Bab 9

"Berkencan lah denganku, mas Marvin!" teriak gadis itu kepada pria di depannya.

"Tidak!" Pria itu tegas menolak langsung ajakan Yuna. Tetapi, Yuna adalah Yuna, bukan Yuna jika dirinya tidak bersikeras agar Marvin menerimanya.

"Berkencan lah denganku selama 15 hari, hanya 15 hari saja. Setelah itu, aku tidak akan menggangu mu!" tegas sang gadis yang keras kepala itu sembari memegang tangan Marvin yang akan meninggalkan nya. Perkataan Yuna membuatnya terdiam dan berpikir sebentar.

"Bagaimana aku bisa mempercayai mu?" lirih Marvin.

"Aku akan kembali ke London!" tegas Yuna meyakinkan.

"Kau yakin?" Marvin memastikan.

Yuna mengangguk.

'Ku mohon percayalah padaku,' batin gadis itu dengan memperlihatkan ekspresi melas kepada Marvin.

Marvin tidak menghiraukan nya dan langsung meninggalkan Yuna.

"Kenapa kau mengabaikan ku, mas Marvin!" Gadis itu mengejar hingga dirinya tanpa sengaja menabrak tubuh Marvin yang tiba-tiba berhenti. Pria itu langsung berbalik dan tiba-tiba memegang kedua bahu Yuna,

"Sudah berapa kali aku katakan, mustahil bagi kita untuk bersama. Lagi pula aku-," ucapnya terhenti sejenak, mata pria itu menatap dengan dalam dan menelan ludah,

"Aku mencintai Yuri," lanjutnya dan langsung berbalik lagi meninggalkan Yuna.

"Bohong!" Teriak gadis itu dan langsung pergi memeluk Marvin dari belakang. Kali ini Marvin diam saat dipeluk.

"Hanya 15 hari." Mata Yuna terbuka mendengar ucapan Marvin.

"Tepati janjimu setelah 15 hari," tambah pria itu. Pikirnya, jika ia menolak gadis itu maka nantinya ia akan terus di ganggu.

Yuna pun melepas pelukannya dan langsung berlari ke depan Marvin hingga membuat mereka saling berhadapan.

"Jadi, mulai sekarang kita berkencan, deal? Sambil mengulurkan tangan seraya mengajak Marvin berjabat tangan.

Dengan ragu, Marvin pun menjabat tangan Yuna.

***

Bel rumah keluarga Elbert berbunyi dan Yuri membuka pintu.

"Ayah?" Wanita itu terkejut melihat sang ayah yang tiba-tiba berada di depan nya tanpa ada kabar apapun sebelumnya.

"Yuri? Tenyata kau pulang lebih dulu," ucap sang ayah yang langsung masuk saat Yuri membuka pintu.

"Kenapa tidak berkabar dulu?" tanya Yuri sambil mengikuti sang ayah.

"Ayah lupa." Mata sang ayah melihat sekeliling rumah yang hening.

"Dimana Yuna? Apa di kamar?" tanya beliau.

Yuri pun mengatakan bahwa Yuna sedang ada urusan di luar. Ayahnya juga bertanya ada urusan apa Yuna di luar. Namun, sang kakak menggelengkan kepala karena dirinya memang tidak tahu apa yang sedang adiknya lakukan. Wanita itu lalu pergi membuatkan ayah teh. Sang ayah yang khawatir, saat itu juga menelpon Yuna.

Ponsel Yuna pun berdering. Saat itu dirinya sedang berbelanja dengan teman kencan nya, Marvin. Yuna pun mengambil ponselnya dari saku dan melihat ternyata itu dari ayahnya.

"Ayah?" lirih gadis itu dan langsung menerima nya.

Sang ayah menanyakan keberadaan dirinya sekarang dan menyuruhnya untuk cepat pulang, ayah menunggu nya di rumah. Seketika Yuna kaget mengetahui bahwa ayahnya sudah pulang. Gadis itu pun mengiyakan dan langsung menutup ponselnya.

"Siapa?" tanya Marvin tiba-tiba.

"Ayah." Gadis itu langsung memasukan ponselnya kembali ke dalam saku.

"Jadi dia sudah kembali," lirih Marvin menatap Yuna. Yuna mengangguk dan langsung merangkul tangan Marvin. Risih? Mungkin aja sih, karena ia sempat ingin melepas rangkulan itu. Namun, gadis itu tidak menyerah. Marvin pun bergidik kesal. Tidak lama kemudian, mereka tiba-tiba bertemu dengan Leo. Leo melihat tangan Yuna yang merangkul dan tiba-tiba Marvin menarik tangannya.

"Leo, kenapa kau di sini?" tanya Marvin.

Leo menunjukkan tas belanjaannya. "Belanja," jawabnya.

"Kalian sendiri?" tambah Leo.

