"Kenapa dia tiba-tiba membahas itu? Huh, jika dipikir-pikir memang sudah lama," gerutu Leo dalam hatinya. Saat perjalanan pulang tiba-tiba juga ia teringat Yuna yang sangat menyukai Marvin. Leo juga mengingat perkataan Yuri bahwa ayahnya dan dirinya akan memasukkan Yuna ke universitas itu di kelas pariwisata. Jadi, niat sebenarnya adalah untuk menginfokan kepada Leo agar ia bersedia untuk mengawasi Yuna saat ia di universitas. Leo pun menghela nafas dan melanjutkan perjalanannya.
***
"Apa?! Kenapa kalian seenaknya memasukkan ku kesana?" Teriak Yuna kesal mendengar penjelasan sang ayah.
"Apa kau berniat tidak kuliah? Lagipula disana ayah bisa langsung mengawasi mu!" tegas sang ayah.
"Marvin dan Leo juga akan bekerja sama," sahut sang kakak.
Mendengar nama Marvin, Yuna menjadi sedikit tenang.
"Aku tidak keberatan jika harus kuliah di sana. Tetapi, kenapa kelas pariwisata? Yuna menatap ayah dan kakaknya.
"Jaman sekarang peluang kerja di pariwisata sangat terjamin, itu juga cocok untukmu Yuna!" jelas sang kakak. Ia juga menambahkan bahwa di kelas itu Leo juga bisa langsung mengawasi nya.
"Tapi aku ingin masuk kelas sastra?" Gadis itu membantah. Ia berniat untuk masuk kelas sastra agar bisa sering bertemu dengan Marvin. Namun, sang ayah dan kakak mengatakan bahwa mereka akan khawatir jika Yuna tidak tahan dengan materi kelas sastra mengingat dirinya dari dulu sangat kewalahan mendapat tugas bahasa dan nilainya selalu dibawah rata-rata. Jadi, untuk menghindari itu, ayah dan kakak Yuna sepakat memasukkan Yuna dalam kelas pariwisata. Yuna pun tidak bisa membantah lagi keputusan terakhir ayahnya.
Gadis itu kembali masuk ke kamarnya dan langsung berbaring, matanya menatap langit-langit kamar hingga membuatnya ketiduran. Beberapa saat kemudian, ia terbangun. Badannya masih santai rebahan karena pikir nya hari ini ia tidak ada kegiatan apapun. Yuna pun mengambil ponselnya dan melihat-lihat foto di galeri. Yuna kembali mengenang dirinya saat di luar negeri karena foto-foto tersebut dan tanpa sengaja sampai di foto saat sang kakak menikah dengan Marvin.
Gadis itu dengan tenang menatap lama foto itu melihat dirinya yang tampak cantik berdiri di sebelah sang kakak. Yuna menghela nafas dan mengatakan,
"Saat itu, aku masih menjadi pengecut," lirihnya dengan senyuman tipis yang kemudian berubah datar.
"Tapi kali ini, aku tidak akan mengalah, setidaknya aku harus berusaha!" monolognya menyemangati dirinya sendiri.
Tidak lama, ia pun teringat bahwa hari ini adalah hari keduanya berkencan dengan Marvin, mengingat waktunya terbatas, Yuna tidak ingin satu hari ia lewatkan secara sia-sia. Ia mengirim pesan kepada Marvin untuk bersiap makan malam bersamanya. Namun, dilihat nya tetap belum dibalas oleh Marvin padahal di baru saja terlihat aktif.
Karena sudah lama menunggu, gadis itu tidak sabar dan memutuskan untuk mengajaknya secara langsung. Tanpa pamit, ia pun segera keluar menuju ke rumah Marvin. Sampainya di sana, Yuna merasa bahwa rumah Marvin masih terlihat sepi, lalu ia mencoba untuk membunyikan bel rumah beberapa kali. Namun, tetap saja tidak ada yang membuka kan pintu sehingga ia memutuskan untuk tetap menunggunya di sana.
Beberapa saat kemudian, terlihat Marvin yang akhirnya pulang. Tetapi, wajah Yuna yang tadinya tersenyum melihat pujaan hatinya pulang kini meredup. Yuna pun terdiam melihat ternyata Marvin sedang bersama sang kakak. Melihat ekspresi Marvin bersama Yuri, dirinya merasa sedikit iri.
"Tersenyum lagi? Dia selalu menunjukkan senyuman itu kepada orang lain, tapi tidak pernah denganku," gumam gadis itu sambil menatap keduanya berjalan ke arahnya.
Gadis itu juga teringat kata-kata Marvin yang sedikit menusuk hatinya,
"Aku mencintai Yuri." Sakit? Tentu saja, namun Yuna tetap mengabaikan rasa sakitnya itu.
