Perangkap Dunia Lain

Perangkap Dunia Lain

Dunia yang asing

"Hei! Tuyul!"

"Itu barang punyaku, pergi kamu!" teriak Reihan gemetaran, sambil mengambil tongkat kayu didekatnya untuk pertahanan diri.

Mahluk itupun menyadari keberadaan Reihan dan langsung datang menyerang menggunakan senjata tajamnya.

Jelas Reihan takut dan balik berlari tergopoh-gopoh membelakangi mahluk itu sampai ia tersandung akar pohon yang membuatnya tersungkur ketanah.

Tanpa aba-aba saat mahluk itu dekat ia langsung menebas salah satu kaki Reihan sampai terputus. Akibatnya Reihan menjerit kesakitan.

Dengan adrenaline yang masih tinggi Reihan langsung berbalik memukul kepala Mahluk itu menggunakan kayu didekatnya, sehingga ia menjatuhkan senjatanya dan memegangi kepalanya yang kesakitan.

Reihan dengan sigap memungut senjata tajamnya dan langsung menikam ulu hati Mahluk itu sampai terjatuh.

"Aku tidak mau mati!" Jerit Reihan yang terus saja menusuk untuk memastikan mahluk itu tak akan bangkit lagi.

Mahluk hijau itu kini berlumuran cairan merah begitu pula dengan Reihan.

Reihan segera merobek bajunya untuk mengikat kakinya agar tidak kehabisan darah, dan setelahnya ia merayap mencari pertolongan.

Kini adrenalinnya sudah turun, wajahnya pucat, tubuhnya mulai dingin, tenggorokannya kering serasa begitu haus, dan pandangannya mulai memudar.

Di akhir kesadarannya ada dua orang yang tengah berlari mendatanginya, salah satunya mengeluarkan api ditangannya dan membakar ujung kaki Reihan yang putus.

Reihan menjerit sejadinya dan orang itu segera menumpahkan cairan aneh ke tubuhnya yang membuat Reihan menjadi lebih tenang.

Lalu Reihan di gendong oleh pria disamping orang itu dan setelahnya ia tak sadarkan diri.

Kembali ke waktu sebelum peristiwa ini terjadi melalui ingatan Reihan yang saat itu masih di dunianya berasal.

"Kalian semua lulus!" seru Pria tua itu dengan bangganya.

Sorakan gembira para Pelajar pecah didalam kelas tersebut mendapati kabar baik dari Wali kelasnya.

Sembari menerima raport, masing-masing dari mereka mengucapkan terima kasih dan ucapan perpisahan kepada Wali kelas yang selama ini mendidiknya di SMP KEMAJUAN.

Perasaan senang yang bercampur aduk dengan rasa haru dialami para Murid yang akan berpisah dengan pria tua itu, kini Beliau merasa puas akan prestasi yang diraih anak-anak didiknya.

"Dengan prestasi seperti ini Kalian bisa lanjut ke pendidikan SMA manapun sesuai keinginan kalian." ucap Wali kelas sambil tersenyum.

"Terima kasih pak Guru, kami akan selalu mengenang mu!" tangis salah satu Siswi terisak isak.

"Jangan sedih Melany, kita hanya berpisah dari Sekolah ini saja. Kamu bisa bertemu Bapak kapanpun diluar sana," jawab Gurunya sambil memberikan raportnya.

Merekapun saling berpamitan dan segera pulang dari Sekolah untuk merayakan kelulusan yang telah dicapai.

Berfokus kepada seorang lelaki yang telah pulang dari kelulusan sekolahnya tengah membereskan barang barangnya dikamar dengan Televisi yang terus menyala.

"Gempar!"

"Ditemukannya jejak kaki reptile raksasa di kepulauan Kalimantan dan tertangkapnya rekaman sosok mahluk besar melintasi laut merah melalui informasi Nelayan setempat."

"Orang negara sakura menyebutnya kadal nuklir."

"Selain itu di temukan lagi bangunan batu berbentuk humanoid raksasa tak jauh dari bekas jejak kaki raksasa tersebut." Bunyi berita Televisi yang tidak di hiraukan lelaki tersebut.

"Inilah kenang-kenangan dari kecil sampai sekarang, saatnya aku lebih fokus lagi untuk pendidikan yang lebih tinggi." gumamnya sambil mengenang masa lalunya sambil memasukkan barangnya kedalam ransel.

"Eh, mainan kakak mau dikemanakan." sahut Adik Perempuannya yang tengah mengamati dibalik pintu kamar Kakaknya.

"Ada deh, barang ku ini tidak cocok buat perempuan jadi mau kusimpan ditempat lain agar bisa lebih Fokus lagi buat belajar nanti." jawab kakaknya sambil merangkul ransel yang lumayan besar.

Mengetahui Kakaknya yang akan pergi lagi keluar rumah, si Adik bergegas ke dapur mendatangi Ibunya.

Setelah mematikan Televisi, Reihan menuju pintu luar rumahnya.

Suara sang Ibu dari dapur serta aroma masakannya menghampiri pendengaran dan penciuman lelaki itu.

"Reihan! Kamu mau keluar lagi ya, jangan lama-lama ini masakan kesukaanmu bentar lagi siap dan ayah mu sudah arah pulang dari kantor." sahut Ibunya tengah sibuk membuat masakan.

