| 15

Setelah diturunkan untuk kemudian di tinggalkan, kini terlihat Kemy duduk sendirian di ruang tamu besar dan sepi yang menambah rasa canggung pada diri wanita itu.

Kemana Uya?

Tak berapa lama keduanya datang tadi, tiba-tiba Uya harus pergi lagi. Namun, kali ini pria itu menggunakan mobil entah kemana setelah meninggalkan Kemy dengan seorang perempuan yang Kemy tebak adalah Asisten Rumah Tangga di rumah yang Uya bilang adalah milik orangtuanya.

Ingatkan Kemy untuk meneriaki Uya dengan berbagai macam sumpah serapah dan juga memukul kepala lelaki jangkung itu jika dia tiba nanti.

Akan tetapi sepertinya niat Kemy hanya ucapan semata, sebab disini adalah markas besar Uya, dimana semua keluarganya berada. Bisa-bisa Kemy yang dikeroyok.

Ugh! Kemy terjebak.

"Maaf ya, kamu jadi ditinggal sendirian."

Sosok gadis belia dengan wajah manis berjalan mendatangi Kemy.

"Mas Surya harus buru-buru ambil pesanan kue di beberpa outlet. Soalnya cuma Mas aja yang tau jalan pintas disaat macet begini," jelas gadis itu lagi.

Ah benar. Kemy juga setuju jika Uya lah yang paling tau jalan pintas atau jalan tikus untuk mengambil jalan tercepat. Sebab beberapa kali dirinya di bonceng oleh lelaki itu, Uya kerap kali mengambil jalan yang sepertinya sudah biasa lelaki itu lalui.

"Aku Citra, adiknya Mas Surya," kata Citra mengenalkan diri. "Aku seneng banget deh akhirnya Mas Surya bawa ceweknya ...."

"Ooh ... namanya Citra--eh tapi apa dia bilang? ceweknya?"batin Kemy ingin menyanggah.

Sumpah. Mulut Kemy seperti di lem. Wanita itu bahkan tak bisa membantah saat gadis belia itu menyangka Kemy adalah kekasih dari kakaknya.

"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya Citra sopan. "Kayanya kamu masih sekolah ya? Kamu tau kan Mas Surya itu usianya udah Om-om?" tandas gadis itu terlihat mengejek kakaknya sendiri.

Kemy hanya dapat mengulum senyum saat gadis didepannya menyangka bahwa Kemy masih anak SMA. Akan tetapi tawa Kemy tak tertahan saat mendengar pernyataan Citra tentang usia Uya yang seperti Om-om.

Ya, 26 tahun itu memang cocok dipanggil Om sih. Pasti Uya punya keponakan yang memanggil dia dengan sebutan Om kan?

"Kok ketawa sih? Kamu baru sadar ya?" tanya Citra dengan jenaka.

Kemy meringis. "Iya ... aku baru sadar," sahut Kemy berbisik menyetujui. "Panggil aku Kemilau aja," kata Kemy lagi.

Seketika kedua mata Citra berbinar, lalu dia berkata, "Ya ampuuun ... ternyata nama kamu satu frekuensi."

Kemy jadi berpikir, satu frekuensi apanya?

"Wah, ade-kakak sama-sama gak jelasnya," batin Kemy.

"Surya dan Kemilau, sama-sama yang bersifat penerang gak sih?" ujar Citra dengan riang.

Mendengar cocoklogi yang dikemukakan Citra, Kemy hanya bisa tersenyum masam. Perkataan adik Uya memang benar, dan Kemy baru menyadari itu walau terkesan dipaksakan.

"Terserah kau sajalah, Cil!" sahut Kemy. Tapi hanya dalam hati.

Akan tetapi Kemy cukup terhibur dengan keberadaan Citra yang menemani dirinya sendiri di ruangan besar nan asing ini. Dia seperti tengah berbincang dengan kedua sahabatnya, Tiara dan Kanya.

"Loh, kamu bawa teman, Dek?"

Kemy ketar-ketir saat melihat sosok wanita dengan gaun sifon motif bunga memasuki ruangan tamu dimana Kemy berada. Kemy yakin wanita itu adalah Biangnya alias Ibu kandung Uya--terlihat mirip. Refleks Kemy pun berdiri.

"Ini temannya Mas Surya, Bu. Te-man," tekan Citra dengan kode senyuman ke arah Ibunya.

Wanita yang dipanggil Ibu itu berjalan mendekati Kemy. Lalu tersenyum. "Kok Surya enggak bilang ada bawa teman. Maaf ya urusan kalian jadi terganggu karena Ibu telepon Surya secara tiba-tiba. Kalian tadi lagi dijalan ya?" tanya Ibu pada Kemy dengan senyum lembut.

Mendengar perkataan wanita itu, Kemy tiba-tiba jadi segan. "Enggak apa-apa kok Tante. Tadi memang kebetulan satu arah," tukas Kemy. Di otaknya hanya tersusun kalimat itu sebagai jawaban.

