| 17

"Kalau bukan pacar mana mungkin dipeluk toh?" celetuk si Mbok yang membuat tiga pasang mata melotot bersamaan.

"Mampus gua!" Uya menggeram dalam hati.

Bagaimana Mbok Min bisa tau kalau tadi ada adegan seperti itu. Apa Jangan-jangan wanita yang sudah mengabdi sejak Uya masih bayi itu membuntuti dirinya saat di kolam renang tadi.

"Dipeluk gimana, Mbok?" tanya Ibu dengan serius. "Sini deh Mbok, duduk. Coba jelaskan apa yang sudah Mbok Min lihat?"

Mbok Min yang memiliki tubuh tambun berjalan perlahan dan duduk tepat disebelah Ibu setelah disuruh.

"Anu ... Bu, tadi Mbok tidak sengaja memergoki Mas Surya sama Mbak Kemilau yang lagi bertengkar di dekat kolam renang. Terus Mas Surya peluk Mbak Kemilau biar dimaafkan ... eh, sepertinya si begitu yang Mbok tangkap," ungkap Mbok Min dalam versi sudut pandangnya.

Uya tertawa garing saat mendengar Mbok Min begitu fasih mengarang bebas. Sepertinya Mbok Min sudah tertular bakat mengarang dari sepupu Uya yang berprofesi sebagai seorang Novelis.

Ibu yang langsung percaya dengan perkataan Mbok Min melemparkan tatapan tajam pada Uya. "Kamu enggak macam-macam sama anak gadis orang kan, Mas?" tanya Ibu khawatir.

"Jadi Mbak Kemilau beneran pacarnya Mas Surya?" timpal Citra dengan raut wajah sumringah.

Diserang oleh tiga wanita beda generasi, Uya sungguh tak bisa berkutik. Dia harap semua kejadian hari ini lekas berlalu.

Lain halnya di rumah Uya yang masih meributkan prihal statusnya dengan Kemy, gadis yang menjadi topik pembicaraan itu malah sudah berbaring di ranjangnya dengan nyaman.

Akan tetapi kedua mata Kemy tak bisa tertutup. Gadis itu masih terjebak pada kejadian tak terduga di rumah Uya tadi, saat lelaki itu tiba-tiba memeluknya.

"Iiiih! Apaan sih tuh orang pake peluk-peluk segala," Kemy bergidik jijik dibalik selimutnya. Dia juga tidak mengerti mengapa tidak berontak saat mendapatkan dekapan dari tubuh Uya yang ternyata rasanya ...

"Sadar Kemilau ... sadar. Jangan terkena jebakan Buaya!" gumam Kemy.

Gadis itu tidak mengerti mengapa Uya melakukan hal yang seperti bukan diri lelaki itu.

Bukannya marah atas perkataan Kemy yang terdengar menyudutkan lelaki itu dan juga keluarganya, Uya malah bertingkah diluar nalar dengan memeluk Kemy.

Pelukan itu adalah perlakuan yang pertama dari Uya sejak Kemy mengenal lelaki bermulut tajam itu sejak keduanya masih SMP.

...•...

...•...

...•...

Hari libur adalah hari yang selalu dinanti. Bekerja paruh waktu sebagai seorang Pelayan adalah pengalaman pertama untuk Kemy.

Referensi itu diberikan oleh Tiara--sahabatnya, saat Kemy mengatakan bahwa kontrak dengan Mediacore telah berakhir.

Kemy yang tidak mempersiapkan rencana cadangan saat kontrak itu selesai sungguh tidak menyangka akan menjadi luntang-lantung begini. Semua ini karena dia terbuai oleh kenyamanan yang ternyata semu yang diberikan Dipta padanya.

Perlakuan pria itu selama Kemy jalan dengannya membuat Kemy merasa aman dan terjamin kehidupan dan juga karirnya. Namun siapa sangka jika jadi seperti ini, ternyata Dipta telah membohonginya dengan telak.

Berkat kejadian itu, Kemy berjanji pada dirinya sendiri tidak akan pernah lagi menggantungkan harapan dan juga hidupnya pada orang lain.

"Dipta brengsek!!" umpat Kemy saat dia mengingat lelaki itu.

Bahkan sampai detik ini Dipta tak jua menemuinya untuk sekedar meminta maaf.

Padahal sebulan yang lalu saat Kemy menyambangi Mediacore untuk mengkonfirmasi tentang novel terakhirnya yang dia selesaikan dua bulan lebih awal, Dipta pasti tau. Tapi lelaki itu seolah amnesia dan lupa tentang kebersamaannya dengan Kemy selama ini, Dipta tidak pernah sekalipun menghubunginya lagi.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu membuat Kemy yang sedang melamun langsung tersadar.

