Bab 5

"Kau berkata apa tadi?" Mencoba memastikan ucapan wanita di sampingnya itu. Ia menatap Yuri dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Nikahi aku lagi Marvin," sahut Yuri yang sergap mendekati Marvin

"Tu-tunggu-!" ucapnya terputus karena dengan cepatnya Yuri melahap bibir Marvin, tidak lupa juga sang tangan yang ikut andil bermain nakal menuju aset hingga membuat Marvin terangsang. Kekuatan wanita yang sudah menikah memang bukan main, mereka tau cara bermain. Melihat pria nya terangsang, tangan Yuri mulai masuk ke dalam celana dan mengeluarkan aset penting milik sang pria mantan suami nya itu. Tangannya cukup lihai bermain, di tambah lagi dengan dada kembar yang menempel di tubuh Marvin membuatnya semakin bergairah.

Mereka pun bermain di atas ranjang sembari bercerita. Malam panas beberapa menit itupun mereka lalui. Yaa, memang sih mana ada laki-laki yang tahan sama godaan perempuan, apalagi jika si perempuan nya agresif + badan berisi. Hahaha 🤭

***

Permainan pun selesai, mereka sama-sama terbaring di atas kasur dengan balutan selimut abu-abu milik Marvin.

"Jadi, itukah alasan mu mengajakku kembali?"

Yuri menghela nafas, "Benar dan aku putus asa," ucap Yuri.

Marvin menghadap ke arah Yuri, "Bagaimana jika aku menolak?"

"Akan ku anggap kau sebagai penjahat yang telah mengambil keperawananku," gurau Yuri menatap Marvin.

Marvin tertawa kecil, "Mengambil? Hey, kau yang memulainya! Lagi pula bukan aku yang mengambil!" ucapnya.

"Chhh, jika aku tidak memulainya maka hal ini tidak akan terjadi. 2 tahun menjadi istrimu dulu, kau sama sekali tidak pernah menyentuh ku," jelas wanita itu.

"Itu sebabnya kau melampiaskannya kepada orang lain," ucap Marvin menatap langit-langit kamarnya.

Yuri meminta maaf akan hal itu. Ia mengaku bahwa ia salah.

Marvin pun berbalik, ia mengatakan alasannya tidak pernah menyentuh Yuri adalah sakit hati karena pernikahan mereka dianggapnya sebagai paksaan. Lebih tepatnya, terpaksa. Lagi pula, dirinya juga tidak memiliki perasaan apapun kepada Yuri bahkan setelah hidup seatap selama 2 tahun. Jadi, pikirnya wajar jika Yuri melakukan itu.

Terus kenapa Marvin menerima perjodohan tersebut jika setelahnya ia sakit hati?

Dan Yuri kenapa juga bisa menerima nya?

Bukankah ini juga salah mereka?

Entah siapa yang salah. Saat itu, Marvin terpaksa mematuhi ayahnya karena ibu nya sedang kritis dan membutuhkan biaya tambahan. Dan hanya keluarga Yuna yang siap membantu mereka tetapi dengan syarat perjodohan. Sementara Yuri, dirinya dipaksa menerima Marvin lantaran jika ia menolak, maka Yuna lah yang akan di berikan kepada Marvin. Ia tidak ingin adiknya yang masih kecil itu menjadi korban keegoisan orang tua mereka.

Jadi, menurut kalian siapa yang salah? Orang tuanya kah? Kalian bisa menjawabnya di komentar yaa~

Lanjut...

Marvin pun merenung malam itu, ia berpikir akan bagus bagi nya jika menerima Yuri kembali. Lagipula, Yuri bukanlah orang baru, mereka juga telah berhubungan. Tidak hanya itu, jika ia menerima Yuri maka ia akan terbebas dari pengejaran Yuna yang selama ini membuatnya risih. Dia pun menghela nafas dan menyetujui ajakan Yuri.

