| 2 Mulut ember bocor

Kemy mencoba mengatur napasnya, berdiri di sudut balkon setelah kehadiran Surya tadi. Malam ini, suasana yang seharusnya menjadi ajang perkenalan dan kumpul menyenangkan berubah menjadi begitu menyesakkan baginya. Surya, mantan pacarnya yang mulutnya tajam seperti sembilu, ternyata tidak hanya hadir sebagai teman lama Dipta, tetapi juga menjadi pengingat luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.

Lebih parahnya, pria itu masih sama. Tatapan tajam, senyum licik, dan aura penuh provokasi yang selalu membuat Kemy merasa kecil.

"Kemy?" Suara Dipta membuyarkan lamunannya.

Kemy tersentak, menoleh ke arah kekasihnya yang tengah berdiri sambil membawa dua gelas minuman. "Ini buat kamu. Anginnya dingin banget ya di sini." Dipta menyerahkan satu gelas padanya. "Kamu serius nggak apa-apa?"

Kemy memaksakan senyum. "Aku nggak apa-apa, kok, Mas."

Dipta menatapnya lekat, seakan mencari sesuatu di balik senyum itu. "Kalau kamu kedinginan, kita bisa masuk lagi. Temen-temen juga lagi seru ngobrol di dalam."

Kemy menggeleng pelan. "Nggak, aku di sini aja sebentar."

"Ya udah. Aku ke dalam dulu, ya? Mau ambil rokok." Dipta mengecup kening Kemy singkat sebelum berbalik dan melangkah masuk. Kemy menarik napas lega ketika ia ditinggal sendirian. Namun, itu tidak berlangsung lama.

"Kenapa? Nggak kuat lihat aku?" suara yang begitu familiar terdengar lagi dari belakang.

Kemy memutar matanya. Astaga, kenapa pria menyebalkan itu datang lagi sih!

Surya mendekat, tangan dimasukkan ke saku celana sambil menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. "Lucu banget. Kamu pacaran sama Dipta?" tanyanya dengan nada mengejek.

Kemy menatapnya tajam. "Kamu mau apa?" suaranya bergetar, mencoba menahan emosi.

Surya terkekeh. "Nggak mau apa-apa. Cuma penasaran. Kamu beneran belum bilang ke Dipta siapa gue?"

"Aku nggak perlu ngomong apa-apa soal kamu ke siapa pun," Kemy menjawab dingin, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Dan jangan bawa-bawa masa lalu kita di sini. Aku udah selesai sama itu. Masih belum paham juga?!"

"Beneran selesai?" Surya menatapnya, senyumnya menyebalkan. "Soalnya aku rasa nggak. Kamu kelihatan panik waktu lihat aku tadi."

Kemy berusaha menjaga wajahnya tetap tenang meski jantungnya berdegup tak karuan. "Kamu cuma numpang hadir di acara ini, jadi tolong berhenti bikin aku risih."

Surya mendekat selangkah, tatapannya mengunci Kemy di tempatnya. "Aku nggak numpang, Kem. Kamu tau nggak? Aku sama Dipta udah kerja bareng hampir satu tahun. Aku nggak nyangka bakal ketemu kamu di sini, apalagi kamu ternyata pacarnya dia."

Kemy terdiam. Semua informasi itu seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Tidak hanya sebagai teman lama, Surya ternyata juga rekan kerja Dipta? Ini jelas situasi yang jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan.

"Kok kamu bisa... jadi teman kerjanya Dipta?" Kemy akhirnya bertanya, suaranya nyaris berbisik.

Surya menyeringai. "Aku animator di perusahaan Dipta. Dan dia yang bawa aku masuk."

Mata Kemy membulat. "Apa? Kamu, animator nya?!" Kemy terlihat putus asa.

"Kenapa kaget?" Surya menatapnya dengan sinis. "Jadi kamu pacaran sama bos di tempat kamu kerja? Bagus sih, pilihan kamu makin naik kelas." Surya juga sebenarnya terkejut saat Dipta menceritakan penulis bernama Kemilau yang ternyata adalah mantannya.

Dunia memang sesempit itu.

Kemy merasa darahnya mendidih. "Kamu selalu nyakitin orang dengan mulut kamu itu, ya? Dulu, sekarang, sama aja!"

Surya tertawa pelan, tapi tawanya penuh sarkasme. "Nggak salah, kan? Aku cuma bilang fakta."