"Kamu sudah makan?" tanya Ibu pada Kemy.

Kemy tersenyum dan semakin tak enak hati. Dia begitu disambut disana, padahal Kemy baru pertama kali bertemu dua orang asing didepannya ini. Akan tetapi ramahnya bukan main.

"Sudah, Tante, terimakasih tawarannya," sahut Kemy.

"Panggil Ibu aja, Kemilau. Jangan Tante," sela Citra sambil menggandeng Ibunya.

Kemy dibuat kikuk. "Oh, Maaf ya Bu," tutur Kemy dengan lidah kelu.

"Kamu enggak sopan deh panggil teman Mas mu pakai nama begitu, De," protes Ibu pada Citra.

"Lah, Kemilau ini masih SMA, Bu," ujar Citra membela diri.

"Ck! Mana ada Mas Mu temennya anak SMA sih, De," kilah Ibu. Lalu wanita itu menatap Kemy dengan senyum canggung.

"Jadi nama kamu Kemilau?" tanya Ibu, Kemy mengangguk menyahuti. "Cantik sekali namanya," pujian itu membuat Kemy malu. "Maaf ya kalau sikap dan perkataan Citra menyinggung. Kamu imut soalnya, anak ini jadi salah paham."

Ibu Uya ternyata cukup jeli dan bisa menilai. Walau wanita itu tidak tau persis berapa usia Kemy, tapi dia yakin bahwa wanita yang Citra bilang adalah teman Uya, pasti usianya jauh diatas putrinya.

"Enggak apa-apa, Bu," Lagi-lagi itu jawaban Kemy.

Memang mau jawab apa lagi. Tidak perlu banyak berkata diawal pertemuan seperti ini, terlebih Kemy pun tak berniat untuk akrab lebih jauh lagi.

"Ya sudah, ayo masuk kedalam. Surya sepertinya akan lama," ajak Ibu.

Kemy terlihat berbaur dengan beberapa Art yang sibuk hilir mudik membenahi ruangan. Kendati tubuhnya lelah, Kemy tak bisa berterus terang begitu saja. Toh dia hanya duduk di atas permadani bersama Citra dan Ibunya sambil merangkai bunga. Dan sedari tadi Citra terlihat irit bicara, tentu Kemy tau apa penyebabnya.

"Kebetulan nanti malam ada acara arisan keluarga. Makanya rumah ini terlihat sibuk sekali," jelas Ibu pada Kemy.

Wanita 60 tahun itu begitu terlihat ahli merangkai bunga. Citra yang termasuk generasi masa kini ternyata juga memiliki kepiawaian yang tak kalah dari Ibunya. Hanya Kemy yang bingung harus merangkai bunga mulai dari mana.

Maklum saja, sabab Kemy tak pernah melakukan aktivitas seperti ini sejak Mamanya meninggal ketika Kemy duduk dibangku kelas 1 SMA. Sejak kepergian Ibu kandungnya, Kemy sudah terbiasa hidup sendiri tanpa aturan dan juga bimbingan.

"Kamu ngapain?"

Tiba-tiba Uya datang ke Ruangan dimana Kemy, Citra, Ibu dan beberapa orang masih hilir mudik dengan kesibukannya masing-masing.

Kemy tersenyum penuh arti untuk membalas pertanyaan Uya tadi.

"Kemana aja Lo, Kuya!" mungkin begitu arti dari senyuman Kemy. Kemy tidak benar-benar bisa mengucapkannya. Wanita itu hanya berani mengumpat dalam hati.

"Maaf, Mas, Ibu enggak bermaksud nyuruh-nyuruh teman kamu," ujar Ibu pada Uya.

Uya mendekati Ibunya lalu mencium tangan wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya dengan sayang.

"Bukan gitu, Bu maksud Surya. Kemilau ini enggak biasa merangkai Bunga-bungaan. Nanti kalau hasil rangkaian dari Kemilau berantakan bisa enggak estetik sama hasil rangkaian milik Ibu,"

"Jahat banget deh Mas cara bicara kamu," ujar Ibu menatap tak suka pada putranya. "Maafkan Surya ya Kemilau. Dia sering bicara kasar ya sama kamu?"tanya Ibu sungguh-sungguh. Dia takut kelakuan putranya menyakiti perasaan orang lain.

"Iya, Bu. Mulut anak Ibu yang satu ini emang harus dirangkai sama bunga berkabung!"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nizam Maheer

Nizam Maheer

Ditunggu upnya thor

2024-03-06

1

Rhiika

Rhiika

astaghfirullah bikin gregetan ini cerita,,up-nya irit bgt,tapi bukan tetep nungguin upnyaa,,,Uya emng pengin tak jitak

2024-03-06

1

Itha Mustika

Itha Mustika

uyaaaa jangn kumat deh nyebelinnya......
kasian tuh kemmiiii.... d ajak krumah malah d tinggalin gtu ajj.... sungkan n kikuk kan..., semangat kemmmiiii...
semangat jga kak if.....!!! smga shat slluuu

2024-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!