***

Malam yang penuh cerita dengan cepatnya berlalu, kini sinar matahari pagi telah memenuhi ruangan Marvin lewat celah-celah jendela. Dilihatnya ke arah dinding di sebelah kanan nya, ternyata sudah pukul. 07.45 pagi. Ia pun terbangun dan melihat Yuri yang masih tidur di kasur yang sama.

Marvin pun mengingat percakapan mereka semalam.

"Nikahi aku lagi, Marvin!" Kalimat yang diingat Marvin.

Marvin pun terdiam. Ia terlihat ragu padahal semalam ia sangat yakin dengan keputusannya. Mungkin saat ini pikirannya sedang tidak sinkron dengan hati nya.

Pria itu lalu bergegas untuk mandi dan pergi bekerja. Sampainya di tempat kerja, ia langsung disapa oleh Leo yang sama-sama sedang berjalan di koridor.

"Tiket nontonnya?" Menepuk pundak Marvin dan menjulurkan tangannya.

"Oh ya, nanti ku kirim. Terima kasih, Leo!" ucap Marvin yang langsung diam.

"Bersyukurlah kau bung... Si Yuna kelihatannya sangat menyukaimu. Kau tau, sepanjang jalan kemarin dia selalu bercerita tentang mu," jelas Leo.

Mendengar itu langkah Marvin terhenti, ekspresi nya berubah menjadi datar dan tatapannya tiba-tiba menjadi emosional kepada Leo. Tanpa berbicara, Marvin pun kembali berjalan. Tentu sebenarnya itu membuat Leo bingung.

Dan saat akan mengejar Marvin, tiba-tiba ponsel Leo berbunyi tanda ada notifikasi masuk.

Yuna: "Tidak sabar menunggu nanti, aku menunggumu jam 16.00," tulis pesan yang ia dapat dari Yuna.

Leo pun membalasnya, "Oke,"

***

(Di ruang kerja)

"Leo! Apa kau melihat berkas ku?" tanya Marvin.

"Apa kau pikir aku asisten mu?" Sambil menata buku Leo menjawab.

Marvin pun mencoba untuk mengingat-ingat sambil menatap lama meja nya. Dan tidak lama kemudian, ia teringat bahwa berkasnya kemarin ia bawa pulang dan teringat jika pagi tadi ia sedang terburu-buru.

"Sepertinya tertinggal di rumah," lirihnya sambil memegang dahi.

Tidak mungkin bagi nya untuk mengambil pulang karena hanya sisa beberapa menit lagi untuk dirinya mengajar. Karena berkas tersebut sangat penting untuk mengajar jadi Marvin terpaksa menghubungi Yuri, ia berpikir mungkin Yuri masih berada di rumahnya.

Tut... Tut... Tut... (panggilan tidak terjawab)

"Ah, kemana sih dia," gumamnya kesal. Marvin pun mencoba menghubunginya lagi.

Menunggu beberapa saat hingga akhirnya ia menyerah. Marvin pun termenung, hanya ada satu cara yang tersisa, yaitu menghubungi Yuna. Awalnya ia ragu untuk meminta bantuan Yuna tetapi mengingat berkasnya sangat penting, ia pun terpaksa menghubungi nya.

(Menelpon Yuna)

"Halo? Siapa ini?" tanya Yuna yang tidak mengetahui bahwa itu adalah nomor Marvin.

"Ini aku, Marvin," jawab Marvin.

Yuna terkaget, dirinya yang tadinya rebahan kini beralih duduk.

"Mas Marvin?" Sambil menatap ponselnya,

"Ada apa mas? Kok tumben?" lanjut gadis itu.

"Apa aku bisa minta tolong?" ujar Marvin yang kemudian menjelaskan bahwa berkasnya sedang tertinggal di rumah. Ia ingin meminta tolong Yuna untuk mengambilnya di rumah Marvin.

Yuna pun meminta Marvin menjelaskan bagaimana ciri-ciri berkas tersebut agar Yuna dapat langsung menemukannya.

"Sepertinya berkasnya ada di ruang kerjaku, masuklah ke sana lalu buka lemari data, nanti jika ada map kuning dengan kumpulan kertas di dalamnya, maka itu berkasnya. Jika tidak ada, kau boleh menggeledah ruang kerjaku," jelas Marvin.

