| 19

"Papa ..." lirih Kemy dengan perasaan campur aduk saat menyahuti suara diseberang telepon.

Sudah hampir lima tahun Kemy tak pulang menemui ayah kandungnya. Rasa Rindu yang begitu sesak Kemy tahan karena rasa egonya yang teramat mendominasi.

Saking lamanya tak bersua, Kemy sampai lupa alasan apa yang membuat dia begitu membenci sosok ayahnya. Dan kini saat masalah menerpa sampai menemui jalan buntu atas harga dirinya yang telah dilindas, Kemy dengan tak tahu malunya menghubungi Papa nya yang sudah dia blokir nomornya itu.

["Ini, Om Yudha, Kemilau,"]

Kemy mengernyit, lalu dia menjauhkan ponselnya dari telinga untuk memastikan bahwa dia tidak salah menekan nomor pada layar ponselnya.

"O-om Yudha? Kok handphone Papa bisa ada sama Om?" tanya Kemy.

["Kemilau ... Papa kamu sedang dirawat di Rumah Sakit."]

...----------------...

Menempuh perjalanan hampir satu jam, akhirnya Kemy sampai di sebuah Rumah Sakit yang berada di kawasan Kota Bogor.

Dengan diantar oleh Uya, Kemilau berlari menuju meja informasi untuk menanyakan dimana letak ruangan sang Papa berada.

Semua rasa kecewa, benci dan marahnya sirna sudah saat melihat sang Papa yang terbaring tak berdaya dengan selang oksigen dan juga selang infus yang tertanam di tubuh pria berusia 65 tahunan itu.

"Kenapa Abang enggak kasih tau Gue tentang kondisi Papa?" tanya Kemy pada Cakra dengan suara parau.

Cakra menghela napas pelan mendengar keluhan itu. Lalu dia menoleh ke arah adiknya yang sedang duduk menunduk tepat disebelahnya. "Seharusnya Gua yang tanya, kenapa handphone lo enggak aktif sampe berhari-hari?"

Kemilau mengernyitkan dahi. Ah benar, sejak kejadian dia menonaktifkan nomor teleponnya sebulan lalu akibat kesal pada Dipta, Kemy langsung mengganti nomornya. Dan dia memang tidak mengabari Cakra.

"Gua, udah ganti nomor--eh! Tapi kan Elo bisa datengin gue ke Kosan, Bang!" kilah Kemy.

"Lo pikir Gua pengangguran sampe jauh-jauh dateng ke Kosan lo buat ngabarin kondisi rumah? Bukannya Elo ya yang harusnya pulang?!"

...----------------...

Uya yang baru saja kembali dari kantin, melihat Cakra sedang berdiri sambil melipat tangan dengan menatap sinis padanya.

"Kayanya Lo makin akrab aja sama Adek Gua?" tanya Cakra tak suka.

Uya meringis canggung. Lalu lelaki itu menggaruk kepalanya seperti orang bodoh. "Kebetulan aja kita lagi ada urusan, Bang," sahut Uya yang tidak bisa menutupi kegugupannya.

"Kemilau lagi kena masalah?" Cakra terdengar menyelidik saat menanyakan itu.

Bagaimana Cakrawala bisa mengetahui jika Kemy ada masalah, pikir Uya.

Apa yang harus Uya jawab?

Jika dia mengatakan kebenaran, maka sudah dipastikan Cakra tidak akan diam saja perihal adiknya yang baru saja di khianati Dipta. Dan kenyataan bahwa dia dan Dipta adalah teman, hal ini akan semakin membuat Cakra salah paham padanya.

"Masalah?" sahut Uya bertanya dengan ekspresi polos.

Cakra melepaskan kewaspadaannya dengan duduk bersandar pada kursi panjang Rumah Sakit. "Tumben aja dia ngehubungin nomor Bokap. Pasti ada sesuatu," tebak lelaki itu.

Uya yang mendengar keanehan pada perkataan Cakra, akhirnya bergerak untuk duduk di kursi yang sama. Berharap mendapat penjelasan.

"Feeling anak kali, Bang. Tau kalau Orangtuanya lagi kenapa-kenapa," sahut Uya.

Cakra menoleh pada lelaki yang pernah menjadi teman dekatnya saat mereka di SMP dulu.

Uya yang mendapat tatapan aneh dari mantan kakak kelasnya langsung berdeham. "Ini sih pengalaman Gua aja. Soalnya kalo Nyokap, Bokap atau Adek Gua kenapa-kenapa, pasti ada perasaan nggak enak muncul dan hal itu yang bikin Gua langsung hubungin mereka."

Penjelasan Uya memang masuk akal dan sepertinya dapat diterima oleh Cakra. Hal itu terbukti dari Cakra yang langsung mengalihkan pembicaraan.

