Bab 15

"Terlepas niat atau tidaknya, ayah tetap ingin menikahkan Yuna dengan Leo," sahut sang ayah yang membuat semuanya kaget.

"Ayah!!" lirih Yuna. Sambil mengepalkan tangan Yuna mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu.

"Kenapa kalian seenaknya mengatur kehidupan ku!"

"Yuna!" sentak sang kakak. Namun, Yuna tidak menghiraukan nya.

"Bukankah aku yang paling berhak mengambil keputusan? Jangan seenaknya-!"

"Jangan hanya memikirkan diri sendiri, Yuna. Tenanglah! Masih ada waktu untuk berpikir sayang. Pikirkan baik-baik dan putuskan nanti. Jika mereka serius dengan mu maka mereka akan menunggumu," sela sang ayah yang kemudian pergi dari tempat debat tersebut.

Suasana ruang tamu pun menjadi hening saat pak Ega meninggalkan tempat itu. Semuanya pun terdiam dan termenung. Sementara Yuna, dia merasa kesal dan berlari masuk ke kamarnya.

***

Selepas meninggalkan kediaman keluarga Elbert, Marvin dan Leo menuju ke suatu tempat. Kedua sahabat itu kini saling memandang intens di sebuah lapangan kosong dekat rumah Yuna.

"Kenapa kau tiba-tiba mengajaknya menikah?" Leo memulai pembicaraan.

Namun bukannya menjawab pertanyaan Leo, Marvin tiba-tiba menonjok wajah Leo hingga membuat Leo terkapar di tanah. Dengan wajah datarnya Marvin menarik kerah baju Leo dan mengatakan,

"Aku tidak akan mengajaknya menikah jika dari awal tau kau adalah tunangannya!" ucap Marvin. Leo membalas tatapan itu dan juga langsung menonjok wajah Marvin dan membuat tubuh Marvin menjauh dari tubuhnya.

"Lantas, apa kau mencintai nya?" tanya Leo dengan berdiri mendekati Marvin yang masih terkapar.

Mereka pun saling berkelahi dan menuntaskan emosi mereka masing-masing hingga mereka kelelahan dan wajah yang babak belur. Mereka pun duduk bersebelahan.

"Apa kau mencintai Yuna?" Kali ini Marvin yang bertanya.

"Jika aku tidak mencintainya maka aku tidak akan menunggunya," respon Leo sambil membenarkan kerah bajunya yang sudah di rusak oleh Marvin.

***

Pagi harinya, Yuna terbangun dengan santai. Ia mencoba meraih ponselnya yang terletak di meja tepat di sebelah kasurnya. Saat itu, ia juga langsung teringat perdebatan kemarin. Wajah Yuna kembali cemberut dan tubuhnya kembali lemas. Ia pun kembali membaringkan badannya dan menatap langit-langit kamar. Hatinya berbicara,

"Bagaimana ini, aku sangat bingung. Apa mas Marvin masih mau menikah denganku?"

"Hahh.. Aku juga tidak bisa menyalahkan Leo. Bagaimana pun juga dirinya telah menungguku selama itu,"

"Aku mencintai mas Marvin dan ingin menjadi istri nya. Tetapi, Leo... Aku merasa kasihan dengannya. Dan jika aku juga bersama Marvin, kakak pasti juga akan sedih. Semua orang seperti nya akan sedih jika aku menerima mas Marvin,"

Gadis itu tiba-tiba mengingat ayahnya. "Ch... Ini semua salah ayah!" monolog gadis itu sambil tangannya memukul kasur. Tidak lama kemudian, sang kakak memanggilnya.

"Yuna-!" panggil sang kakak sambil mengetuk pintu kamarnya.

Yuna terbangun dan membuka kan pintu. Sang kakak kembali mengingatkan bahwa hari ini adalah hari pertama nya untuk kuliah. Mata yang tadinya lesu kini melebar kaget karena ia benar-benar lupa akan hari itu. Dengan segera Yuna menutup pintu dan bergegas ke kamar mandi.

Di tengah persiapannya, ia tanpa sengaja mengingat bahwa ia akan satu kampus dengan Leo dan Marvin, tiba-tiba tubuh Yuna merasa lemas. Seperti tidak ada semangat untuk berangkat namun, pergi kuliah ini perlu untuk menunjang karir hidupnya. Sebenarnya Yuna belum siap bertemu mereka jadi ia akan berhati-hati di sana agar tidak bertemu dengan Leo dan Marvin.

***

(Di kampus)

Menunjukkan tatapan was-was Yuna tampak tergesa-gesa masuk ke dalam kelas. Sampainya di kelas Yuna sempat merasa tenang namun ketenangan itu hilang seketika saat dosen yang masuk kelas mereka pada hari itu adalah Leo.

"Aduh, aku lupa kalo ini kelasnya Leo, ishh kesalahan masuk kelas pariwisata!" batin Yuna sambil menutupi wajahnya dengan buku.