Belum sempat menjawab tiba-tiba saja ponsel Marvin berdering. Marvin pun pergi mengangkatnya dan Leo mengajak Yuna untuk menunggu di kios minuman dekat mereka berpijak. Mereka pun duduk santai sembari menunggu minuman yang mereka pesan.

"Aku memintanya untuk mengencani ku selama 15 hari, gila bukan?" ucap Yuna yang tiba-tiba.

"Kenapa kau melakukan nya? Bagaimana jika kakakmu tahu?" Leo penasaran dengan tatapan khawatir.

Marvin pun telah selesai dengan teleponnya, saat akan kembali dirinya sedikit mendengar Yuna dan Leo mengobrol, ia pun berhenti di balik dinding kios.

"Aku hanya ingin merasakan perasaan terbalas, walau dengan paksa. Memang itu egois tetapi, setidaknya itu akan membuatku tenang setelah menunggu nya selama 3 tahun. Dengan begitu, mungkin aku akan lebih mudah untuk move on,"

jelas Yuna dengan mata berkaca-kaca.

Marvin pun terdiam mendengar nya dan tidak lama ia menghampiri Yuna untuk diajak pulang karena sudah sore.

***

"Kau tidak perlu mengantarku sampai rumah, mas," pinta gadis itu. Alasannya karena di rumahnya ada sang kakak, Yuna khawatir itu akan merusak mood nya yang seharian terasa baik itu. Tetapi, Marvin tidak peduli. Dirinya tetap mengantar Yuna sampai rumah dan sesampai nya di sana, mereka di tanyai oleh Yuri.

"Kenapa kalian bersama?" tanya nya ketika membukakan pintu.

"Kebetulan bertemu sata berbelanja," jawab Marvin dingin.

"Oh begitu." Yuri mengangguk.

"Masuklah dahulu Marvin, sapa ayah," ucap wanita muda itu dan mereka pun masuk.

"Bagaimana perjalanan anda, Pak?" sapa Marvin ketika bertemu dengan mantan mertua nya itu.

Pak Ega mengatakan bahwa perjalanan nya sangat menyenangkan dan banyak yang harus ia kerjakan selama itu. Beliau juga tidak lupa berterima kasih dan langsung bertanya tentang rencana pernikahan kedua dirinya dengan putri sulungnya.

"Aku sudah mendengar nya dari Yuri dna kebetulan kau di sini sekarang jadi sekalian saja," ucap Pak Ega.

Tangan Yuna mengepal.

"Jadi Marvin, apa kau bersungguh-sungguh?" lanjut sang ayah.

"Sudah ku katakan ayah, pernikahan ku kali ini hanya untuk pekerjaan," sahut Yuri.

"Pernikahan bukan permainan, Yuri. Ayah tidak ingin kau bercerai lagi!" sentak sang ayah kepada putri sulungnya itu.

Karena suasana menjadi tegang, Marvin pun akhirnya mengatakan bahwa dirinya memang akan menikahi Yuri dan mengatakan juga kepada Pak Ega agar dirinya tidak perlu terlalu menghawatirkan mereka. Yuri pun juga sependapat dengan Marvin. Mendengarnya, Pak Ega merasa lega dan turut berbahagia atas keputusan mereka . Sementara Yuna dengan ekspresi datar, ia langsung menuju ke kamar tanpa mengatakan apa-apa.

Sang kakak yang menyadari sikap adiknya itu berpikir mungkin ada yang sedang mengganggu pikirannya. Dirinya lalu melirik ke arah Marvin.

"Jadi, kapan kalian akan menikah? Apa sudah di tentukan?" tanya ayah Yuri sambil menyeruput sisa teh nya.

"Bulan depan," Yuri menjawab nya spontan.

"Tepat saat ulang tahun Yuna," tambahnya.

Tentu Marvin terkejut mendengarnya, sang ayah juga bertanya kenapa di hari itu dan Yuri menjawab bahwa akan lebih mudah baginya untuk mengingat tanggal pernikahan mereka, bagi Yuri itu penting karena jika menunggu hari ulang tahunnya maka membutuhkan waktu setengah tahun lagi. Dia tidak bisa menunggu selama itu.

Yuna yang mendengarnya dari balik pintu kamar, juga ikut terkejut karena dirinya baru menyadari bahwa hari yang dipilih sang kakak adalah hari ulang tahunnya.

"Kenapa harus di hari ulang tahun ku," gerutunya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Next >>>

Terpopuler

Comments

Oksigen TW

Oksigen TW

Kasihan Yuri🥲

2024-03-18

0

Adira Azzahra

Adira Azzahra

mampir lagi di novelmu 😊

2024-03-14

0

Adira Azzahra

Adira Azzahra

pengen ku apakan ya si Yuri ini😤😤

2024-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!