"Gimana kabar Ortu Lo? Kangen Gua sama masakan Ibu. Citra masih suka minta digendong nggak?"

Perkataan yang dilontarkan Cakra seketika membuat keduanya tertawa saat mengingat kenangan masa lalu. Ya, dulu mereka memang sedekat itu. Sampai akhirnya satu kejadian dimana kesalahan pahaman keduanya menimbulkan perpecahan serta perkelahian yang tak terelakkan.

Semua berawal saat menjelang kelulusan Cakra dari sekolah mereka. Uya yang kala itu masih SMP, tak mau kehilangan sahabat yang sudah seperti seorang Kakak baginya. Kenyataan bahwa Cakra yang akan menempuh sekolah di SMA yang lumayan jauh, membuat Uya menjadi agresif untuk meminta alamat rumah lelaki itu agar tidak putus komunikasi. Sayangnya,

Cakra menolak dan mengatakan bahwa pertemanan mereka cukup sampai di SMP saja. Uya yang merasa dibuang tentu sakit hati karena merasa Cakra tak menganggapnya sama seperti Uya menganggap Cakra layaknya keluarga.

Dan saat Uya menyadari bahwa Cakra memiliki adik yang bersekolah di tempat yang sama, dari situlah kekacauan terjadi. Uya yang awalnya berniat membalas perbuatan Cakra dengan memacari adiknya yang tak lain adalah Kemilau, justru malah membuat dirinya terjerambab dengan niatnya sendiri. Uya benar-benar memiliki rasa tulus. Namun,

saat Cakra memergoki dirinya bersama Kemilau, lelaki yang berstatus sebagai Kakak kandung gadis itu pun menuduh Uya sedang melakukan aksi balas dendam melalui jalur adiknya. Dan semua menjadi kacau saat skenario yang dibuat Cakra merusak hubungan Uya dan Kemilau.

"Tanya aja sama Kemilau," kata Uya menjawab candaan Cakra dengan raut wajah serius.

"Maksud Lo?" tanya Cakra setelah tawanya dipaksa reda.

Uya menarik garis bibirnya membentuk senyum simpul yang cukup mencurigakan dimata Cakra. Tapi tak ada kalimat sahutan yang terucap. Sehingga Cakra mulai berkecamuk dengan pikiran negatifnya sendiri.

"Elo nggak lagi lanjutin balas den--"

"Mas Surya ...." Suara Kemy yang memanggil nama Uya membuat Cakra menjegal kalimatnya.

Terlihat Kemy berjalan ke arah mereka.

"Aku bener-bener minta maaf, Mas. Kayanya aku nggak bisa terima undangan Ibu buat makan malam hari ini. Mas Uya cepetan hubungin Ibu ya?! Aku takut kalau Ibu keburu masak banyak," kata Kemy. Raut wajah gadis itu kentara sekali tak enak hati.

Berbeda dengan Cakra yang menegangkan wajahnya dengan seribu tanya. Uya malah berdiri dan menyambut Kemy dengan senyum.

"Tenang aja, Ibu udah aku kasih kabar kok. Dan Ibu titip salam, maaf enggak bisa nyusul kesini katanya," tandas Uya.

Saat mengetahui bahwa ayah dari Kemy dirawat. Tentu saja Uya langsung berinisiatif menghubungi Ibunya dan mengabarkan tentang kondisi yang sedang terjadi. Dan rencana makan malam yang diatur sang Ibu pun terpaksa dibatalkan.

Bahkan saat mendengar Papa Kemy dirawat, sebenarnya Ibu kandung Uya ingin datang, akan tetapi dilarang olehnya.

"Sampein maafku ke Ibu, ya Mas? Lain kali Aku sempatkan datang kalau Ibu mengundang lagi," kata Kemy.

"Pasti. Dan kamu bisa datang kapan aja. Enggak harus nunggu undangan kok," ucap Uya penuh makna.

Cakra yang melihat keakraban interaksi antara sang adik dan Uya, membuat perasaan lelaki itu dilanda kecemasan.

Cakra khawatir bahwa ada niat terselubung yang sedang dilancarkan Suryakhan dalam memuluskan lanjutan aksi sakit hati lelaki itu yang pernah terjadi 11 tahun silam.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rhiika

Rhiika

nungguin berhari* up e seuprit,,kebur penasaran astaghfirullah,,Thor up lagi yok ak nungguin nih

2024-03-12

2

Itha Mustika

Itha Mustika

semoga ajj uya bener2 tulus y bang cakra.... g ada niatan trselubung.... klo emng dy nakal tik kita kerokin ajj pala ny, ramen bang......!!!

2024-03-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!