Siapa pikirnya siang-siang seperti ini bertamu.

Dengan langkah malas dan pakaian seadanya, Kemy langsung membuka pintu tanpa mengintip lewat jendela dulu seperti sebelumnya.

"Hai ...."

...----------------...

Hari libur yang niatnya ingin Kemy gunakan untuk berleha-leha, gagal. Kedatangan tamu tak diundang yang selalu memaksakan kehendaknya pada Kemy datang mengajaknya keluar. Kemy tak mengerti mengapa tak bisa menolak. Perkataan yang keluar dari mulut Uya bagai mantra yang sulit didebat.

"Undangan dari Ibu kamu, malam kan? Kita mau kemana sekarang? Ini masih siang," tanya Kemy.

Kini wanita itu duduk dengan nyaman di kendaraan Uya. Lelaki itu tidak membawa Ninjanya kali ini. Roda empat dengan body besar menjadi kendaraan yang dia pilih untuk keluar bersama gadis itu di minggu siang.

"Iya, nanti malam. Sekarang kita ke tempat lain dulu."

Mengingat perkataan Kemy yang libur hari ini, Uya sudah bersiap sedari pagi untuk menemui gadis yang kini duduk manis dengan pakaian seperti biasa, celana jeans dan kemeja katun berwarna merah muda kesukaannya.

"Ini mau ketempat yang kemarin kamu bilang?" tanya Kemy.

Uya menoleh sekilas. "Bukan. Yang itu nanti saat ada event lagi," sahut Uya.

Kemy mengernyit. "Event?" tanya Kemy. Uya mengangguk. "Event apa? jangan bikin penasaran?" Kemy sebal dibuat seperti ini.

Uya tertawa ringan. "Panggil aku 'Mas' dulu dong, nanti aku kasih tau," goda Uya.

Kemy mencebik dan langsung membuang muka ke arah jendela. "Males. Aku lebih milih penasaran sampe mati," gumamnya.

Uya yang mendengar hal itu tertawa terbahak-bahak.

"Seneng banget dia kayanya," batin Kemy kesal menatap Uya dari pantulan jendela.

"Ya sudah ... Mas juga lebih seneng sih kalau Dek Kemilau penasaran sampai mati sama Mas," kata Uya dengan intonasi menggoda.

Kemy menoleh dengan tatapan jijik serta memukul bahu pria tengil itu dengan sangat keras sampai Uya minta ampun. "Jijik aku, Mas ... Jijik!" kata Kemy dengan wajah meledek. Dan,

keduanya tertawa bersama.

...----------------...

"Kamu enggak perlu beliin aku kemeja begini," tolak Kemy atas tawaran Uya.

Keduanya kini berada didalam Butik yang menyatu dengan Mall. Uya membawa Kemy ke jajaran kemeja wanita yang terpampang berwarna putih dengan potongan dan model yang beragam.

"Ibu yang minta aku buat beliin kamu kemeja ini," beritahu Uya.

"Enggak usah, Mas. aku punya cadangan kemeja lain kok,"

"Nah, kamu coba yang ini deh, kayanya ukurannya nyaman ditubuh kamu." Uya menyerahkan sebuah hanger yang menggantung kemeja putih slim fit dengan potongan manis pada Kemy.

"Sok tau!"

"Ya tau dong. Kan itu gunanya pelukan aku semalam," bisik Uya didekat wajah Kemy.

Kemy segera memundurkan kepalanya sambil menajamkan kedua matanya ke arah Uya. Lalu dia menginjak keras sepatu Uya dengan flat shoes miliknya. "Apaan sih!" kata gadis itu dengan kesal.

"Hai Bro?"

Uya yang sedang pura-pura mengaduh dan ditertawai oleh Kemy, kompak menoleh ke arah suara yang baru saja menyapa.

Pradipta Cavero. Lelaki itu muncul di antara mereka.

"Wah! Gua nggak nyangka akhirnya kalian berani menampakkan warna. Udah berani terang-terangan rupanya?"

Perkataan sarkas Dipta mendapat senyuman remeh dari Uya.

"Maling teriak maling!" desis Kemy melemparkan wajah penuh hinaan ke arah mantan kekasihnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rhiika

Rhiika

tak tungguin nih

2024-03-09

1

Rhiika

Rhiika

up dobg

2024-03-09

1

Rhiika

Rhiika

up thorr,,nungguin nih,irit banget upnya

2024-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!