Bab 10

Tok... Tok... Tok...

Sekitar pukul 05.00 pagi Yuna mengetuk pintu rumah Marvin namun tidak ada respon begitu juga dengan bel rumah yang sudah ia bunyikan berulang kali. Sambil membawa bungkusan sarapan di tangannya, Yuna menunggu di depan pintu hingga tak terasa waktu sudah mendekati pukul 07.00.

Yuna mencoba menelpon dan mengiriminya pesan namun ponsel Marvin terlihat tidak aktif. Menyerah karena lelah menunggu selama beberapa jam, Yuna memutuskan untuk mengecek nya ke tempat kerja Marvin. Jika ternyata Marvin belum ada berarti benar telah terjadi sesuatu pikirnya.

Namun, pikiran itu langsung sirna saat dirinya melihat Marvin yang sedang sarapan di kantin Universitas bersama dengan dosen wanita rekannya. Yuna yang melihat itu hanya diam menyaksikan tawa senyuman Marvin yang tidak pernah ditunjukkan di depannya.

"Mereka sangat akrab bukan?" batin gadis itu yang mulai murung. Ingin sekali Yuna menghampiri mereka dan marah di depan Marvin namun ia sadar bahwa itu berada di lingkungan kerja Marvin, tidak baik bagi nya untuk emosi disana. Walaupun masih terlihat sepi saat itu karena kelas baru dimulai pukul 08.00 jadi belum ada banyak mahasiswa yang datang. Namun, Yuna lebih memilih untuk mengalah dan berniat untuk kembali. Dan ketika ia berbalik badan,

"Yuna!" Terdengar suara seseorang memanggil nya dari jarak sedikit jauh.

Yuna menoleh ke arah suara itu dan ternyata Leo lah yang memanggilnya.

"Leo?" Dirinya melihat Leo yang berlari ke arahnya.

"Apa yang membuat seorang Yuna kesini pagi-pagi?" canda Leo.

"Em-" Leo melihat tangan Yuna yang membawa sebuah bungkusan makanan.

"Tadi aku sempat ke rumahnya namun tidak kunjung di bukakan pintu jadi ku coba cek disini," ucap Yuna.

Leo pun membalas,

"Ah ya, dia tidak pulang. Semalam menginap di rumahku," jelas Leo.

Tiba-tiba terdengar suara gurauan.

"Apa kau tau juga? Ceritanya memang seperti itu hahaha." Leo menoleh ke arah Marvin karena mendengar suara gurauan mereka dan kemudian kembali menatap Yuna.

"Apa kau berniat memberikan nya?" ucap Leo sambil matanya mengarah ke makanan itu.

"Oh, tadinya begitu. Namun, seperti nya dia sudah kenyang," Sambil tersenyum Yuna kemudian bahwa dirinya akan pulang. Ketika berbalik, Yuna tiba-tiba menghentikan langkahnya,

"Leo, apa kau sudah sarapan?" Yuna kembali berbalik menanyai Leo.

"Hm... Jika belum maukah kau menghabiskan nya bersama ku?" ujar Yuna yang menawarkan makanannya kepada Leo.

"Bolehkah?" tanya Leo.

Yuna pun tersenyum dan mengajaknya duduk untuk makan bersama.

***

(Jam pelajaran berlangsung)

"Oke anak-anak jadi Daya Tarik Wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman alam dan budaya yang menjadi sasaran wisatawan," Tampak dosen Leo yang sedang menjelaskan di kelasnya.

"Ada beberapa obyek dan daya tarik wisata, jadi sekarang saya ingin kalian cari apa saja macam-macam obyek dan daya tarik wisata tersebut, saya beri waktu 5 menit untuk mencari nya. Yang sudah ketemu angkat tangan," ucap pak dosen.

Sambil menunggu muridnya, Leo sempat termenung. Ia teringat perkataan Yuna tadi pagi.

"Kau tau, ini pertama kalinya aku memasak. Aku menaruh banyak perasaan di dalam makanan ini namun pada akhirnya tidak tersampaikan, aku akan berusaha selama 15 hari ini," ucapan Yuna tadi sambil tersenyum.

Perkataan Marvin pun lalu muncul dipikiran nya.

"Memilih gadis itu adalah sebuah kebodohan," ucap Marvin.

Leo pun menghela nafas, ekspresi nya nampak sedih dan kemudian bergumam dalam hati,

"Ku harap kau tidak kecewa nantinya, Yuna,"

"Pak!" Seorang murid mengacungkan tangannya.

"Baik, silahkan!" ucap Leo.

