Keesokan pagi nya, Yuna keluar rumah berolahraga untuk mencari udara segar.
'Tidak, aku masih belum tau kapan mereka akan memulai acara pernikahan ulang itu, jadi kemungkinan aku masih ada waktu untuk berusaha,' gumam dalam hati Yuna sembari berlari kecil.
Tidak hanya itu, Yuna juga mengingat perkataan Marvin yang selalu menyebut nya gadis kecil.
'Huh, gadis kecil? Jadi bagimu aku ini hanyalah gadis kecil...,' lanjut batinnya.
"Chh, baiklah. Mulai sekarang, akan ku tunjukkan sisi dewasaku," monolognya sambil mempercepat lari.
Sampai nya di rumah, Yuri menyuruh Yuna untuk sarapan, namun sang adik menolak dan bergegas untuk mandi. Selesai mandi Yuna segera keluar rumah. Yuri yang mengetahui itu bertanya,
"Mau kemana kamu?"
Adiknya pun tidak menghiraukan nya dan langsung pergi saja membawa motor.
***
Malam hari nya, Yuri mendapati kamar Yuna yang masih hening, karena penasaran dirinya membuka kamar adiknya itu, dan ya tidak ada Yuna di kamar. Kemudian, Yuri menatap jam dinding yang tertempel di dinding kamar Yuna menunjukkan pukul 22.00. Yuri panik, ia mencoba menghubungi namun ponsel Yuna tidak aktif. Akhirnya dirinya menghubungi Marvin.
"Marvin! Yuna belum pulang. Anak itu biasanya jam segini udah di rumah, tolong aku!" pinta Yuna. Wanita itu tetap merasa khawatir, ia takut jika nantinya adik nya itu tersesat.
Mengapa demikian?
Karena, walaupun terkesan aktif, tetapi Yuna sama sekali tidak pernah pergi keluar rumah untuk bermain. Saat SD dan SMP dia selalu diantar jemput oleh bis sekolah. Sekalinya ada pekerjaan kelompok, Yuna selalu meminta teman-teman nya lah yang datang ke rumahnya. Benar-benar lebih asik di rumah ketimbang bermain di luar, bahkan dirinya tidak tahu banyak tentang rumah kawan-kawan di sekitar. Saat SMA pun bisa dibilang ia menghabiskan banyak waktunya di luar negeri.
***
Marvin menghela nafas atas apa yang dilakukan Yuna, dengan terpaksa akhirnya dia mengatakan akan mencarikan Yuna di luar.
Dirinya mencoba bertanya kepada Leo, namun Leo sama tidak tahu nya di mana Yuna. Tentu, hal itu juga membuat Leo panik. Ia takut jika Yuna melakukan hal-hal yang buruk akibat kabar kemarin.
Mereka semua menjadi berpencar untuk mencari Yuna. Yuri pergi ke sekitar rumah, sementara Marvin dan Leo juga mulai mencari di lokasi-lokasi dekat rumah mereka.
Hingga beberapa jam kemudian,
"Marvin, bagaimana?" tanya Yuri lewat telepon.
"Aku masih belum menemukan nya," Marvin menjawab dengan terengah-engah.
"Bagaimana dengan Leo?" lanjut wanita itu.
"Akan ku hubungi." Telepon pun langsung di matikan dan beralih menghubungi Leo.
"Bagaimana?" tanya Marvin.
"Belum," jawab Leo.
"Gadis itu memang benar-benar merepotkan!" Marvin menggerutu, pria itu tampak kesal karena sikap Yuna dinilainya tidak dewasa sama sekali.
Sementara, Leo yang mendengarkan ocehan Marvin pun teringat kenangan masalalu nya dimana Yuna pernah mengatakan bahwa ada satu tempat favorit nya di dekat bangunan SD di sana, ia pun mencoba menebak di suatu lokasi.
"Oh tunggu, aku akan mengecek satu lokasi, semoga saja dia disana," Leo langsung mematikan panggilannya.
Dengan segera ia menuju ke sebuah taman dekat bukit di dekat sekolah SD. Leo berharap Yuna ada di sana.
Sampainya di sana, perasaan Leo menjadi lega ketika melihat sosok perempuan berambut pendek yang terikat sedang duduk diantara rumput-rumput kecil sembari memandang langit.
'Sudah ku duga kau kesini,' batinnya. Tempat ini memang cocok untuk menenangkan pikiran. Pemandangan sunset sore dan langit malamnya juga sangat indah.
"Apa tidak bosan memandang langit sendirian," ucapnya sembari menghampiri Yuna.
Yuna menoleh, "Leo?" Wajahnya tampak agak merah membuat Leo khawatir.
Leo menatap di dekat Yuna rupanya ada minuman sekelas alkohol. Terkejut dan langsung menasehati Yuna, karena menurutnya usianya masih anak-anak.
