| 11 Bab Akhir Cintanya

Kemy berdiri di depan pintu ruang kerja Dipta dengan sebuah amplop cokelat di tangan. Langkahnya berat, namun tekadnya sudah bulat. Ini bukan keputusan yang mudah, tetapi baginya, harga dirinya jauh lebih penting daripada mempertahankan hubungan yang sudah beracun.

Pintu terbuka setelah ia mengetuk tiga kali. Dipta menoleh dari belakang meja kerjanya. Wajahnya terlihat kaget saat melihat Kemy.

"Masuk," ujar Dipta dengan suara datar.

Kemy melangkah masuk. Langit-langit ruangan terasa lebih rendah dari biasanya, menekan napasnya yang mulai terasa berat.

"Aku nggak menyangka kamu datang hari ini," kata Dipta mencoba mencairkan suasana. Namun, pandangan Kemy tetap dingin, membuat Dipta sedikit kikuk.

"Aku cuma mau menyerahkan ini," Kemy menyodorkan amplop cokelat di tangannya ke meja Dipta.

Dipta menatap amplop itu, lalu menatap Kemy. Ada firasat buruk yang menghampirinya. "Apa ini?" tanyanya seraya mengambil amplop itu.

"Surat pengunduran diri," jawab Kemy singkat.

Dipta membuka amplop itu dengan gerakan lambat, seolah-olah berharap isi di dalamnya tidak sesuai dengan perkiraannya. Tapi tidak ada kejutan—kalimat pembuka surat itu sudah menjelaskan semuanya.

"Bukankah ini pekerjaan yang kamu impikan? Kenapa kamu tolak?" tanyanya, namun Kemy hanya memalingkan pandangan, tak peduli.

Dipta beranjak, duduk di sebelahnya. "Oke. Aku minta maaf karena enggak sempat ke kos kamu buat tanya kabar," ujarnya pelan. Mengingat janjinya yang dibatalkan sepihak.

Kemy perlahan menoleh, menatap dalam-dalam mata Dipta, seolah mencari jawaban di sana. "Seharusnya ini yang Mas Dipta katakan terlebih dulu. Bukan masalah pekerjaan," ucapnya dingin.

Dipta menyadari kesalahannya. "Aku benar-benar minta maaf. Program baru Mediacore membuat aku antusias. Perusahaan ini bertumbuh, aku dapat banyak ide baru. Kamu tahu kan seberapa ambisiusnya aku dengan Mediacore?" katanya penuh semangat.

Kemy mengangguk kecil. Ia tahu betul. Dipta adalah pria ambisius, pekerja keras yang selalu ingin maju. "Ya, aku tahu. Tapi justru itu. Aku sadar, aku enggak bisa mengikuti arus kamu. Kamu terlalu tinggi buat aku gapai," ujarnya, suaranya lirih.

Perkataan itu membuat Dipta kesal. "Kamu bicara apa sih? Sebenarnya arah pembicaraan kita ini mau kamu bawa ke mana?" tanyanya tajam.

Kemy tersentil, tapi ia sudah terlanjur lelah menahan segalanya. "Kamu anggap hubungan kita ini gimana, Mas? Seserius apa kamu? Dan satu hal... kenapa dulu kamu memutuskan pacaran sama aku?" tanyanya, penuh kecewa.

Dipta menarik napas, bingung harus menjawab apa. Pertanyaan itu menusuknya, tapi emosinya juga tersulut. "Kamu kenapa sih?" balasnya akhirnya.

"Kamu tinggal jawab aja kenapa?! Jangan pura-pura enggak ngerti!" suara Kemy naik.

Dipta terkejut melihat sikap Kemy yang berbeda. Wanita yang dulu lembut dan penurut kini berubah jadi sosok yang penuh amarah. "This is the real you, right?" ucap Dipta sinis.

Kemy tersenyum masam. "Setiap orang akan berubah kalau dihadapkan sama pembohong seperti kamu," katanya pelan, menahan emosinya.

Mata Dipta membelalak. "Kamu menuduh aku bohong? Apa maksudnya? Bicara yang jelas!" serunya.

Kemy menatapnya dengan senyum sinis. "Aku lihat kamu peluk dan cium perempuan lain."

Pernyataan itu membuat Dipta terdiam. Bahunya melemah, tapi ia tetap berusaha mempertahankan wajah arogan. "Apa ini bagian dari naskah thriller novel kamu? Kamu menjadikan aku kambing hitam?" katanya dengan senyum remeh.

Kemy menggeleng, lalu tertawa dingin. "Kamu terdengar seperti playing victim," ucapnya.

Dipta berdiri, mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba menenangkan diri. "Cukup sampai di sini. Kamu seperti enggak sehat. Omonganmu melantur," katanya.

"Kenapa enggak diselesaikan sekarang?" balas Kemy, berdiri menatapnya.

"Selesaikan apa? Omonganmu yang enggak jelas?" Dipta tetap defensif.

"Kamu ketahuan, Mas. Aku lihat semuanya dengan mata kepala aku sendiri. Jangan mengalihkan pembicaraan ini!" sergah Kemy.

Dipta mendengus kesal. "Satu-satunya orang yang mengalihkan pembicaraan di sini itu kamu! Kita lagi di kantor dan bicara soal pekerjaan. Kamu enggak profesional!" tuduhnya.

Kemy tertawa pahit. "Bukannya kita cuma berdua di sini? Bukannya kamu sendiri yang bilang kita bisa bicara apa saja kalau cuma kita?"

Dipta akhirnya menyerah. "Oke! Oke!" ia berkata kasar, mencoba menahan emosi.

"Jadi, siapa perempuan itu?"

Ceklek.

"Surpriiise!" Sebuah suara lembut menggema, disertai aroma manis yang memenuhi ruangan.

Kemy menoleh. Seorang wanita berambut cokelat kemerahan bergelombang masuk dengan wajah ceria. "Oh, sory! Aku enggak tahu kalau kamu lagi ada tamu, Bebs," katanya pada Dipta dengan lembut.

Kemy memandang wanita itu, lalu beralih menatap Dipta. Ia tak butuh penjelasan lagi. Semuanya sudah jelas.

"Kita udah selesai kok," ucap Dipta pada Kemy, matanya menghindar.

Kemy tersenyum masam, melirik wanita itu sejenak, lalu menatap Dipta untuk terakhir kalinya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ayu Kerti

Ayu Kerti

moga cpt diberi sehat ya kakkkk...

2024-02-27

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!