"Yuna?" panggil Yuri yang melihat adiknya itu terdiam di depan rumah Marvin. Yuna menatap ke arah Marvin yang tampak dingin terhadap nya.
"Kenapa disini malam-malam begini?" tanya wanita berusia 28 tahun itu.
"Kakak sendiri?" tanya balik Yuri sambil memikirkan alasan untuk diberikan kepada sang kakak.
Yuri langsung merangkul lengan Marvin dan mengatakan bahwa dirinya dan Marvin baru saja selesai makan malam bersama. Marvin yang tidak nyaman mencoba melepaskan rangkulan itu, namun Yuri tetap menguncinya. Yuna yang melihat itu merasa sedikit cemburu namun dirinya telah berjanji tidak akan menyia-nyiakan 15 hari nya.
"Ini tidak adil!" teriaknya dengan berjalan cepat ke arah pasangan itu dan langsung ikut merangkul lengan Marvin yang satunya.
"Kenapa kau hanya mengajak kakakku, mas Marvin!" ujar Yuna menatap Marvin.
"Yuna! Apa maksud mu!" sentak Yuri. Wanita itu tidak habis pikir dengan kelakuan dan ucapan sang adik. Perasaan Yuna sedikit kecewa saat kakaknya berbicara lantang di depan orang yang ia sukai. Yuna pun melirik Marvin dan ya, Marvin tetap tampak tak acuh dengan hal tersebut.
"Maafkan aku,"Sambil melepas rangkulan tangannya.
"Aku hanya merasa kesepian, kau tidak masak tadi. Aku pikir, aku akan mengajakmu untuk mencari makan ternyata kau tidak di rumah, dan aku terpaksa keluar sendiri," lanjut Yuna menjelaskan kepada sang kakak.
Yuri pun menghela nafas dan meminta maaf kepada Yuna. Karena merasa bersalah, Yuri mengajak Yuna untuk mampir ke rumah Marvin, dirinya berniat memasakan sesuatu untuk adiknya itu.
Dan setelah mereka berada satu rumah. Di saat Yuri sibuk memasak, Yuna diam-diam masuk ke kamar Marvin, di sana ia langsung menyerang Marvin dengan menempatkan pria itu diantara tembok dan badannya yang membuat Marvin terkunci. Yuna pun mulai mengomelinya.
"Tidak kah kau ingat bahwa seharusnya kau berkencan dengan ku? Seharusnya kau mengajakku bukan dia!" ucap Yuna menatap tajam pria di depannya.
"Bukan aku! Kakakmu lah yang memintaku untuk menemaninya," bantah Marvin dengan wajah yang terlihat lelah.
"Seharusnya kau menolaknya! Satu hari ku jadi sia-sia karena tidak bersamamu! oceh Yuna dengan nada kesal. Gadis itu kini tidak ragu-ragu mengungkapkan kecemburuan nya kepada Marvin.
"Lantas apa sekarang masih sia-sia?" lirih Marvin yang langsung menempelkan bibir nya ke bibir Yuna hingga membuat Yuna kaget dan terdiam. Dirinya tidak percaya Marvin melakukan itu.
"Ku harap dengan itu omelan bodoh mu terselesaikan! Sekarang cepatlah keluar, maafkan aku tapi aku sangat lelah hari ini. Beritahu kakakmu juga untuk segera meninggalkan rumahku!" jelas Marvin sambil melangkah menuju kasurnya. Marvin merasa sangat lelah hingga ingin cepat-cepat tidur. Itu ia lakukan agar Yuna cepat diam tak tak menggangunya lagi.
Yuna pun keluar kamar, dia berjalan pelan sambil memegangi bibirnya.
"Apa ini mimpi?" monolog gadis itu dengan lamunannya sehingga membuatnya menabrak sebuah meja yang ada di depannya. Yuri yang mendengar suara gemuruh itu langsung berlari menghampiri.
"Ada apa Yuna?" tanya Yuri yang sedikit panik campur penasaran.
"Oh tidak ada apa-apa, hanya tidak fokus saja jadi gak kelihatan ada meja," jawab Yuna.
Next >>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Jumli
Marvin apa-apa sih.
kok malah gitu, kalau dia memang ingin dengan Yuri yaaa jangan ngasih harapan ke Yuna😤😤😤😤😤😤😤😤😤
2024-03-19
0
Jumli
kenapa nggak jujur aja sih sama Yuri, aku kok kaya nggak tega juga ya kalau jadi Yuri.
yaaa walau mereka sudah selesai dengan Marvin sebelumnya
2024-03-19
1
Jumli
Yun, aku turun kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa 🙏
2024-03-19
0