Kemy berbalik, berniat meninggalkan percakapan ini sebelum ia kehilangan kendali. Tapi Surya memanggilnya lagi.

"Kamu masih inget kenapa kita putus dulu?"

Langkah Kemy terhenti. Ia menoleh dengan tatapan tajam. "Aku nggak perlu inget apa-apa tentang masa lalu, terutama yang berkaitan sama kamu!"

"Tapi sayangnya... aku inget." Surya melangkah mendekat, suaranya kini lebih rendah, tapi tajam menusuk. "Kita putus karena kamu terlalu gampang baper. Nggak bisa nerima kritik. Semua hal kecil aku komenin, kamu nangis. Aku jadi bosen." Surya sadar kalimatnya ini sangat menyakitkan untuk gadis itu.

Kemy menatapnya, merasa kemarahan naik ke ubun-ubun. "Heh! Kamu pikir aku putus sama kamu karena itu? Bukan! Kita putus karena kamu nggak pernah bisa ngehargain perasaan aku. Semua omongan kamu tentang penampilan aku, kerjaan aku, selalu bikin aku ngerasa makin terpuruk. Kamu bukan ngasih kritik, kamu ngerendahin!"

Suara Kemy bergetar, tapi ia tak peduli. Surya tampak sedikit terkejut, tapi senyumnya masih ada di sana—seakan ia puas telah berhasil memancing emosi Kemy.

"Santai aja, Kem. Kamu makin gampang kepancing, ya? Aku cuma ngobrol biasa."

"Ngobrol biasa?" Kemy mendengus, matanya berkilat. "Kamu nggak pernah bisa berubah. Dan aku bersyukur udah keluar dari hidup kamu."

Mereka berdua saling menatap tajam. Suasana di balkon terasa begitu tegang, hanya suara angin malam yang sesekali terdengar di antara keheningan.

"Aku nggak percaya kamu masih sesensitif dulu," Surya berujar sambil menyilangkan tangan di dada. "Nggak heran kamu jadi pacarnya Dipta sekarang. Pradipta Cavero... cowok sempurna yang selalu baik ke siapa aja. Cocok sama kamu yang doyan perhatian."

Kemy membuka mulut untuk membalas, tapi suara langkah seseorang terdengar mendekat. Kemy buru-buru memalingkan wajah ke arah lain, berusaha menenangkan diri.

"Kemy? Surya? Ngapain kalian di sini?" suara Dipta memecah ketegangan.

Surya langsung tersenyum santai, seolah tidak terjadi apa-apa. "Nggak, Dip. Kita cuma ngobrol biasa. Mengingat nostalgia jaman masih SMP."

Dipta terkekeh, sama sekali tak menyadari ada sesuatu yang salah. Ia mendekati Kemy dan melingkarkan tangannya di bahu gadis itu. "Ternyata dunia beneran sempit. Tapi baguslah, gua jadi bisa tanya sama lo saat Kemy masih pake rok biru, kan, jadinya. Hahaha."

Surya ikut tertawa bersama Dipta. "Bisa banget, Bro. Gua bakal kasih tau semuanya," kata Surya penuh makna sambil melirik ke arah Kemy yang sedang menatapnya penuh benci.

Seketika tawa Dipta mereda, lalu sepasang mata pria itu menatap Surya dan Kemy secara bergantian. "Besok ada berita bagus buat kalian. Tapi nanti aja pas di kantor. Biar resmi," wajah Dipta penuh misteri.

Kemy menoleh ke Dipta, bingung. "Berita apa, Mas?"

"Rahasia," Dipta terkekeh. "Yang jelas kalian bakal makin sering ketemu. Itu aja bocorannya."

Kemy membeku di tempat. Makin sering ketemu? Pandangannya tanpa sadar kembali beralih ke Surya yang tersenyum miring dengan ekspresi penuh arti.

"Bakal seru ya, Kem," gumam Surya pelan.

Dan Kemy pun tahu, badai ini baru saja dimulai.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Andy Mauliana

Andy Mauliana

keren nih rajin up dong thor Aku mendukunmu xixixi🤭

2024-02-27

1

NT.RM

NT.RM

Semangat!!

2024-02-11

0

Itha Mustika

Itha Mustika

nah kan ktmu mantan.... dekdekser g tu kimm????

2024-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!