Bab 17

Yuna sama sekali tidak merespon pertanyaan sang kakak dan langsung nyelonong masuk ke kamarnya. Hal itu membuat Yuri merasa sedikit kesal dengan tingkah sang adik.

"Yuna, keluar!" titah sang kakak dengan nada kesalnya.

Yuna pun membuka pintu dan menghampiri sang kakak.

"Ada apa?" tanya Yuna yang tampak datar menanggapi sang kakak.

Yuri pun mengatakan kenapa sikap Yuna seperti itu. Sang kakak berterus terang mengatakan bahwa ia tidak menyukai sikap adiknya yang seperti itu.

"Apakah hanya karna cinta kau jadi mengabaikan kakakmu?" tanya Yuri kepada sang adik.

"Mungkin, aku rasa... Aku sedikit kecewa denganmu," jawab Yuna. Gadis itu langsung menjawab tanpa bertele-tele dan bertanya,

"Kau sendiri, apa masih menginginkan pria itu?" tanya Yuna dengan tatapan datar.

"Pria itu? Chhh, jika kau menyukainya maka kakak akan mengalah, buat apa kita berebut seorang laki-laki?" jawab sang kakak.

"Tetapi Yuna, mungkin wajar jika kakak kembali dengannya. Tetapi, apa yang akan dipikirkan tetangga-tetangga kita jika kau menikahinya? Kau akan di cap buruk, Yuna!" lanjut sang kakak.

Yuna memancarkan senyuman sinis nya. "Kau benar, itu sebabnya jika kau menginginkan nya maka kau bisa mengambilnya," ucap Yuna.

"Apa?" Yuri mengerutkan dahi, ia sedikit tidak percaya akan kata-kata yang keluar dari mulut sang adik.

"Kau-" Yuri belum sempat melanjutkan perkataannya. Namun, Yuna telah kembali masuk ke dalam kamar. Yuri pun dibuat bingung dengan sikap Yuna.

***

Sementara di dalam kamar, Yuna kembali memperlihatkan ekspresi murungnya. Yuna benar-benar tidak ada niat untuk mengatakan itu. Namun, itu semua ia lakukan demi sang kakak. Yuna merasa bahwa ucapan sang kakak tadi hanyalah kebohongan. Yuna tidak ingin dikasihani.

"Aku benar-benar tidak jujur, bukan?" batin gadis itu sembari menitikkan air mata.

***

Pagi hari nya, Yuna berangkat kuliah. Di kampus, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Marvin dan seperti biasa Marvin terlihat dingin terhadap nya. Tanpa disengaja Tiara melihat mereka dari jauh, dan karena penasaran apa yang terjadi, Tiara akhirnya diam-diam memperhatikan mereka.

Yuna pun menghentikan langkah Marvin tepat di hadapannya. Gadis itu menyapa dengan memberi salam kepada Marvin karena ia menyadari posisi nya saat berada di dalam kampus.

"Pak Marvin, maaf menggangu waktu anda, ada yang ingin saya sampaikan nanti, apakah anda ada waktu luang?" tanya Yuna dengan sopan.

"Apakah penting?" respon Marvin.

"Sangat penting," jawab Yuna dengan tatapan serius.

Marvin pun berjalan mendekat dan berbisik kepada Yuna. "Jika ini tentang hal pribadi, maka kau bisa menemui ku di rumah nanti," ucap Marvin yang langsung melanjutkan jalannya. Tiara tidak mendengar apa yang dikatakan Marvin kepada Yuna, itu membuatnya penasaran.

Yuna pun hanya diam tidak merespon dan langsung masuk ke dalam kelas. Di sana, Yuna tampak frustasi, ia melipat tangannya di atas meja lalu meletakkan kepala di atas lipatan tangannya. Tiara yang melihat itu langsung menghampiri Yuna.

"Ada apa nih? Pagi-pagi udah lesu?" sapa Tiara yang langsung duduk di samping Yuna.

"Ah tidak apa-apa, hanya sedikit malas aja, hehe," jawab Yuna.

"Kenapa tidak membolos aja? Ayo kita cari angin segar di luar," ajak sesat Tiara.

"Apa boleh?" Yuna menaikkan kepalanya.

Tiara menaikkan kedua pundaknya dengan tersenyum. Yuna pun membalas senyuman Tiara dan dengan serempak mereka berdiri dan ingin meninggalkan kelas.

