstrim ini memperlakukan dirinya. Dengan kesal dan marah Melody juga menutup matanya menggunakan dua tangannya. Saat mendengar derit pintu, Melody baru bisa bernapas, ternyata Zeff masih mementingkan norma dan kelaziman, sepertinya cowok itu mengganti bajunya di dalam kamar mandi.
Ada perasaan malu sekarang sempat berpikir bahwa Zeff akan bertindak lancang tadi, berbarengan dengan itu ada perasaan was-was, dia terkunci di kamar bersama seorang pria, dadanya berdebar, otaknya mulai berjaga-jaga bila Zeff bersikap kurang ajar, itu akan dia jadikan alasan untuk membatalkan perjodohan.
Suara pintu terdengar lagi tapi Melody masih membeku di tempatnya, karena semenit tak terdengar suara apa-apa…
“Kamu udah pakai baju Anya??” Seru Melody masih was-was.
“Belum,” Zeff menjawab santai.
“Ya ampunnn Anya?? Lempar kuncinya aku tunggu di luar,” teriak Melody kesal.
Tak ada jawaban.
“ANYA??” Melody teriak putus asa.
Ini batas kesabarannya menerima perlakukan Zeff.
“Aku akan laporin ke mama sama tante Meisy kamu mengurungku di kamar Anya,” sambung Melody dengan suara hampir menangis, horor banget berada di sini sekarang.
Dua bahunya tiba-tiba dipegang lalu badannya diputar Zeff. Terkejut Melody menjerit kemudian menangis.
“ANYA!! JANGAN!! Hikssss… JANGAN!!” Zeff sukses mempermainkan perasaannya kali ini.
Zeff tersentak.
“Astaga Melow?? Emang aku mau apain kamu? Buka mata!” Zeff melepaskan tangannya dan menjauh, kaget melihat Melody jadi histeris.
“GAK MAU, KAMU GAK PAKAI BAJU!” Teriak Melody.
“Matamu tertutup gitu, dari mana kamu tahu aku gak pakai baju? Aku udah ganti baju tadi di kamar mandi,” suara Zeff melembut.
Cowok itu segera paham reaksi Melody yang terlihat emosi, mungkin takut berada di dalam kamar hanya berdua. Zeff merasa bersalah ingin memeluk menenangkan tapi dia sadar tindakannya akan semakin membuat emosi bertambah.
“Kamu sendiri yang bilang tadi! Huhhuhuu,” Melody menjawab dengan suara garangnya dan sisa-sisa tangisan.
“Maaf ya, aku salah, aku hanya menggodamu, Mel… maaf ya?” suara Zeff semakin lembut.
Jadi tahu satu sisi kehidupan Melody, setakut ini dia berada di ruangan tertutup bersama seorang pria, gadis ini belum terkontaminasi dengan gaya kebanyakan orang berpacaran. Tapi bagaimana dia pacaran dengan Max selama ini? Sementara Max yang dia tahu…
“Awas kamu bohong!”Cicit Melody.
“Gak Mel, buka matanya… pegang kata-kataku, aku gak akan melakukan hal-hal yang belum pantas hingga kita menikah nanti,” suara lembut tapi tegas cukup untuk meyakinkan Melody.
Perlahan Melody membuka mata, netranya mendapati Zeff yang sudah berpakaian lengkap dan lebih sopan, kemeja hitam lengan panjang dan celana chino warna sama.
Refleks tangan mengusap dadanya menunjukkan kelegaan dengan nyata, Zeff tersenyum mendapati kepolosan Melody.
Zeff ke arah cermin sambil berkata, “diiiih segitu paniknya, pikiran udah kotor aja, diiih...”
Zeff sengaja meledek Melody biar cewek itu secepatnya menjadi tenang.
“Ihh siapa yang gak panik coba dikunciin pintu berdua aja di sini,” rajuk Melody menahan malu.
“Ehh, Melow… perasan dulu kita tidur seranjang kamu gakpapa?” Zeff berkata santai sambil menyisir rambutnya. Jujur akibat dari sikap Melody otak nakalnya sekarang mulai berpikir tentang mengambil kesempatan.
“Ihhh, itu dulu kan, ada kak Nada juga, kita bertiga kan di kamar… apa sih ngungkit-ngungkit cerita kayak gitu,” sanggah Melody kikuk.
Ingatan tentang bagaimana Melody yang tidak sungkan memeluk dirinya atau sekedar menempel bermanja padanya membuat Zeff mengulas senyum kecil.
Di masa itu, setiap ada moment keluarga mereka akan kumpul entah di rumah atau di sebuah tempat wisata. Jika para orang tua asyik mengobrol biasanya anak-anak akan melakukan sesuatu bersama, Melody pasti akan berada di antara dua cowok yaitu Zeff dan Nada. Pada masa itu Nada dan Zeff sama saja untuk Melody, kakak yang perhatian, yang mengikuti dan mengabulkan apa yang dia minta.
“Seingatku dulu kamu suka tidur di antara aku dan Nada, alasannya takut, padahal… jangan sok polos sekarang ya?” Zeff masih melanjutkan godaannya.
“Apa sih Anyaaa, bukain pintu ahh!” Sekarang Melody teriak dengan jengah.
Dia juga ingat kelakuannya dulu dan sekarang menjadi begitu memalukan. Ternyata mereka sedekat itu dulu, pantas saja dia tidak canggung berdekatan dengan Zeff sekarang. Hanya berdua di kamar ini yang terasa mengganggu, sekarang tidak boleh sebab hubungan yang ada memungkinkan Zeff melakukan tindakan lebih, sementara Melody setiap berpacaran punya batas untuk afeksi cowok pada dirinya, kiss hanya boleh jidat sama pipi, sebatas pelukan singkat atau pegangan tangan.
“Hahaha…” Emang aku bisa berlama-lama di sini berdua kamu, ihh gemes kan. Zeff segera berjalan ke pintu sambil menentramkan diri, membukanya lalu di luar kamar…
“Mana kunci mobil, aku yang nyetir,” tegas Zeff. Tangan dengan sigap mengambil kunci yang ada di genggaman Melody.
Melody jadi ingat tujuannya hendak ke mana, bagaimana menjelaskan pada Zeff, apa tanggapan Zeff? Apa Zeff akan meledeknya atau justru mempermalukan dirinya? Apa yang menunggunya di sana? Ada firasat bahwa itu bukan sesuatu yang baik, tapi Zeff terlanjur tahu, dan akan aneh jika membatalkan sekarang, sementara di sudut hati yang lain ada rasa penasaran yang mendorong niatnya menjadi kuat.
Aduuuh, kenapa malam ini hidup jadi memalukan seperti ini?
.
.
🐧
.
Hai... Hai.
Ingin menulis saja, karena saat gak menulis otak jadi kaku hahaha. Semoga berjalan lancar. Walau pembaca cerita Aby makin berkurang, hiks, mungkin karena Aby yg gak konsisten menulis, banyak absennya, suka vacuuum lama. Terima kasih utk pembaca semua yg masih mencari dan membaca cerita Aby 🙏😇
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Bunda Titin
aku selalu setia padamu Aby sayang,. kamu selalu jd penulis favoritku.........maaf untuk yg satu ini aku lambat meresponnya..........selalu semangat ya .........💪🏻💪🏻💪🏻🙏😊🥰
2024-04-15
1
ein
semangat Aby sayanggg..
2024-03-24
1
Sri Astuti
ayo sist .. nulis yg banyak😁😘
2024-03-12
0