"Macam-macam obyek dan daya tarik wisata. Pertama ada Alam yang meliputi flora fauna, keunikan atau kekhasan, gejala alam, dan budidaya. Kedua, ada sosial budaya seperti museum. Ketiga ada minat khusus seperti mendaki gunung," jelas seorang muridnya itu.

"Bagus, terima kasih!" ucap Leo.

"Untuk pengertiannya, kalian bisa lanjut explore sendiri ya, pemirsa." lanjut Leo memberitahu kepada kalian wahai para pembacaku, hehe.

***

Selesai mengajar, Leo kembali ke ruangannya. Dirinya melihat Marvin yang tampak bersantai di mejanya.

"Apa kau baik-baik saja, kawan?" sapanya sembari menepuk bahu sahabatnya itu.

"Apa?" respon Marvin.

"Pasti sulit menjalani hari-hari bersama kedua saudara itu, hahaha," celetuk Leo.

"Kau benar, agak sulit. Tapi aku tidak terlalu memikirkan nya." Mendengar jawaban Marvin, Leo sedikit merasa khawatir terhadap Yuna.

"Kau tau, gadis itu tadi pagi kesini. Dia berniat memberikanmu sarapan." Leo mencoba memberitahu.

"Lalu?"

"Aku memakannya dengannya," jawab Leo.

"Baguslah, coba lah untuk lebih dekat dengannya, aku tak masalah," ucap Marvin.

"Ch... Apa kau sama sekali tidak memikirkan perasaan nya?" Leo merasa sedikit kesal mendengar ucapan itu.

***

Kini telah waktunya untuk pulang, saat Leo akan melangkah keluar pagar kampus. Ia melihat seorang wanita bersandar di depan mobilnya sambil menunggu seseorang. Wanita itu pun melihat Leo dan akhirnya menyapanya.

"Leo!" panggil wanita itu sambil melambaikan tangan.

Leo mengerutkan dahi dan memajukan pandangannya ke arah wanita itu. Pria itu pelan-pelan mendekat.

"Yuri?" ucapnya saat mengetahui bahwa wanita yang menunggu nya itu adalah Yuri.

"Apa waktumu luang sekarang?" tanya Yuri.

"Tumben?" Leo terheran.

"Ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," ucap Yuri.

Leo pun bersedia ikut Yuri. Wanita itu mengajak Leo ke sebuah rumah makan untuk berbicara. Dirinya menatap Yuri dengan pandangan penuh pertanyaan.

"Jadi, apa ini tentang Marvin?" Leo mulai bertanya.

"Sepertinya nanti ada," jawab Yuri.

"Sepertinya?" Leo semakin penasaran dengan topik yang akan dibahas oleh Yuri.

"Oke, sepertinya kau terlihat tidak sabar. Apa Yuna sudah tau?" Yuri menatap intens Leo.

"Agni Leo Putra Laksa," lanjut wanita itu yang membuat Leo terkejut karena Yuri menyebut nama aslinya. Ini adalah interaksi pertama nya dengan Yuri. Terlebih lagi, topik Yuri yang seperti nya akan membahas sesuatu yang telah ia sembunyikan dari semua orang jadi wajar jika Leo kaget.

"Tau apa?" tanya balik Leo.

"Tidak ada gunanya kau menyembunyikan nya dari aku, Leo. Apa kau lupa aku ini kakaknya?" tegas Yuri yang semakin intens tatapan mata nya.

Leo pun menatap lama wajah Yuri dengan ekspresi berubah menjadi datar.

"Sepertinya kau sudah paham, tidak sia-sia kan kau jadi dosen," celetuk Yuri tersenyum tipis.

"Dari tingkah kalian, aku bisa menebak bahwa kau masih menyembunyikan nya, apa kau tidak takut?" lanjut Yuri.

"Tidak ada yang membuatku takut. Aku pasti akan memberitahukannya nanti," Leo membantah.

"Kenapa kau sangat ingin aku memberitahukannya?" lanjut nya kepada wanita itu.

"Kenapa kau menyembunyikan nya?" Yuri berbalik bertanya.

"Aku tidak berniat menyembunyikan nya, aku hanya menunggu waktu. Dan itu tidak sekarang!" cetus Leo yang mulai terpancing emosi.

Next >>>>

Terpopuler

Comments

Oksigen TW

Oksigen TW

Penasaran sama Yuri dan Leo🤔

2024-03-18

0

Tuan putri

Tuan putri

Leo, cepat ambil aja Yuna. Lebih cocok sama kamu

2024-03-06

0

🌼EmeLBy🌼

🌼EmeLBy🌼

pinisiriiiin thoir

2024-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!