| 20

Melihat wajah Kemy yang letih dan lesu, Uya segera menyodorkan sebuah paper bag besar hasil buruannya ke hadapan gadis itu.

"Apa ini?" tanya Kemy sambil membuka bungkusan yang lumayan berat.

"Buat kebutuhan kamu sambil nungguin Papa siuman."

Kalimat Uya terdengar akrab seolah lelaki itu sangat mengenal Papa Kemy. Lain halnya Kemy yang tak sadar atas tingkah Uya, Cakra malah mencebikkan bibirnya untuk meledek lelaki jangkung itu dari tempat dia duduk.

"Ya ampun ... sempet-sempetnya kamu kepikiran beginian," gumam Kemy saat melihat bungkusan yang berisi; sepasang set pakaian baru, perlengkapan mandi, air mineral, jus buah kemasan, beberapa camilan dan juga satu kotak makanan dengan menu bebek ternama.

Eh, tunggu.

Ternyata lelaki itu juga membelikan pakaian ... dalam?

"Kapan belinya?"tanya Kemy dengan wajah meringis malu.

Kemy berpikir apakah Uya tidak canggung saat memilih dan membeli pakaian dalam wanita? Dan bagaimana lelaki itu bisa tau ukuran milik Kemy.

Ugh! Wajah Kemy tiba-tiba terasa panas karena malu membayangkan itu.

Cakra yang melihat tingkah mencurigakan dari adiknya setelah membuka isi bungkusan dari Uya, tiba-tiba saja jadi penasaran. Kemudian Cakra berdiri dan mencoba mengintip ke dalam bungkusan yang masih dipegang Kemy.

"Buset! Kaya Emak-emak lo--eh apaan nih?" Cakra yang masih belum puas dengan rasa penasarannya mencoba merogoh sesuatu didalam bungkusan itu. Tapi,

Kemy dengan sigap menutup bungkusan itu dan menariknya. "Ih! Apaan sih, Bang? Kepo banget kaya Emak-emak rumpi." kata Kemy memicingkan matanya.

Bisa gawat kalau Cakra meraih pakaian dalam yang Uya belikan untuk dirinya.

"Pilih kasih Lo! Gua yang lebih dulu kenal sama lo masa nggak dibeliin nasi bebek?!" tukas Cakra dengan mencebik ke arah Uya.

"Mending kamu makan dulu, abis itu bebersih dan ganti baju. Biar nyaman," pungkas Uya pada Kemy dengan menghiraukan keluhan Cakra.

Kemy mengangguk. "Makasih ya Mas?"

"Ya udah, buruan makan ...," perintah Uya pada Kemy dengan lembut. Setelahnya,

perhatian Uya beralih pada Cakra yang masih mencebik seperti bocah. "Aku mau kasih makan fakir nasi bebek dulu. Ayo cepet!" seru Uya sedikit ketus dengan tatapan mengejek.

Kemy hanya tersenyum heran saat melihat dua manusia dewasa yang bertingkah layaknya tokoh kartun Tom & Jerry yang sudah berlalu meninggalkannya.

...----------------...

Kemy duduk di kursi tepat disebelah ranjang dimana sang Papa tengah berbaring. Dia perhatikan kulit pria itu yang semakin keriput. Bukan hanya itu saja, kondisi tubuh sang Papa pun dinilai lebih kurus di mata Kemy.

Saat gadis itu turut mendengarkan penjelasan dokter bersama Om nya, Kemy cukup terkejut saat Dokter mengatakan bahwa sang Papa memiliki penyakit jantung yang sudah diderita kurang lebih tiga tahun belakangan.

Rasa bersalah menyeruak kala dia mengingat bagaimana sikap angkuhnya didepan sang Papa saat dirinya meninggalkan rumah lima tahun silam.

Semua bermula saat Papa Kemy resmi menikah dengan wanita yang 20 tahun lebih muda. Dan puncaknya ketika wanita yang berstatus sebagai Mama barunya melahirkan seorang putri setahun setelah pernikahan.

Ceklek

Pintu kamar rawat terbuka. Kemy mengalihkan perhatiannya pada celah pintu yang menampilkan sepasang flat shoes berwarna putih. Kemy yakin itu bukan Suster. Pandangannya naik sampai terlihat corak dress sifon bermotif bunga kecil dengan dasar warna serupa sepatu yang dikenakan.

"Kemilau ...,"

Suara lembut yang tak pernah berubah. Bahkan wajah wanita itu masih sama mudanya sejak terakhir sang Papa mengenalkannya sebagai calon Ibu sambung.

Kemy membuang muka dengan helaan napas kesal. Ternyata rasa kecewanya masih mengakar saat melihat wanita yang telah merebut kasih sayang Papanya dan menempati posisi Ibu kandung Kemy.