"Umur, umur, umur... Kenapa dengan umur? Apa aku salah mencintai orang dewasa seperti kalian?" lirih gadis itu sembari sedikit menangis.
"Kenapa hatiku begitu sakit saat melihat dia bersikap baik dengan kakakku, hari ini aku mencoba untuk menjadi orang dewasa agar bisa setara dengan mereka. Namun, gagal," jelas Yuna.
"Tidak semua, di masa muda itu menyenangkan. Adakalanya itu menyakitkan bahkan sangat menyakitkan, lagi pula kau tidak perlu memaksa dirimu, ikuti saja kata hatimu dan lakukan apa yang ingin kau lakukan, jadilah diri sendiri!" Leo membalas sambil ikut menatap langit yang hari itu penuh dengan bintang.
Yuna memandang Leo yang wajahnya menghadap langit,
"Kau benar, aku bodoh karena terlalu lemah," Yuna kembali menatap langit.
"Apa kau tidak menghawatirkan saudaramu yang sendirian di rumah itu?" lanjut Leo.
"Yuri adalah wanita hebat yang tidak perlu ku khawatir kan," jawabnya.
Leo pun mengirim pesan kepada Marvin bahwa Yuna sedang bersamanya saat itu. Dan Marvin juga langsung memberitahu Yuri. Hingga beberapa saat kemudian, Leo mengantarkan pulang Yuna pulang. Di dalam rumah, Yuna langsung disambut oleh sang kakak dengan tatapan mematikan.
"Yuna! Darimana saja kamu?" Yuri kesal menatap Yuna.
"Habis mencari udara segar," jawab gadis itu yang langsung masuk ke kamar tidurnya.
Yuri menghela nafas.
"Huhh, anak itu dari dulu memang begini," gerutunya yang juga kembali ke dalam kamarnya.
***
"Bagaimana kau bisa menemukan nya?" tanya Marvin kepada sahabatnya itu.
"Hanya firasat," Leo tersenyum tipis.
"Merepotkan sekali bukan?" Mencoba memprovokasi temannya itu. Namun, bukannya sependapat, Leo malah membela Yuna. Hal itu membuat Marvin beranggapan bahwa Leo menyukai Yuna.
Keesokan pagi nya, Yuri mengatakan kepada Yuna bahwa mungkin acara nikah mereka harus secepatnya di lakukan. Jika tidak, maka ia tidak akan bisa melanjutkan pekerjaan nya. Sang kakak mungkin akan melakukannya bulan depan tepat saat Yuna ulang tahun pada 15 Desember besok.
'Sisa tinggal 17 hari. Berarti aku masih ada waktu 17 hari lagi,' batin gadis itu. Yuna pun akhirnya tersenyum, dan tidak lama kemudian, Yuna bergegas keluar rumah.
"Mau kemana lagi?" tanya Yuri yang melihat adiknya keluar.
"Kali ini tidak akan lama!" balas Yuna yang langsung menancapkan gas sepeda motornya.
Hari ini ia berniat untuk ke rumahnya Marvin. Ia tidak peduli jika kakaknya akan menikah lagi dengan pria itu. Pikir Yuna, dirinya masih ada waktu untuk membuat Marvin jatuh cinta padanya. Dan tentu saja, kali ini Yuna tidak akan sesabar dulu.
"Tok... Tok... Tok...,"
Hari itu adalah hari libur, itu sebabnya Marvin pasti ada di rumah. Tetapi, pintu juga tak kunjung di buka. Ia teringat, bahwa saat libur maka Marvin akan tidur panjang di waktu pagi dan akan terbangun saat siang.
Tidak peduli akan waktu tidur Marvin, Yuna terus menggedor pintu dan membunyikan bel rumah Marvin terus menerus sampai Marvin membuka nya. Dan ya beberapa menit kemudian, Marvin membukanya dengan wajah marah. Pria itu semakin marah melihat ternyata Yuna lah yang mengganggu jam tidur nya.
Marvin pun segera menutup lagi pintunya namun tangan Yuna menghalanginya.
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," ucapnya sambil menahan pintu Marvin.
Aku pikir Yuna bakalan ngalah gengs... Ternyata aku salah, si Yuna malah makin ngegas. Yuk ikuti terus kelanjutan ceritanya Yuna, kira-kira si Yuna bakal ngelakuin apa ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Syifa N.B
semangat kak 💪
2024-03-06
1
Tuan putri
Yuna, kenapa kamu kekeh sekali dg Marvin 😭 pdhl udh jelas kmu ditolak mentah-mentah 🥲
2024-03-06
0
Jumli
awas ya Marvin, jangan galau kalau nanti si Yuna sudah lelah berjuang🤧
2024-03-04
2