Hari Minggu, suasana studio terasa lebih ramai dari biasanya. Namun, Surya merasa pikirannya berantakan. Tangannya sibuk mencorat-coret kertas tanpa arah, membuat Gio, temannya, mendengus sebal.
"Bang Samez, lo kenapa sih dari tadi? 'Cak cek cak cek' mulu, kayak tikus gigit kayu. Ngopi dulu napa? Atau jalan-jalan biar otak lo gak kusut begitu," tukas Gio sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.
Nero, teman lainnya, melirik dengan tatapan geli. "Gue tau sebabnya," ujarnya dengan nada yakin. "Pasti karena gak ditemenin si 'Tinkerbell'."
Surya mendongak, memasang wajah datar. Tapi saat Nero menyebut nama "Kemilau," ada sesuatu dalam dirinya yang terusik.
"Bener, Mas?" pancing Vije, ikut-ikutan menggoda.
Surya tak menjawab. Sebaliknya, ia mulai membereskan peralatan gambarnya dengan asal-asalan. "Gue cabut dulu. Bener kata kalian, butuh udara segar," ujarnya sambil meraih helm.
"Perkataan siapa nih, Bang? Gio apa Nero?" Vije mencoba menambah bahan ledekan.
Surya menjawab singkat. "Dua-duanya!" serunya sambil berlalu meninggalkan studio.
...----------------...
Kenyamanan jalanan Jakarta yang lengang menjadi pelipur Surya di atas motornya. Namun, meski angin jalan tol memecah kebisingan dalam kepalanya, ia tak bisa berhenti memikirkan satu hal: Kemy.
Ada rasa tak nyaman yang mengusiknya. Sudah beberapa hari terakhir ini, ia melihat perubahan sikap gadis itu. Kemy yang biasanya ceria kini sering terlihat murung.
Saat berhenti di lampu merah, pandangannya tertumbuk pada sosok mungil yang duduk di trotoar. Dari jarak itu, ia tahu itu Kemy—si 'Tinkerbell' yang Nero bicarakan tadi.
"Ngapain dia di situ?" pikirnya panik.
Begitu lampu hijau menyala, Surya segera melaju, memarkir motor di tepi jalan, dan berjalan mendekati Kemy.
"Ngapain kamu duduk di sini?" tanyanya sambil melepas helm.
Kemy mendongak. Mata sembab dan ekspresi linglungnya membuat Surya yakin, ada sesuatu yang salah.
"Yuk, Kakak anter cari Mama," candanya mencoba mencairkan suasana.
Namun, tak ada respons seperti biasanya. Kemy malah menghela napas berat. "Iya. Anterin aku ke Mama. Lebih tenang kalau aku mati aja, nemenin Mama di kuburan."
Kalimat itu membuat Surya membeku. Ia sadar, candanya kali ini tak tepat. Dengan cepat, ia turun dari motornya, berjongkok di depan Kemy.
"Maaf, maaf. Becandaan aku kelewatan. Tapi jangan ngomong kayak gitu, dong. Kuburan? Mati? Kenapa kamu ngomong gitu?" tanyanya lembut.
Namun, sebelum Kemy sempat menjawab, seorang satpam mendekat dengan wajah serius. "Mas. Jangan duduk di sini, mengganggu pejalan kaki. Kalau ada masalah, ngobrolnya di dalam mall aja, Mas. Ajak Adiknya makan atau minum, biar lebih tenang."
"Pak, saya bukan anak kecil!" potong Kemy tiba-tiba, suaranya penuh emosi. "Saya cuma cewek boncel yang diselingkuhin pacarnya!"
Satpam itu terdiam, sementara orang-orang di sekitar mulai melirik mereka. Beberapa bahkan mengeluarkan ponsel, merekam kejadian tersebut.
Surya menunduk mendekatkan bibirnya ke telinga Kemy. "Kemilau, di sini gak aman. Kita pindah, yuk," bisiknya.
Kemy mengangguk kecil. Ia tidak mau bersikap bodoh di tengah kesedihannya.
...----------------...
Di sebuah taman yang sepi, Surya duduk berhadapan dengan Kemy. Wanita itu terus menunduk, memainkan resleting tasnya tanpa arah. Surya hanya bisa menatapnya, mencoba menahan dorongan emosinya sendiri.