Kemy bangkit berdiri. Melirik sebentar ke arah sang Papa yang masih terpejam. Lalu dia berjalan mengambil tas kecilnya dan juga paper bag yang Uya berikan. Dengan membuang pandangan, Kemy berjalan menuju pintu keluar dengan langkah arogan.

"Mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini?"

Suara teguran dari Mama sambung Kemy berhasil menghentikan langkah gadis itu.

Kemy menoleh dengan tatapan sinis pada wanita yang penampilannya lebih muda dari usianya yang sudah menginjak 45 tahun.

"Kamu masih membenci, Mama?" tanya wanita itu.

"Apa perlu saya perjelas?"

Mendengar sahutan Kemy, wanita itu tersenyum. "Apa harus kamu berbicara formal seperti itu sama Mama?"

"Anda bukan Mama saya! Anda hanya wanita yang merebut posisi Mama saya dan memanipulasi Papa untuk merebut semua kasih sayangnya dari saya untuk anak yang anda lahirkan!" desis Kemy.

Dengan air mata menggenang, wanita yang mendapat tuduhan dari Kemy pun mengangguk. "Buktikan saja sendiri, apa benar Mama dan adikmu telah merebut kasih sayang Papa untuk kamu?"

"Kemilau enggak punya adik. Dan selama kalian masih didekat Papa, bagaimana cara saya membuktikannya?!"

"Dengan cara pulang! Kamu bisa melihat situasi rumah jika kamu berada diantara kami, kamu akan tau seperti apa kenyataannya," ujar Mama sambung Kemy tanpa terpancing emosi.

"Eemmh. Ke--milau ...," lenguhan lirih terdengar dari ranjang dimana Papa Kemy terbaring.

Kemy dan wanita yang berstatus sebagai Mama sambung itu pun kompak menoleh dan bergegas ke arah pria yang baru saja sadarkan diri.

...----------------...

Kemy menatap tajam bocah perempuan yang sedang memakan camilan yang tadi dibelikan Uya untuknya. Dengan khidmat anak berusia 5 tahun lebih itu mengunyah tiap gigitan coklat bertabur almond sampai bunyinya terdengar klutuk-klutuk.

"Gitu banget ngeliatinnya ...," ledek Uya pada Kemy yang duduk disebelahnya.

"Semuanya dia rebut. Bahkan coklatku juga dia makan," desis Kemy tanpa memutus pandangannya pada bocah yang duduk dihadapannya.

Uya berdeham untuk menelan rasa canggung atas kalimat yang Kemy lontarkan. Secara garis besar Uya baru mengetahui jika bocah perempuan itu adalah adik tiri Kemy. Terpaut terlalu jauh memang, hampir 19 tahun. Sebenarnya lebih cocok jika disebut sebagai anak ketimbang adik.

"Kakak mau?" tanya bocah itu dengan tatapan polos ke arah Kemy.

Kemy hanya mendengkus. "Enggak doyan!" sahut Kemy ketus.

Melihat reaksi Kemy, tiba-tiba anak kecil itu meminta Cakra yang duduk disebelahnya untuk memangkunya.

Cakra pun dengan sigap mengangkat tubuh kecil itu. Lalu kedua mata Cakra kembali menelisik prilaku kekanakan yang ditunjukkan Kemy.

"Dia makin lengket ya Bang, sama Lo!" celetuk Kemy yang ditanggapi Cakra dengan senyum jenaka.

Uya yang melihat kabut gelap di mata Kemy pun mulai mencari cara. "Mau aku pangku juga?" tanya Uya penuh makna menggoda.

Kemy sontak menoleh dan mendelik ke arah lelaki yang baru saja mengolok-oloknya.

"Kamu enggak pulang?" tanya Kemy yang terdengar seperti mengusir. Sudah hampir malam dan Uya masih betah bersamanya.

Uya tertawa meringis mendengar pengusiran gadis itu. Benar juga, sedari siang sampai pukul 8 malam dirinya masih belum pulang. Seperti tidak punya rumah dan keluarga saja.

"Aku takut ninggalin kamu yang lagi cemburu buta."bisik Uya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rhiika

Rhiika

clbk nih Uya, wkwkwk

2024-03-15

2

Itha Mustika

Itha Mustika

weeehhh kim..... kamu cemburu ama anak kecil kim????? g pa2 cmburuuu tpi jgan benci y kim...... coba deh kamu buka hati tuk mama tiri kamu sediiikiit ajj..... byar kamu jga tenang..... turunin y ego mu kim......
kasian pa2 kepikiran kamu trus kimm

2024-03-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!