"Iya bu, bentar aja kok." jawab anaknya dengan singkat dan menutup rapat kembali pintu depan rumah.

Sambil menggendong ranselnya Reihan berjalan dari perumahan melewati sawah, desa, dan perkebunan sambil menyapa penduduk sekitarnya.

Sepuluh menit tak terasa karena suasana yang damai dan juga pemandangan alam yang indah, Reihan pun tiba di markas tepi hutan tempatnya dulu pernah bermain bersama teman kecilnya.

"Sudah lama aku tidak kesini, mungkin semenjak dia udah gak tinggal di desa ini." ucap Reihan tengah berbicara sendiri.

"Bangunan ini masih berdiri dengan kokoh walaupun sudah ditutupi semak." batin Reihan sambil menyingkirkan semak yang menutupi jalan menggunakan potongan kayu di dekatnya.

Setelah masuk kedalam markas lamanya, Reihan mengeluarkan sekop kecil dari ransel miliknya dan mencari tempat yang cocok untuk digali.

"Ketika aku sukses nanti aku akan kembali lagi kesini untuk mengambilnya." ucap Reihan sembari menggali tanah.

"Aku harus segera menyelesaikan ini sebelum Ibu mencari ku."

Tak lama tempat yang ia gali seketika runtuh dan Reihan terjatuh ke ruangan bawah tanah.

Reihan pun meringkuk kesakitan, karena terjatuh cukup tinggi dan ia juga kehilangan sekop kecilnya.

Tak ingin membuang waktu Reihan bangkit mencari jalan keluar sambil menahan sakit akibat terjatuh.

"Aduh Bagaimana ini, aku tidak bisa memanjat tebing yang curam begini."

"Tak kusangka markas kami punya ruangan bawah tanah begini." batin Reihan tengah berusaha mendaki keatas.

Reihan pun bingung untuk naik kembali keatas karena tidak memiliki tali sampai ia akhirnya menyadari terdapat cahaya di ujung lorong sana.

"Itu pasti jalan tembus keluar karena ada cahaya matahari yang masuk!" seru Reihan berjalan kearah cahaya didepannya.

Namun setelah ia dekati sumber cahaya itu bukan berasal dari matahari melainkan seperti lubang portal bercahaya.

Karena semakin penasaran Reihan mencoba lebih dekat lagi dengan sumber cahaya tersebut.

Tak disadari Reihan langsung tersedot ke dalam portal cahaya tak berujung tersebut.

"Tolong!" jerit Reihan panik sambil berpegangan erat ditepi portal yang menyedotnya.

Tali Ransel yang tidak kuat langsung putus dan tersedot kedalam portal itu, pegangan Reihan tidak mampu menahan hisapan tersebut dan ia akhirnya masuk kedalam portal bercahaya.

Karena pegangan Reihan barusan membuat retak pinggiran portal akhirnya menghancurkan portal itu sendiri dan membuat ruang bawah tanah runtuh mengubur Semua yang ada di sana.

Saat tersadar Raihan terbaring di tengah rimbunnya hutan yang mempunyai flora dan fauna yang tidak pernah ia temui selama ini.

"Aduh, tempat macam apa ini." ucap Raihan menahan sakit kepalanya sambil melihat sekeliling hutan.

Tak jauh dari tempatnya tersadar, Ia mendapati sosok Mahluk hijau tengah mengobrak-abrik ransel miliknya.

Tak terima lalu Reihan yang meneriaki mahluk itu.

Kini sosok tersebut menatap tajam kearah Reihan dengan wajah bengis seakan ingin memburunya.

Beralih ke kota tempat Reihan dirawat dari salah satu Toko pandai besi.

Reihan bangun secara terkejut akan mimpi buruk yang telah membangunkannya.

Kini ia terbaring di kasur yang entah milik siapa.

Badannya begitu lemas setelah sadar dari pingsannya.

Seseorang datang menghampiri Reihan dan mengatakan sesuatu yang bahasanya tidak bisa dipahami.

Tau kalau Reihan tidak paham dengan bahasanya lalu orang itu menggunakan isyarat mudah untuk berinteraksi.

Ia persiapkan meja kecil diatas pangkuan Reihan dan menaruh makanan diatasnya.

Reihan pun menyantap makanan itu beberapa suap dan sendoknya pun tiba-tiba terjatuh setelah ia menyadari salah satu kakinya sudah tidak ada lagi.

Tangannya meremas kakinya yang buntung dan tangan satunya menjambak rambutnya sampai terasa sakit.

Ia sadar ini bukanlah sebuah mimpi.

Seketika Reihan menangis terisak isak seperti orang yang sedang putus asa.

"Aku ingin pulang." rintih Reihan penuh sesal.

Mengerti situasi mentalnya yang belum pulih orang itu mengusap punggung Reihan dan mengucapkan bahasa asingnya kembali yang terasa begitu hangat.

"Tenanglah disini kamu akan baik-baik saja."

Terpopuler

Comments

Sigma-sensei

Sigma-sensei

Wow

2024-03-08

1

Sigma-sensei

Sigma-sensei

Lembut banget kakinya, satu tebasan aja langsung putus

2024-03-08

0

Agis

Agis

bagus kak.

2024-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!