"Apa aku sebegitu gak menariknya sampai harus diginiin?" gumam Kemy akhirnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Surya menghela napas panjang. "Maksud kamu apa, Kemilau?" tanyanya, meski ia sudah menebak jawabannya.
Kemy mendongak, air mata membayang di pelupuk matanya. "Dulu... waktu kamu selingkuh sama Kely, apa itu karena aku gak cukup menarik buat kamu?"
Kely? Surya sempat lupa dengan nama orang yang memang tidak penting dalam hidupnya. Namun begitu, pertanyaan Kemy tak ayalnya seperti tamparan keras bagi Surya. Ia tak menyangka Kemy masih menyimpan luka dari kejadian belasan tahun lalu.
"Kemilau, saat itu kita masih sama-sama gak dewasa. Pikiran aku ngawur, dan aku asal bicara. Aku gak—"
"Ngawur?!" potong Kemy dengan suara meninggi. "Kamu tau gak, semua yang kamu bilang waktu itu bikin aku trauma! Aku pikir aku udah move on, tapi sekarang aku sadar... aku gak pernah sembuh dari semua itu."
Kemy menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya dari masalalu, yang dia rasakan sakit sekarang ini adalah luka baru dari lelaki yang dia anggap berbeda: Dipta.
"Aku pikir Dipta beda. Dia gak pernah sentuh aku sembarangan, aku pikir dia menghargai aku. Tapi... tadi aku liat dia sama cewek lain. Mereka pelukan, ciuman. Di tempat umum. Aku gak ngerti. Kalau dia gak tertarik sama aku, kenapa dia pacarin aku?"
Air mata Kemy tumpah lagi. Surya menggenggam botol air mineral di tangannya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Ia kembali teringat dengan perbincangannya bersama Dipta beberpa hari lalu. Dia sempat mewanti-wanti agar temannya itu segera mengambil keputusan sebelum Kemy menyadarinya. Sebagai sahabat, ia selalu menganggap Dipta adalah orang yang dewasa, seseorang yang bertanggung jawab. Namun, hari ini, perasaan itu hancur berkeping-keping. Dipta telah menganggap enteng perasaan Kemilau.
Kenapa lo gak jujur, Dip?! pikir Surya dengan marah. Kenapa lo gak selesaikan semuanya sebelum dia tahu? Lo tau dia rapuh. Kenapa lo tega kayak gini?
Surya mendongak, menatap Kemy yang masih terisak di hadapannya. Gadis itu terlihat begitu hancur, dan entah mengapa, ia merasa bertanggung jawab atas rasa sakitnya.
"Kemilau..." Surya akhirnya berkata, suaranya penuh penyesalan. "Aku gak bisa mengubah masa lalu, tapi aku mau tebus kesalahan aku. Mulai sekarang, apa pun yang kamu butuhkan, aku ada buat kamu."
Kemy menatapnya ragu, air mata masih menggenang. "Jangan omong kosong, Surya. Aku capek dikecewain," ujarnya pelan.
Surya tersenyum kecil, tapi kali ini senyumnya dipenuhi kepedihan. "Aku serius, Kemilau. Kali ini, aku gak akan ngecewain kamu lagi."
Pria itu berpikir mungkin ini adalah celah untuknya bisa kembali merajut hubungan baik dengan Kemilau. Kendati Surya sangat kecewa dengan prilaku Dipta yang bajingan, akan tetapi hati kecilnya mengucap syukur karena secara tidak langsung Ia diberi kesempatan untuk mendekati Kemy secara terang-terangan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rita Riau
nah ini waktu nya untuk kamu Ya memperbaiki semua yg kamu lakuin ke Kemy,,,
2024-03-17
0
Itha Mustika
kan kannnn kaaannn.....????
huuuuuaaaaaa aq ikut sedih ni kk....
sabar y Tingkerbeel,,, ini ujian ny kk otor biyar kamu lbih tangguh lagiii......
semangat y imut nya uya....
noh abang iyaaa,,, coba brani jujur g lo sekarang,,, tntang masalalu y d paksa nyakitin Tingkerbeel????
2024-02-13
1