| 5

'Lo harus jauhin Kemilau gimanapun caranya!'

'Aku sumpahin kalo kamu pacaran gak akan pernah bertahan lama kaya badan aku yang selalu kamu kata-katain pendek! Dasar mulut jahat dan sok ganteng!'

Uya terbangun ditengah malam karena mimpi lama yang sudah tidak pernah muncul dalam tidurnya itu kembali mengusik.

Sebenarnya bukan mimpi belaka. Lebih tepatnya adalah kejadian lama yang pernah dia alami saat dirinya masih duduk di bangku kelas 9. Seolah belum selesai dengan masa lalunya, hal-hal seperti itu malah menghantui Uya secara terus menerus hingga kini.

Semua bermula dari bidikan matanya yang menangkap senyum bergingsul dari seorang anak perempuan, yang menjadi siswa baru dimana dia bersekolah saat SMP dulu. Nama anak perempuan itu adalah Kemilau.

Dan Uya tidak menyangka bahwa mereka akan bertemu kembali diacara Reuni bersama teman-teman kampusnya beberapa hari lalu setelah sekian lama. Yang lucunya lagi, ternyata wanita itu sekarang adalah kekasih dari sahabatnya sendiri.

Wow!

Dunia terlalu sempit untuk pertemuan sepasang mantan yang putus dalam keadaan tersakiti.

...----------------...

Siang ini Uya rencananya akan membawa Kemy ke studio miliknya untuk memperlihatkan sejauh mana progres komik dari adaptasi novel yang dibuat oleh wanita itu.

Sejujurnya Uya tidak menyangka bahwa Kemy akan menjadi seorang novelis bergenre thriller. Sebab potongan dan penampilan Kemy dimata Uya terlalu girly. Terlalu manis untuk sosok yang lembut luar dalam,

tapi kenyataan bahwa pria itu tidak tau menau tentang Kemy yang sebenarnya, tentu saja menjadi sebuah kejutan. Seperti ada sisi lain yang baru terkuak dari seorang Kemilau Nusaena yang terpendam.

Ah. Tapi ada satu hal yang Uya tau tentang Kemy sih, sosok wanita bertubuh kecil nan penuh itu, kerap kali terlihat minum es selendang mayang di abang-abang pinggir jalan saat sekolah dulu.

Ya, Uya akan membelikan wanita itu es selendang mayang sebagai sambutan karena berkunjung ke studionya siang ini.

"Tumben, Mas, Sabtu gini udah rapi?"

Menjejaki lantai dasar, Uya disambut oleh suara Ibunda. Lelaki itu berjalan ke arah wanita berusia 60 tahunan yang sedang menyulam dan duduk tepat disebelahnya.

"Mau ngapel itu, Bu--Aw!"

Uya melempar bantal sofa pada adik perempuannya yang baru saja meledeknya.

"Bu ...," ucap Uya yang membuat Ibunya berhenti menyulam untuk kemudian memperhatikan wajah anaknya yang beberapa hari ini terlihat lebih bersih.

"Minta maaf yang enggak kaya ... minta maaf, gimana caranya, Bu?"

Pertanyaan Putranya membuat wanita itu tersenyum simpul, lalu kembali melanjutkan sulamannya sambil berkata, "Minta maaf, enggak akan bikin harga diri kita jatuh, Mas. Justru dengan melakukan hal itu ... hati kita bisa lebih tenang ... dan kita bisa lebih mudah untuk membangun hubungan yang baik kedepannya. Ya ... diluar orang itu mau menerima maaf kita atau tidak. Yang terpenting, Mas sudah berusaha untuk mengakui kesalahan." tutur Ibu Uya dengan suara lembutnya.

"Kalo malu buat bilang maaf, minimal sikap Mas Surya baik-baik didepan cewe itu, jangan caper yang nyebelin!" ujar Citra sekenanya.

Mendengar penuturan dari dua wanita yang disayanginya, Uya sudah bisa mengambil kesimpulan,

eh tapi ...

"Sok tau kamu, dari mana kamu bisa nebak orang yang Mas maksud itu cewe apa cowo?" tanya Uya pada sang adik yang bagai cenanyang.

"Dari kelakuan Mas Surya yang aneh sejak kemaren-kemaren!"

...----------------...

Motor sport hitam metalik milik Uya melaju sedang menyusuri jalan untuk mencari gerobak penjual es selendang mayang. Di Ibu Kota yang cuacanya sedang panas-panasnya ini, cukup banyak penjual es dadakan yang tumbuh di jajaran kaki lima. Namun begitu, tidak banyak dijumpai penjual es selendang mayang diantaranya.

