| 11

"Ah, sory," ujar Dipta, lelaki itu pun mencairkan wajahnya dengan senyuman. "Kamu akan jadi Editor utama untuk proyek novel horor di situs 'Miss Dis'."

"Maaf. Aku enggak bisa!" Kemy berkata dengan ekspresi datar, bahkan kedua matanya terasa kosong.

Dipta mengernyit bingung saat mendengar penolakan Kemy.

"Bukan kah ini pekerjaan yang kamu impikan? Kenapa kamu tolak?" tanya Dipta.

Akan tetapi Kemy tak menggubris pertanyaan lelaki itu. Bahkan Kemy sengaja membuang tatapannya ke sembarang arah.

Melihat Kemy seperti merajuk, Dipta pun beralih duduk disebelah wanita itu. "Oke. Aku minta maaf karena enggak berusaha ke tempat Kos kamu buat tanya kabar," aku Dipta.

Kemy perlahan kembali menatap Dipta, memaku kedua bola mata lelaki itu sedalam yang Kemy bisa.

"Seharusnya ini yang Mas Dipta katakan terlebih dulu. Bukan masalah pekerjaan," ujar Kemy.

Dipta membasahi bibirnya, lelaki itu juga baru menyadari perilakunya yang terlalu gegabah dan terkesan terburu-buru. Seharusnya Dipta bisa lebih pandai berbasa-basi setelah beberapa hari tak berkomunikasi dengan Kemy.

"Aku bener-bener minta maaf. Program baru Mediacore membuat aku lebih antusias dari biasanya. Aku mendapat banyak pencerahan untuk kemajuan perusahaan selama beberapa hari ini. Perusahaan yang aku bangun dari nol dan semakin bertumbuh membuat aku lebih optimis dari biasanya. Kamu juga tau kan seberapa ambisiusnya aku terhadap kesuksesan Mediacore?" kata Dipta dengan antusias.

Tentu saja Kemy tau. Dimata Kemy, Dipta adalah sosok pekerja keras dengan loyalitas tanpa batas. Sifatnya yang selalu haus ilmu dengan cara mengikuti berbagai macam seminar didalam dan luar negeri membuat lelaki itu dikenal sebagai salah satu entrepreneur muda yang oportunis.

"Ya, aku tau. Makanya aku sadar diri dan memilih mundur karena aku nggak bisa mengikuti arus kamu. Aku baru sadar bahwa kamu terlampau tinggi buat aku gapai," racau Kemy.

Jujur saja, Dipta kesal mendengar perkataan Kemy. Sosok Kemy yang seperti ini membuat Dipta bisa hilang akal.

"Kamu bicara apa sih? Konteks pembicaraan kita ini sebenernya mau kamu bawa ke arah mana?" tanya Dipta dengan menahan kesalnya.

Kemy merasa tersentil dengan perkataan itu. Benar juga pikir Kemy. Kenapa dia jadi hilang kendali dan berbicara ngawur? Bukankah Kemy berjanji akan bersikap profesional. Setidaknya sampai batas kontraknya selesai dua bulan lagi.

Ah! Masa bodo dengan hal itu. Ternyata Kemy tak sekuat perkiraanya. Bagaimanapun, Kemy ingin Dipta jujur padanya perihal siapa wanita yang dipeluk mesra beberapa hari lalu. Bahkan sampai dicium dengan bebas ditempat umum.

"Kamu anggap hubungan kita ini gimana sih, Mas? Seserius apa kamu sama aku? Dan satu hal ... apa yang membuat kamu dulu memutuskan pacaran sama aku?"

Bertubi-tubi pertanyaan itu Kemy utarakan dengan wajah penuh kecewa. Kemy juga penasaran apa yang Dipta lihat dari dirinya dan bisa bertahan sampai sejauh ini.

Kalau hanya untuk main-main, seharusnya Dipta tak perlu bersikap manis, terlebih berniat ingin menjadikannya sebagai editor utama. Kemy merasa dilambungkan dengan perlakuan khusus dari Dipta sehingga Kemy lupa diri. Dan ketika melihat kenyataan lelaki itu memiliki wanita lain, Kemy merasa jantungnya sakit seperti dihujami tombak karat.

"Kamu kenapa sih?" Dipta mulai terpancing emosi.

"Kamu tinggal jawab aja kenapa sih?! Malah tanya balik ke aku kaya orang nggak punya salah!" Kemy tak kalah emosi. Bahkan suaranya terdengar memekik, beruntung ruang kerja Dipta kedap suara.

Melihat sikap frontal Kemy, Dipta mengerutkan keningnya, begini kah sifat asli wanita yang dia anggap polos, lugu dan penurut itu?

"This is the real you, right?" ujar Dipta berdecih.

