Bab 3

"Kenapa ponsel Yuna bisa ada denganmu?" tanya Yuri. Wanita itu tentu terkejut mendengar suara mantan suaminya dari ponsel adiknya tercinta.

Tidak ingin basa-basi, Marvin langsung mematikan teleponnya. Kemudian, ia berniat untuk segera mengembalikan ponsel itu.

Marvin teringat saat dirinya mengambil ponsel dengan tergesa-gesa. Mungkin saat itu, ponsel Yuna juga berada di kamarnya. Karena mirip, jadi Marvin berpikir ia yang salah, karena salah mengambil ponsel miliknya.

Pria itu pun bergegas pergi untuk menukar ponselnya.

Ketika ia pergi, tiba-tiba ponsel Yuna berbunyi, sebuah notifikasi pesan di terima bertuliskan,

"Jika kau Marvin, bisa minta tolong jemput aku sekarang di bandara?" tulis pesan itu yang dikirim oleh Yuri.

Di dalam mobil Marvin menghela nafas. Ia terpikirkan untuk melihat-lihat ponsel Yuna karena ponselnya juga tidak bersandi. Ia hanya melihat-lihat galeri. Di lihatnya foto-foto berbagai macam ekspresi Yuna di sana hingga membuat Marvin tertawa kecil.

Sadar akan tawa nya. Marvin segera menutup galeri dan meletakkan ponselnya di kursi samping. Pria itu mengingat pesan Yuri yang tanpa sengaja ia baca karena notifikasi muncul di langit-langit ponsel. Marvin pun memutuskan untuk sekalian menjemput Yuri.

***

Sampainya di bandara, Marvin menghubungi Yuri lewat ponsel Yuna. Tentu Yuri terkejut dan segera menemui Marvin.

"Kenapa ponsel Yuna bisa ada bersamamu?" tanya Yuna sembari membuka pintu mobil.

"Sepertinya ponsel kita tertukar, tadi dia mampir ke rumahku sebentar untuk berteduh," jawab Marvin dingin.

"Berteduh?" Yuri curiga.

"Adikmu kehujanan entah dia darimana, aku tidak bertanya," jelas Marvin fokus menyetir.

Yuri mengangguk, "Lalu?"

"Aku akan menukar nya ke sana,"

"Itu sebabnya kau menjemput ku sekarang?"

"Iya," respon Marvin tanpa menatap Yuri sedikit pun.

"Hah, kau memang tidak pernah berubah Marvin!" celetuk Yuri. Wanita itu mulai mengungkit masalalu nya bersama Marvin tetapi Marvin tidak menghiraukannya, ia tetap fokus menyetir.

"Haaah, sudah 3 tahun kita menikah, entah kenapa kau tidak bisa jatuh cinta kepadaku, padahal aku sudah berusaha menjadi istri yang baik saat itu," gerutu wanita berambut panjang itu.

"Seharusnya mustahil bukan?" lanjut Yuri.

"Maafkan aku," balas Marvin dingin.

"Chh! Ya, kau memang seperti ini,"

Kini mereka telah sampai di rumah keluarga Elbert. Yuna. Yuri masuk bersama Marvin membuat Yuna terkejut.

"Kakak?" Matanya menatap Yuri lalu menatap Marvin.

"Aku menghubungi mu tadi, tapi ternyata ponsel mu ada bersamanya," ucap Yuri dan langsung menuju dapur.

"Sepertinya tadi aku salah ambil ponsel!" sahut Marvin sembari meletakkan ponsel Yuna di meja.

"Ah ya, tunggu sebentar!" Yuna mengambil ponsel di tasnya dan langsung memberikan nya kepada Marvin.

"Apa kau menceritakan semuanya?" bisik Yuna.

Dengan ekspresi datarnya ia mengabaikan pertanyaan Yuna.

"Yuna! Memangnya kau darimana sampai kehujanan?" sahut Yuri yang tiba-tiba datang membawa jus untuk mereka bertiga. Dirinya juga memaksa Marvin untuk duduk sebentar di rumahnya.

"Marvin bilang kau tadi kehujanan sampai mampir ke rumahnya," ujar sang kakak.

"Oh," Sembari melirik Marvin.

"Tadi dari perpustakaan, waktu di jalan pulang tiba-tiba hujan turun deras kebetulan berada di dekat rumah mas Marvin," jawabnya.

"Lalu?" lanjut sang kakak.

"Di rumah masih terdapat bajumu, jadi aku menyuruhnya mengganti baju memakai baju mu," sahut Marvin yang selesai menghabiskan jus nya.

"Oh, benar. Sedikit bajuku ada di rumahmu, syukur lah. Setidaknya kau tidak kedinginan," ujar Yuri menatap Yuna.