"Permisi, apa kau baik-baik saja?" tanya kawan yang duduk di sebelah nya. Melihat tingkah Yuna yang seperti itu membuatnya bingung. Dia seorang perempuan berambut pendek sama seperti Yuna, namun dia berkaca mata, nama nya Tiara.

"Ah ya tidak apa-apa," jawab Yuna yang sedikit tersenyum kepada gadis itu.

"Ini adalah kelas pertama kita, namaku Tiara. Namamu?" tanya Tiara sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan tangan.

"Oh iya, namaku Yuna." Yuna membalas jabatan tangan Tiara.

"Permisi! Gadis berbaju biru gelap dan gadis berkacamata sebelahnya, silahkan berdiri!" Dosen itu mengatakannya tiba-tiba dan membuat kedua gadis itu panik. Semuanya pun menatap ke arah mereka dan akhirnya Yuna dan Tiara dibuat berdiri oleh pak dosen.

"Apa yang kalian bicarakan berdua? Tidak bisakah kalian menghargai dosen kalian yang sedang berbicara di depan?" ucap Leo yang saat itu sedikit kesal dan sekaligus lega melihat Yuna masuk kuliah.

Dengan terpaksa Yuna akhirnya muncul ke permukaan dan meminta maaf atas kelakuan nya, begitu juga dengan Tiara.

Mereka berdua akhirnya diizinkan untuk duduk dan kembali memperhatikan dosen. Selesai kelas, Yuna yang terburu-buru keluar ternyata juga diikuti oleh Tiara. Karena merasa diikuti, Yuna pun memperhatikan belakang nya. Dan ya, dia melihat Tiara. Dengan itu, Yuna langsung mengajak Tiara untuk mengobrol.

Saat sedang asik mengobrol, tiba-tiba Marvin muncul dihadapan mereka. Marvin berjalan ke arahnya dengan sedikit menatap Yuna. Tiara tentu mengajak Yuna untuk menyapa Marvin karena ia seorang dosen disana. Namun, sapaan itu hanya dibalas dengan anggukan kepala tanpa senyuman. Dan saat melewati Yuna, Marvin sama sekali tidak meliriknya. Itu membuat Yuna sedikit kesal. Tiara pun kembali mengajak Yuna berbicara sembari berjalan.

"Apa kau dan pak Marvin saling kenal?" tanya Tiara kepada Yuna.

Yuna terkejut. "Hm?" Sambil menoleh ke arah Tiara.

"Em tidak, aku hanya merasa seperti nya kalian saling kenal," ujar Tiara.

"Ah ya, dia pernah jadi kakak iparku," jawab Yuna. Gadis itu dengan jelas membeberkannya kepada teman baru nya itu.

"Oh benarkah?!" Tiara terkejut.

"Lalu kenapa sekarang kalian tak saling sapa?" lanjut gadis berkacamata itu.

"Mungkin karna masalah keluarga," Yuna merespon nya dengan ekspresi sedikit murung.

Kini mereka pun berpisah karena akan pulang. Di tengah perjalanan pulang, Yuna melihat Marvin yang sedang masuk ke dalam sebuah mobil. Yuna memperhatikan mobil tersebut dan ia terkejut saat melihat ternyata itu adalah mobil milik Yuri.

Yuna pun mencoba mengikuti kemana mereka akan pergi. Dengan tenang Yuna mengikuti menggunakan motonya, dan sampailah mereka ke sebuah rumah sakit. Yuna pun teringat bahwa ia mendengar tentang ayah Marvin saat mereka berdebat kemarin, Yuna pun menjadi sedikit sedih, ia pikir Marvin berubah pikiran untuk mengajaknya menikah. Akhirnya, ia kembali dengan murung dan di sepanjang jalan Yuna terus saja kepikiran hal itu hingga tanpa disadari sampai menangis. Sampainya di rumah, Yuna langsung mengurung diri di dalam kamar.

Selang beberapa menit, ponsel Yuna berdering. Ia pun segera melihat ponselnya, ternyata Leo yang sedang memanggilnya. Yuna berpikir sejenak sembari menatap panggilan itu. Tidak lama, panggilan itu selesai dan setelah beberapa detik berpikir, Yuna pun menelpon balik Leo.

"Ah Yuna, untung kau telpon balik, maaf jika mengganggu tapi aku mau bertanya tentang kelas-!" Tak sempat melanjutkan perkataanya, Yuna menyela nya.

"Leo... Apa kita bisa bertemu," lirih Yuna dengan nada serius.

Lanjut gak nih? Kira-kira apa yang akan dilakukan Yuna ya?

Terpopuler

Comments

Utayiresna🌷

Utayiresna🌷

Setuju

2024-03-31

0

Tuan putri

Tuan putri

Bagus pak, mending sama Leo aja si Yuna

2024-03-26

1

Rey

Rey

Yuna kalau bisa memilih keduanya, kenapa harus hanya salah satu😄

2024-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!