Mencintai Mantan Kakak Ipar

Mencintai Mantan Kakak Ipar

Bab 1

Pertemuan perdana antara Yuna dan Marvin di sebuah cafe setelah mereka lama berpisah.

"Sudah ku duga, ini adalah takdir, mas Marvin!" Menatap wajah Marvin dengan penuh kepercayaan, gadis itu terlihat sumringah.

"Apa?" respon Marvin dengan ekspresi bingung ia menatap Yuna.

"Kau bilang apa tadi?" Pria itu mencoba memastikan.

Yuna menyipitkan mata, menatap marvin,

"Kau... Pasti sudah melupakannya kan?" ucapnya.

"Apa maksud mu? Siapa yang kau maksud?" tanya balik Marvin.

"Yuri!" tegas Yuna.

"Kenapa kau menanyakan itu? Mau aku sudah lupa atau tidak, itu urusanku," jawab Marvin.

Yuna menghela nafas dan mendekatkan wajahnya, menatap mata Marvin dengan penuh perasaan ia mengatakan pada pria dewasa yang di depannya itu,

"Aku mencintaimu!"

"Ha?" Marvin bingung apa motif mantan adik iparnya itu mengatakan hal tersebut. Mereka terdiam dan saling menatap. Di tambah lagi dengan alunan musik yang terhenti menambah suasana cafe tempat mereka bertemu menjadi hening.

***

"Bukan kah kau sekolah di London? Mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa kembali?" lanjut nya.

"Mendengar kau bercerai, membuatku semangat untuk kembali, mungkin ini sudah takdir kita," ujar Yuna.

Wajah Marvin tampak masam mendengar kata takdir yang terus keluar dari mulut Yuna. Tetapi, ia mencoba untuk tetap menanggapinya dengan santai.

Sambil menyeruput kopinya ia mengatakan,

"Tentu saja, mungkin kau merasa tidak nyaman,"

"Apa?" Dengan ekspresi bingung, Yuna menoleh.

"Maksud ku, di rumah kau selalu manja. Tiba-tiba ke luar negeri. Kau pasti tidak terbiasa dengan kehidupan di sana, seperti bahasa, makanan, dan lainnya," jelas Marvin.

"Jika ingin, tidak apa-apa, keluarkan saja semua keluh kesah mu, aku akan mendengar nya," tambah Marvin. Pria itu mencoba berdialog keluar dari topik takdir.

"Keluh kesahku hanya satu, kenapa aku tidak bisa berhenti mencintaimu," Yuna mengalihkan pandangannya. Marvin terdiam mendengar perkataan mantan adik iparnya itu, lalu menghela nafas.

Marvin menegaskan Yuna tidak boleh bermain-main dengan orang seperti Marvin. Apalagi dengan kata cinta.

"Kau ini paham tidak apa yang kau katakan tadi?"

"Aku ini seorang pria berusia 30 tahun sementara kau masih 17 tahun. Berhentilah bergurau dengan orang tua sepertiku!" tegas Marvin menatap tajam mata Yuna. Sungguh, pria itu merasa kesal berhadapan dengan gadis bau kencur seperti mantan adik iparnya.

"Umur hanyalah angka! Di masa kini, sudah banyak pasangan suami istri yang usianya terpaut jauh! Dan satu lagi, aku sudah bukan anak kecil lagi, usiaku sudah 19 tahun. Ingat itu 19 tahun bukan 17! Sudah legal menikah di KUA," sentak Yuna dengan nada kesal. Untung saja cinta, jika tidak gadis itu mungkin akan menghajar Marvin karena menyebutnya anak kecil.

Pria berusia 30 tahun itu menghela nafas,

"Sejak kapan?"

"Sejak saat itu," jawab Yuna

Marvin mengerutkan dahi, ia tidak tahu kapan tepatnya Yuna mulai menyukainya. Ia pun berpikiran bahwa Yuna mulai menyukainya sejak ia menjadi suami Yuri, kakak kandung Yuna.

Yuna Callista Elbert merupakan putri kedua dari keluarga Elbert, salah satu keluarga kaya di kota. Ayahnya, Pak Elbert Calliega bekerja sebagai Rektor Universitas dan kakaknya yang merupakan mantan istri Marvin merupakan seorang designer berbakat yang karyanya sudah banyak di gunakan model-model internasional. Sementara untuk Ibu mereka, beliau meninggal ketika melahirkan Yuna.

"Apa kau menyukaiku saat aku menjadi suami kakakmu?

Yuna tersenyum dan menjawab, "Lebih tepatnya sebelum Mas Marvin jadi suami kakakku,"

"Bagaimana bisa?" Menatap bingung.

"Kau ingat, bagaimana kita pertama kali bertemu?" ucap gadis berambut pendek itu.

