Bab 7

Mata mereka terbelalak mendapati Yuri yang membuka pintu dengan mengenakan appron, rupanya sang kakak sedang memasak makanan favorit mantan suami nya.

"Kakak?" Sambil menatap sang kakak, Yuna sedikit cemburu.

"Yuna? Kenapa kesini?" tanya Yuri. Yuna tidak menjawab Yuri, kemudian sang kakak itu melirik ke arah Leo.

"Lalu, siapa ini?" tanya Yuri yang tidak mengetahui bahwa Leo adalah teman dekat Marvin.

"Ah, apakah kau mantan istri nya Marvin?" Leo bertanya dengan senyuman.

Yuri mengangguk.

"Kalo begitu, ini memang pertemuan pertama kita, saya Leo, sahabatnya Marvin," Leo memperkenalkan diri.

"Ah, apa kau sahabat nya yang selalu berbagi makan siang dengannya?" tanya Yuri memastikan.

Leo mengangguk, dan Yuri pun mempersilahkan mereka untuk masuk, sementara Yuna hanya diam seperti tidak nyaman atas keberadaan kakaknya.

"Marvin dulu banyak menceritakan tentangmu, Leo. Tetapi, tidak pernah membawaku bertemu denganmu," ucap Yuri sambil menyuguhkan camilan dan minuman di ruang tamu.

"Dia juga melarang ku bermain dulu dengan alasan, dia adalah pria beristri yang rumahnya tidak pantas di buat main," canda Leo.

Yuri pun melanjutkan memasaknya, Leo yang melihat Yuna terdiam merasa kasihan. Tidak hanya itu, ia juga merasa sedikit kesal karena sahabat nya itu membiarkan mantan istrinya tinggal di rumahnya.

"Bagaimana kalian bisa saling kenal?" Yuri bertanya sembari tangannya menggarap masakan.

Yuna dan Leo saling menatap,

"Kebetulan saja, dulu kami sempat satu sekolah saat SMP?" Sambil menatap Yuna.

Yuna pun mengiyakan perkataan Leo dan saling tersenyum. Dan tidak lama kemudian, Marvin datang.

Marvin membuka pintu dan kaget rumahnya dipenuhi dengan manusia,

"Selamat datang, Marvin!" ucap Yuri dengan gembira, Yuna dan Leo juga ikut menyapa.

"Kalian?" tanya Marvin.

Yuna melangkah maju, semua pun memperhatikan,

"Selamat ulang tahun, mas Marvin," ucap bahagia Yuna dengan mata yang berkaca-kaca. Yuri pun menyusul maju, begitu juga Leo. Mereka sama-sama mengucapkan selamat ulang tahun kepada Marvin.

Marvin terkejut mendengar ucapan Yuna, mata nya menatap sekeliling, dirinya tidak menyangka bahwa mereka akan mengingatnya. Namun, Marvin mencoba untuk bersikap cuek. Ia hanya mengucapkan terima kasih kepada mereka lalu pergi mandi.

***

Selesai mandi, Leo menghampiri Marvin ke kamar nya, Leo bertanya,

"Kenapa mantan istri mu ada di rumahmu? Bukannya kau tidak suka jika ada seseorang di rumahmu?" tanya Leo.

"Kami mungkin akan kembali," jawab Marvin berterus terang dan tanpa basa-basi.

Tentu mendengarnya Leo merasa terkejut. Marvin seperti tidak menghargai perasaan Yuna sama sekali.

"Apa? Kenapa? Bukankah lebih baik dengan orang baru?" Leo berdiri dihadapan Marvin dengan sedikit emosi.

"Orang baru? Apa kau menyarankan gadis kecil itu?" Marvin tersenyum kecil.

"Aku sama sekali tidak ada minat dengan diri nya, jika kau menyukainya, kau ambil saja dia. Buat dia menyukaimu," lanjutnya lalu rebahan di atas kasur.

"Aku tidak bisa! Yuna terlalu menyukaimu, aku tidak menyangka kau segila ini, Marvin!" Pria itu menatap kesal dengan keputusan sahabatnya itu.

Percakapan itu tanpa sengaja di dengar oleh Yuna di balik pintu kamar yang terbuka, hati nya terluka mendengar ucapan Marvin. Benar-benar, Yuna seperti tidak ada harganya di depan Marvin, dia sama sekali tidak mempedulikan perasaan Yuna. Beberapa detik kemudian terdengar suara teriak dari arah dapur,

"Teman-teman, makanannya sudah siap! Ayo segera makan, mumpung masih hangat," teriak Yuri yang selesai memasak.