Kemy tersenyum masam mendengar perkataan yang baru saja Dipta utarakan. Pastilah laki-laki itu terkejut melihat reaksi Kemy yang seperti ini. Mengingat bagaimana sikap lembut dan penurut yang selama ini Kemy tunjukkan, wajar saja jika Dipta merasa Kemy berbeda.

"Setiap orang akan berubah jika dihadapkan dengan pembohong seperti kamu ...," ungkap Kemy. Kali ini wanita itu berbicara lebih pelan dengan menekan seluruh amarahnya.

Dipta membelalakan kedua matanya, sipitnya hilang sudah. "Kamu menuduh aku bohong? Apa maksud kamu? Bicara yang jelas!" sahut Dipta menekan setiap perkataannya.

Kemy tersenyum remeh, laku mengangguk. "Aku lihat kamu lagi peluk dan cium perempuan lain!"

Perkataan Kemy membuat bahu Dipta melemah, tapi tidak dengan raut wajahnya yang masih arogan. Tak berapa lama Dipta membuang napasnya. "Apa ini bagian dari naskah thriller novel kamu selanjutnya? Karena terdengar menjadikan aku kambing hitam." kata Dipta dengan senyum remeh.

Kemy geleng-geleng kepala sambil tersenyum sinis, lalu dia berkata, "Kamu terdengar playing victim!"

Dipta berdiri dari duduknya, dia mengalihkan pandangannya dari wajah Kemy, pria itu hanya ingin mengendalikan emosinya agar tak hilang akal.

"Cukup sampai disini pembicaraan kita. Kamu sepertinya kurang sehat sampai banyak bicara melantur," ujar Dipta.

Kemy menyusul berdiri, akan tetapi kedua sorot matanya tak beralih pada pria maskulin itu. "Bukankah lebih baik diselesaikan sekarang?" tanya Kemy.

Dipta menoleh dengan dahi mengernyit. "Selesaikan untuk menanggapi omongan kamu yang melantur?" tanya Dipta dengan nada remeh.

"Kamu itu udah ketauan sama aku. Aku lihat dengan mataku sendiri. Sangat jelas! Aku enggak sedang melantur. Kamu jangan mengalihkan pembicaraan ini?"

"Satu-satunya orang yang mengalihkan pembicaraan kita disini ya cuma kamu! Kita lagi di Kantor dan membahas pekerjaan. Kamu bener-bener nggak profesional!" tuduh Dipta menahan emosinya.

Kemy tertawa sumbang. Wanita itu mengakui bahwa dirinya tidak profesional kali ini. Akan tetapi kalimat yang diucapkan Dipta sungguh egois bagi Kemy.

"Bukannya kita cuma berdua disini? Kamu juga pernah bilang kan, kalo kita cuma berdua ... kita bisa bebas berbicara seperti apa. Dan kenyataan kita bisa ketemu dan tatap muka di kantor kamu sekarang ini, bukan kah sebuah kesempatan untuk meluruskan semua ucapanku yang kamu anggap melantur?"

Dipta menghela napas dengan kasar. Telapak tangannya mengusap wajah orientalnya yang berkeringat. "Oke! Oke!" sahut Dipta.

"Jadi ... siapa perempuan itu?"

Ceklek

Krieet

"Surpriiiise!" Seorang wanita dengan rambut coklat kemerahan yang digerai bergelombang masuk dengan wajah ceria.

Aroma manis langsung menyerbu penciuman Kemy. Wangi sekali aroma wanita itu sampai membuat Kemy menolehkan pandangannya ke arah si empu aroma yang tengah berdiri didekat pintu.

"Oh. Sory! Aku enggak tau kalau kamu lagi ada tamu, Bebs ...," kata wanita itu yang tertuju pada Dipta. Cara bicaranya terdengar anggun dan lembut sekali.

Setelah mendengar wanita itu bicara, Kemy langsung mengalihkan tatapannya ke arah Dipta yang berdiri dengan tatapan kaku menghadap Kemy.

Lihatlah! Bukan aku yang melantur. Mungkin begitulah arti dari tatapan Kemy yang tertuju pada Dipta.

"Kita udah selesai kok!" tukas Dipta sambil menatap wajah Kemy.

Menyaksikan sikap Dipta membuat Kemy tersenyum masam--mengasihani dirinya. Ternyata Dipta sudah berubah pikir Kemy. Dan tanpa basa-basi, Kemy pun berlalu dari hadapan dua manusia yang akan Kemy ingat selamanya, sebagai orang-orang yang masuk dalam daftar hitam dihidupnya. Kemy muak dengan nasibnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ayu Kerti

Ayu Kerti

moga cpt diberi sehat ya kakkkk...

2024-02-27

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!