Yuna menjadi bersemangat dan langsung bergegas ke rumah Marvin. Saat itu kebetulan juga Yuri sedang berada di rumah, Yuna awalnya terkejut melihat kakaknya pulang. Namun, Yuri menjelaskan bahwa alasannya pulang adalah untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal.

"Kak, aku keluar dulu ya," pamitnya sambil berlari terburu-buru.

"Lho? Gak sarapan dulu Yun?" teriak sang kakak.

"Enggak! Nanti aja!" jawab Yuna yang juga berteriak. Kakak nya bingung kenapa tiba-tiba Yuna sangat terburu-buru. Ia pun menyisakan sebagian masakannya untuk Yuna.

***

Sampainya di rumah Marvin, Yuna mengambil kunci yang seperti yang diberitahu Marvin. Dia pun masuk dan segera mengambil berkasnya. Dan ketika ia telah mengambilnya, dirinya juga teringat bahwa di sana masih terdapat bajunya yang sempat di tinggal. Yuna pun berniat mengambil baju nya sekalian.

Saat diri nya mencari pakaiannya di keranjang pakaian kering, tiba-tiba ia mencium aroma parfum yang tidak asing baginya. Ia pun mengikuti aroma tersebut hingga sampai di keranjang pakaian kotor. Dilihatnya sebuah blouse cantik berwarna navy mudan dan sebuah celana kerja wanita berwarna hitam juga sebuah setelan baju tidur.

Ia mengambil semua pakaian itu, dan melihat dengan seksama. Ya, blouse dan celana itu adalah setelan kerja milik Yuri yang selalu ia kenakan saat bekerja. Begitu juga pakaian tidur itu adalah hadiah ulang tahun darinya untuk sang kakak sebelum ia menikah. Yuna sangat mengingatnya.

Tentu saja dia curiga.

"Apa kakak berbohong mengenai perjalanan bisnisnya?" monolognya dengan tatapan sedih ke arah pakaian Yuri.

Yuna tahu benar bahwa kakak pasti menginap di sana karena Marvin juga tidak akan meminjamkannya untuk orang lain, ia percaya itu.

***

(Ponsel Yuna bergetar)

Yuna kaget dengan getaran ponsel yang di saku nya. Ia melihat bahwa itu adalah Marvin, ia pun langsung membuang baju itu dan segera meninggalkan rumah untuk memberikan berkasnya.

'Sial! Karena berpikiran buruk tentang kakak, Mas Marvin jadi menungguku lama!' batin gadis itu sambil ngebut mengendarai motornya.

Di tengah perjalanannya, ia mendapati keadaan jalanan yang sangat macet hari itu. Sambil menunggu antrian macet Yuna mengeluarkan ponselnya, ia melihat pesan chat Marvin yang mengatakan bahwa ia memerlukan berkasnya 5 menit lagi. Yuna pun segera mengambil celah-celah jalan yang bisa lewati hingga tidak ada lagi celah bagi nya untuk melewati macet itu.

Tersadar tidak ada celah, Yuna kemudian belok ke kiri dan mampir di sebuah warung, ia menitipkan sepedanya kepada penjual di sana. Dan selanjutnya, Yuna nekat berlari menuju ke Universitas yang jaraknya kurang lebih sekitar 500m dari tempatnya saat itu.

***

Terima kasih telah membaca sampai sini kawan-kawan, terus support cerita ku ya🤗

Kira-kira apa yang bakal terjadi sama Yuna selanjutnya? Lanjut yuk >>>

Terpopuler

Comments

mau menyalahkan siapa juga bingung semuanya hampir jadi korban keegoisan wkwk

2024-04-17

0

Jumli

Jumli

kok jadi serba salah ya, mau kasian sama Yuna tapi gimana ya😁😅

2024-03-01

1

anjurna

anjurna

Perjuangan Yuna/Grimace/

2024-02-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!