Yuna membalas dengan senyuman.

Rumah Marvin memang tidak jauh dari perpustakaan, dan itu cukup untuk meyakinkan Yuri. Tidak lama kemudian, Marvin berpamit untuk pulang.

***

Keesokan pagi nya, Marvin bertemu dengan Leo di Universitas. Marvin adalah seorang dosen sastra berusia 30 tahun. Ia di kenal sebagai dosen yang sangat tegas. Lain halnya dengan Leo, dia adalah dosen pariwisata tentu saja ia bersikap ramah. Usia juga lebih muda 3 tahun dari Marvin. Mereka bertemu saat kuliah dan menjadi teman baik hingga sekarang.

"Marvin!" Menepuk punggung Marvin.

"Kau kemarin kenapa?" tanya Leo.

"Kemarin?" Marvin bingung.

Leo menjelaskan bahwa kemarin dirinya bolak-balik menelepon Marvin. Beberapa diantaranya diabaikan, hanya sekali di terima, itupun hanya sedetik.

"Oh, maafkan aku. Kemarin ponselku sempat tertukar dengan seseorang," jelas Marvin. Seperti biasa, pria berkumis tipis itu selalu terlihat dingin.

"Tertukar? Dengan siapa? Bagaimana bisa?" tanya Leo kaget sekaligus penasaran.

Marvin menghela nafas, dan ketika akan menjawabnya tiba-tiba, ia dipanggil oleh salah satu staf mengatakan bahwa Rektor sedang mencari Marvin.

Mendengar itu, Leo segera menyuruh Marvin untuk menemui Pak Rektor.

***

"Kenapa harus saya pak?" tanya Marvin dengan ekspresi tidak senang.

Pak Elbert atau yang biasa dipanggil Pak Ega menjelaskan bahwa tidak ada orang yang bisa ia percaya dalam hal ini. Rupanya, beliau akan ada perjalanan bisnis dan sedang meminta tolong Marvin untuk mengawasi Yuna selama dirinya tidak ada di rumah. Tidak lama, itu hanya berlangsung selama seminggu.

Tentu Marvin menolaknya, "Kenapa tidak Yuri?" tanyanya. Pak Ega mengatakan bahwa Yuri juga akan ada perjalanan bisnis ke luar negeri dan berangkat sore di hari itu. Pak Ega terus menggunakan taktiknya (terlihat melas) agar Marvin bisa menerima permintaan nya. Dan benar saja, karena tak tega melihat atasannya putus asa, Marvin pun dengan berat hati menerima permintaan tolong sang rektor, tetapi hanya seminggu saja. Ia juga menegaskan bahwa setelah seminggu ia tidak akan peduli lagi dengan apa yang terjadi dengan Yuna.

Pak rektor mengiyakan ucapan Marvin. Setelah itu, Marvin kembali dengan raut wajah masam. Leo yang menyadari ekspresi kawannya itu bertanya,

"Kali ini kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Leo penasaran.

Marvin pun menceritakan semuanya. Leo yang mendengarnya tertawa cekikikan. Ia tidak menyangka temannya yang dingin mendapatkan pengakuan cinta dari seorang gadis kecil dan di suruh untuk mengawasi nya. Mencoba tidak percaya namun, ekspresi Marvin menunjukkan bahwa diri nya tidak berbohong. Leo pun menyemangati Marvin.

***

Sepulang bertugas, Marvin ingin segera pulang. Terapi saat melihat jendela, ia melihat Yuna sedang menunggu di gerbang Universitas dekat gedung kantornya. Marvin pun mengurungkan niatnya dan kembali duduk di tempatnya bekerja.

"Apa kau mau lembur?" tanya Leo.

"Tidak!" respon Marvin.

Mereka pun saling bertatapan.

"Aku ingin meminta tolong," ucap Marvin dengan serius.

"Apa?" jawab Leo.

"Bisakah kau membawa pergi gadis itu?" Sambil menunjuk ke arah luar jendela.

Leo pun melihat ke luar, "Siapa dia?"

"Yuna!" jawab Marvin.

"Oh gadis yang menyatakan cinta itu, anak kedua Pak Rektor?" ujar Leo.

Marvin mengangguk, ia berharap agar temannya itu setuju untuk membantu nya.

Akankah Leo setuju? Menurut kalian gimana?

Terpopuler

Comments

Tuan putri

Tuan putri

bisa-bisanya ketukar 🤣

2024-03-05

1

Jumli

Jumli

hadiah iklan untuk author supaya makin semangat 💪🤗

2024-02-28

1

Oksigen TW

Oksigen TW

Menurut saya Leo setuju, tapi ... Yuna sepertinya sangat keras kepala, dia yang tidak mau.

2024-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!