Para penjual es selendang mayang hampir tidak ada yang membuka tenda khusus, rata-rata mereka berdagang menggunakan gerobak dorong yang mana harus teliti untuk mencari keberadaannya.

Saat sedang fokus memperhatikan setiap badan jalan, tiba-tiba Uya melihat mobil Dipta terparkir disalah satu restoran seafood. Sontak diapun berhenti dan membuka kaca helmnya untuk memperhatikan.

"Sama siapa dia?" selidik Uya saat melihat Dipta membuka pintu mobil untuk seorang wanita yang Uya kenal. "Mariana?" Katanya sambil mengingat sosok wanita seksi itu.

Drrt! Drrt!

Beberapa saat kemudian terdengar notifikasi pesan Whats App milik Uya yang bergetar. Dia pun langsung membuka seleting jaket kulitnya untuk merogoh ponselnya yang terletak didalam sana.

Seketika Uya tersenyum saat melihat siapa nama kontak yang mengiriminya pesan.

Boncel imut : [ Aku udah sampe ]

Dengan segera Uya pun membalas chat itu.

^^^"Sory! Aku lupa kalo kita ada janjian."^^^

Boncel imut : [ Hah?! %$#&@!!! ]

^^^"Wait! 30 menit lagi sampe."^^^

Uya tersenyum puas saat berhasil membalas chat wanita itu. Seketika dia jadi ingat ucapan Citra--adiknya yang masih kuliah semester dua.

"Bodo amatlah! Enakan gini. Enggak usil, enggak Seru!" kata Uya sambil cekikikan.

Tak berapa lama tawa usil Uya mereda kala mengingat kembali keberadaan Dipta dan Mariana--cinta pertama dari sohibnya yang sepertinya baru kembali dari luar negeri. Uya belum bisa menebak apa yang terjadi. Namun mengingat wajah Kemy, perasaan Uya seketika nyeri. Dia hanya berharap praduganya salah kali ini.

...----------------...

"Sialan!" maki Kemy sambil menendang-nendang kerikil yang ada disekitar flat shoes-nya. "Profesional apanya! Sama janji aja lupa begitu. Ugh! Udah tau gitu tadi minta anter aja," gerutunya lagi.

Tin Tin

Suara klakson berbunyi nyaring menuju arah Kemy berdiri. Seorang pengendara motor sport serba hitam melaju semakin pelan dan berhenti didekat wanita itu.

Kemy menelan saliva dan mundur perlahan saat pengendara Ninja sport itu bergeming. Bahkan helm yang dikenakan tak juga dibuka. Sehingga Kemy tidak dapat melihat raut wajahnya.

Dengan takut-takut Kemy pun berbalik badan dan hendak lari. Dia takut diculik. Namun,

"Oi!"

Suara lain yang beberapa hari ini tidak terdengar mulai mengudara. Ah ternyata si rese itu batin Kemy.

"Mau kemana?" tanya Uya jahil pada Kemy, sesaat pria itu membuka helmnya.

Kemy terdiam sesaat ketika melihat wajah Uya yang terlihat segar siang itu. Bibir merah pria itu tercetak basah setelah barusan dijilati oleh lidahnya sendiri,

hey, Kemy! Sadar!.

"Katanya 30 menit lagi!" bentak Kemy dengan mata melotot.

Uya terlihat tertawa renyah, dan hal itu sungguh mengganggu perasaan Kemy.

"Ciee ... yang nungguin ...," goda Uya.

Wajah Kemy seketika merah karena malu. Sialan lelaki itu batin Kemy. "Demen banget sih ngerjain orang!" kata Kemy ketus. "Ya udah cepet. Panas nih!" lanjutnya tak kalah ketus.

Setelah itu Kemy berbalik badan dan berjalan dengan cepat menuju tralis besi hitam yang masih tertutup. Uya yang melihat tingkah Kemy hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala saja.

Setelah masuk kedalam studio milik Uya, Kemy celingukan kesana kemari seperti mencari sesuatu. "Kok sepi ... katanya ada temen-temen kamu yang juga lagi ngerjain proyek, pada kemana?" tanya Kemy menyelidik.

Tap

Tiba-tiba saja Uya menyentuh bahu Kemy dengan gaya yang sensual. Hal itu membuat Kemy berjengit kaget. Lalu dia melirik perlahan ke arah jemari Uya yang berada di bahu kirinya.

"Kemilau ... sebenernya ...,"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Itha Mustika

Itha Mustika

nah.... sebenernya knapa niii..... ???? mencurigakan......
iiiihhh kak if....!!!!!! ngeselin deh kayak uyaa,,,, bikin pnasarannnn......

2024-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!