Yuna pun bergegas menuju meja makan. Rasa ingin menangis saat itu juga setelah menatap Marvin di depannya. Namun, dirinya tetap bertahan menunjukkan ekspresi bahagia di depan lainnya.

'Ini adalah hari ulang tahun mas Marvin jadi jangan menangis, Yuna. Kamu kuat!' gumam Yuna dalam hati guna untuk ketenangan emosinya saat itu.

Marvin pun menatap makanan, ia menyadari bahwa Yuri memasak makanan favoritnya. Dengan sergap Marvin mengambil makanan satu persatu.

"Sudah lama aku tidak memakan ini, terima kasih, Yuri!" ucap Marvin dengan senyuman menatap Yuri. Tentu rasa ingin menangis Yuna saat itu sangatlah meronta-ronta, namun gadis cantik itu pintar mengatur emosinya. Dirinya berusaha terlihat biasa saja walaupun agak sedikit berdiam diri.

Leo tentu semakin kasihan melihat Yuna. Dan ketika mereka selesai makan, Yuri tiba-tiba bertanya kepada Marvin.

"Apa aku boleh memberitahu mereka?" tanya Yuri.

Marvin terkejut dan melirik ke arah Yuna dan Leo. Leo menggelengkan kepalanya sedikit.

"Tentu, kau beri tahu saja mereka!" jawab Marvin setelah dirinya membuang muka dari Yuna dan menatap Yuri dengan senyuman. Leo menghela nafas kecewa.

Yuri merasa senang, dan dengan percaya diri nya dia mengatakan bahwa,

"Aku dan Marvin akan menikah lagi!" ucap Yuri dengan nada gembira.

"Benarkah?" sahut Leo yang pura-pura kaget saat itu.

Yuri menggelengkan kepala,

"Selamat kakak!" Dengan mata yang sedikit berlinang air mata, Yuna berusaha tersenyum.

"Aku tidak menyangka bahwa kau akan menikahi mas Marvin kembali, aku do'akan semoga lancar," tambahnya.

"Aku tidak menyangka, kau akan sebahagia ini Yuna, terima kasih!" ucap Yuri.

"Tidak perlu berterima kasih, kakak!" ucap Yuna dengan mata tertuju kepada Marvin. Sementara Marvin sama sekali tak acuh akan Yuna.

'Manusia ini, benar-benar tidak berperasaan,' batin Leo yang selalu memperhatikan gerak-gerik Marvin.

***

Makan malam pun selesai, mereka kini kembali ke rumah kecuali Leo. Rasanya pria itu ingin sekali menghajar Marvin. Tetapi, ia masih mengingat bahwa Marvin masih sahabatnya.

"Kenapa kau masih disini?" tanya Marvin melihat sahabat nya masih terduduk di sofa.

"Aku masih mempertanyakan keputusan bodoh sahabat ku ini," jawab Leo.

"Bodoh? Mungkin kau yang bodoh," Marvin mengambil gelas dan sebotol wine untuk diminum bersama Leo.

"Justru jika aku menerima gadis kecil itulah yang merupakan kebodohan dalam hidupku," ucap Marvin.

"Stop bilang dia kecil, bro!" Membela Yuna.

Marvin tersenyum kecil, bagi ku dia gadis kecil.

"Apa yang salah dari Yuri? Yuri baik, kompeten, juga sudah matang. Bukan kah lebih baik dengannya?" ucap Marvin.

"Dada nya juga besar, bukan begitu?" canda Leo dengan menuangkan wine ke gelas.

"Tubuhnya berisi dan terasa nikmat. Sementara Yuna?"

"Yuna juga berisi bro, ketutup sama pakaiannya aja, namanya juga keturunan. Tapi kau tau, aku tidaklah sebejat itu," ucap Leo.

"Lalu, apa aku ini bejat?"Marvin

"Kau menyetubuhi wanita yang bahkan belum sah menjadi istrimu, bukan kah itu hal nakal?"

"Darimana kau tau?"

"Kau tadi mengatakan bahwa tubuh Yuri terasa nikmat. Jadi, bukankah artinya kau sudah merasakannya?"

Marvin terdiam, mereka pun berlanjut mengobrol kan hal-hal random lainnya.

Biasa cowok mah begitu kan ya, hehe.

Menurut kalian gimana gengs?

Terpopuler

Comments

Titik Kedua

Titik Kedua

Yuna pun kenapa suka sama Marvin coba?

2024-03-18

1

Wistari

Wistari

aku juga ikut sedih 🥺

2024-03-08

1

Jumli

Jumli

apa Leo tahu klw Marvin pas nikah dengan Yuri nggak pernah begituan?
kok ucapan nya begitu

2024-03-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!