Marvin pun mengingat-ingat. Seingatnya, ia pertama kali bertemu Yuna 3 tahun yang lalu, tepat di hari dirinya di jodohkan oleh Yuri. Marvin melirik Yuna, ia sama sekali tidak ingat.

"Sepertinya aku dilupakan," sahut gadis itu yang melihat ekspresi bingung Marvin.

"Lantas, kau mau aku berbuat apa?" Marvin bertanya. Sepertinya dia berusaha untuk terlihat santai, sembari menyeruput kopi dia menatap Yuna.

"Aku mau kau tanggung jawab!" Dengan tatapan polos, Yuna melipat tangannya sambil tersenyum tipis.

Perkataan itu tentu membuat Marvin tersedak kopi yang sedang ia minum.

"Apa?" Marvin mengerutkan dahi, pria itu sekali lagi memastikan ucapan Yuna.

"Tanggung... Jawab...," eja Yuna dengan tatapan mata tajam ke arah Marvin.

Glek

Marvin menelan ludah. Tidak hanya Marvin yang terkejut, tetapi pengunjung cafe di sekitar mereka pun juga ikut terkejut. Sudah jelas, bahwa mereka mulai membicarakan dirinya dengan Yuna. Namun, Marvin tidak mempedulikan nya.

"Apa yang kau katakan? Apa aku menghamili mu?" celetuk Marvin.

"Apa kau merasa pernah tidur denganku? Lagi pula aku tidak keberatan jika kau yang menghamili ku!" respon Yuna.

"Sudah cukup! Jangan bertidak seperti gadis murahan!" cetus Marvin. Pria itu benar-benar naik darah menghadapi Yuna.

Marvin lalu menyuruh Yuna untuk pulang. Ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan mereka karena sudah terlalu muak dengan perkataan Yuna. Pria itu tidak habis pikir jika mantan adik iparnya akan memiliki perasaan padanya.

Tetapi, sekeras apapun Marvin menyuruhnya pulang. Yuna sama sekali tidak bergerak dari tempat duduknya. Yuna mengatakan bahwa sekarang di luar sedang hujan. Ia tidak membawa payung.

Marvin pun menghela nafas. Akhirnya pria itu memutuskan untuk mengantarnya pulang. Namun, ketika berada di luar cafe, tiba-tiba Yuna menarik tangan Marvin mengajaknya bermain hujan.

"Apa kau gila!?" sentak Marvin di tengah hujan.

"Aku memang gila, dan itu semua karena mas Marvin,"

Marvin segera melepas tangannya yang di gandeng Yuna. Tidak berhenti di sana, Yuna kembali berulah, ia langsung memeluk tubuh Marvin dengan erat.

"Apa-apaan kau ini, lepaskan!" ucap Marvin memberontak mencoba melepaskan pelukan Yuna.

Yuna terus melawan sekuat tenaga untuk tetap memeluk Marvin.

"Menyebalkan bukan?" ucapnya sembari menatap Marvin dengan pelukan nya.

"Kau ini?! Bisa tidak bersikap lebih sopan dengan orang tu-," ucapan Marvin terhenti karena bibir Yuna yang tiba-tiba menempel di bibir nya. Marvin yang tadinya menolak, kini cenderung menikmati sentuhan bibir Yuna di tambah lagi dengan derasnya hujan yang membuatnya semakin bergairah.

Namun, ketika Marvin membuka mata. Marvin langsung mendorong tubuh Yuna hingga membuat Yuna menjauh dari tubuhnya.

"Sudah cukup! Jangan pernah muncul lagi dihadapan ku," ucap Marvin mengusap bibirnya dan langsung meninggalkan Yuna. Pria itu melangkah sembari menggerutu, perasaannya benar-benar kesal.

Bisa-bisanya dia mempermainkan ku, aku benar-benar tidak tau pemikiran bocah jaman sekarang, batinnya.

Saking asyiknya menggerutu, ia pun lalu tersadar jika Yuna tidak bersuara. Ia pikir Yuna malu dengan perbuatannya. Namun, ketika Marvin menoleh ke belakang. Ia melihat Yuna yang sedang terbaring di tanah, awalnya ia mengira itu adalah taktik Yuna agar dirinya kembali. Tetapi setelah beberapa menit, ketika Marvin akan masuk ke mobil ia melihat tubuh Yuna masih di posisi yang sama.

Next >>>

Terpopuler

Comments

Atha Diyuta

Atha Diyuta

aku mampir ka

2024-04-04

0

Atha Diyuta

Atha Diyuta

bagaimana jika kknya tau kalau adiknya mncintai suaminya dulu

2024-04-04

0

Atha Diyuta

Atha Diyuta

ohh adik macam apa ini

2024-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!