Namun, langkah mereka berhenti disaat mereka melihat dosen Leo yang berjalan tepat dihadapan mereka. Yuna dan Tiara mencoba melarikan diri dengan berbalik arah namun, ternyata itu dilihat oleh Leo. Diam-diam Leo mengikuti mereka dan disaat mereka berhenti untuk mengecek keadaan dibelakang, Leo tiba-tiba muncul di depan mereka. Sontak itu membuat mereka terkejut dan berbicara mencari-cari alasan kepada Leo.

"Bukan kah, ini waktunya kalian masuk kelas?" tegur Leo sambil melihatkan jam.

"Ah iya, aku sakit perut jadi kupikir aku akan ke ruang kesehatan dulu," alasan Yuna agar Leo melepaskan mereka.

"Apa kau belum sarapan?" tanya Leo.

Yuna menggelengkan kepala,

Leo pun menghela nafas. "Mungkin di rumah aku adalah tunangan mu, tetapi di sini aku adalah dosenmu, Yuna, pergilah ke ruang kesehatan dan jangan lupa beli sarapan sementara Tiara kembali masuk kelas, kalian sudah bukan anak SMP!" tegas Leo kepada dua gadis itu.

"Tapi....," Yuna tidak ingin Tiara masuk ke kelas.

"Tidak ada tapi-tapian, Tiara, apa kau mau nilaimu kosong?" Leo mencoba menakuti Tiara.

"Oh tidak pak, ma-maaf. Saya akan kembali ke kelas," ucap Tiara. Sebelum pergi, gadis itu menepuk pundak Yuna sebagai tanda perpisahan.

Yuna mengerutkan dahi sembari kepalanya menggeleng pelan seraya mengisyaratkan Tiara untuk tidak meninggalkannya. Namun, Tiara todak berani melawan dosen saat itu dan mengabaikan Yuna.

Tanpa di sadar, Marvin ikut memperhatikan kegaduhan itu dari jauh. Ia juga memperhatikan Leo dan Yuna. Dan tanpa sengaja Tiara menyadari hal itu karena saat berjalan balik ke kelas, ia melihat Marvin yang sedang berdiri memperhatikan tempat mereka di marahi oleh Leo.

"Kau ini, selalu saja ceroboh!" ucap Leo yang menghawatirkan Yuna karena Yuna mengatakan dirinya tidak sarapan pagi.

Yuna pun hanya menatap sinis tunangannya itu. Dan langsung bergegas ke ruang kesehatan.

Tidak lama di sana, tiba-tiba Marvin muncul dengan membawa bungkusan nasi dan menyuruh Yuna untuk makan. Yuna pun kaget karena Marvin yang tiba-tiba datang juga membawa nasi bungkus untuk dirinya.

"Apa kau tadi menguping?" ucap Yuna.

"Sudahlah cepat makan, tidak baik jika sarapan terlalu siang!" jawab Marvin.

Yuna pun hanya dia dengan memandang Marvin, sementara Marvin yang merasa dipandangi oleh Yuna akhirnya menjawab pertanyaan Yuna.

"Gak sengaja tadi, sekilas aja," jawab Marvin yang tidak berani menatap Yuna.

Yuna tertawa kecil melihat sikap Marvin yang seperti anak kecil. Baru kali ini, Yuna melihat Marvin memperlihatkan itu.

"Kenapa kau peduli padaku, mas?" ucap Yuna sambil tertawa.

"Untuk apa lagi, bukan kah kita masih dalam waktu berkencan? Itu berarti kau masih kekasihku bukan?" ucap Marvin sembari mengambilkan Yuna air minum.

Yuna yang tadinya mengeluarkan ekspresi ceria kini terdiam datar sambil menatap Marvin, Marvin pun menyadari perubahan ekspresi Yuna.

"Ada apa? Apa aku salah berkata?" ucap pria itu. Mereka pun kini saling menatap.

"Ayo putus," ucap Yuna lalu tersenyum kecil.

Tentu Marvin terkejut mendengar nya, ia tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Yuna.

"Apa?!"

"Ayo putus, mas Marvin," Yuna mengulangi perkataan nya.

"Kenapa? Apa kau menyerah?" Pria itu melempar balik pertanyaan kepada Yuna.

Yuna tersenyum mendengar pertanyaan Marvin,

Bersambung ~

Terpopuler

Comments

Wistari

Wistari

ya iyalah nyerah , orang kamunya aja enggak bisa tegas dengan perasaanmu sendiri 😒

2024-04-20

0

Utayiresna🌷

Utayiresna🌷

putus putus putus. ku dukung nih

2024-03-31

0

Selviana

Selviana

Akhirnya Yuna putusin Marvin.

2024-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!